

Pendiri Hapkido Indonesia Vincentius Yoyok Suryadi (tengah) memeragakan jurus beladiri Hapkindo (Foto: Istimewa)
LUDUS - Jerih payahnya selama kurang lebih satu dasawarsa mengembangkan Hapkido di Indonesia, Founder and Technical Director Hapkido Indonesia Vincentius Yoyok Suryadi atau yang biasa disapa Master Yoyok akhirnya bisa sedikit bernafas lega dan memetik proses hasil perjalanan panjang hidupnya di dunia seni beladiri.
Selain Animo dan atmosfer perkembangan Hapkido berkembang sangat pesat di Indonesia (saat ini sudah tercatat lebih dari 30 Provinsi), seni dan olahraga beladiri ini juga telah diterima dengan baik oleh masyarakat dan pemerintah. Terbukti Hapkido juga telah menjadi salah satu cabang olahraga beladiri yang akhirnya resmi menjadi cabor di bawah naungan KONI dan siap dipertandingan di PON Aceh – Sumut 2024 mendatang. Sebelumnya Hapkido sukses menjalankan eksebisinya di PON XX Papua 2021 lalu.
Sejak fokus mengembangkan Hapkido di Indonesia sejak 2013 lalu dan secara resmi memperkenalkan Hapkido melalui kegiatan Seminar Internasional Hapkido di Yogyakarta pada 23 – 25 Mei 2014, Master Yoyok disibukkan dengan sosialisasi tentang seni dan olahraga bela diri asal Korea ini kepada masyarakat. Yoyok selalu update dengan perkembangan ilmu beladiri ini dan selalu melakukan transfer pengetahuan ke para praktisi. Baik kepada praktisi bela diri yang baru akan menggeluti Hapkido, maupun yang akan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis jurus Hapkido di berbagai daerah.
Selain itu, hari-harinya juga kerap diisi dengan memberikan seminar maupun diklat serta short course program kepada para pelatih di berbagai daerah hingga melakukan berbagai workshop demonstrasi. Semuanya itu dilakukan tanpa henti demi cita-citanya mewujudkan Hapkido berkembang maju di Indonesia hingga berprestasi tingkat dunia. Menurutnya, tak ada kata lelah demi merintis perjuangannya membesarkan Hapkido di Indonesia, karena inilah konsekuensi mencintai seni dan filosofi ilmu beladiri.

Pendiri Hapkido Indonesia Vincentius Yoyok Suryadi (kiri) memeragakan jurus beladiri Hapkindo pada sebuah seminar tahun 2014 (Foto: Hapkido Indonesia)
“Saya percaya semua cabang olahraga memiliki peta arah dalam memajukan dirinya sendiri hingga Ia diterima dan menjadi bagian dari bekal hidup dan filosofi seseorang dalam kehidupannya. Semua tergantung dari apa yang bisa kita kontribusikan untuk terus mengembangkan filosofi dan nilai-nilai positif yang terkandung dalam seni bela diri itu, sekaligus memajukannya hingga menjadi marwah bagi bangsa dan negara karena prestasi yang dihasilkannya,” kata Master Yoyok, yang juga pemegang sabuk Hitam Taekwondo DAN VII Kukkiwon dan pemegang lisensi sebagai pelatih dan wasit International dari Federasi Taekwondo Dunia (WTF).
Lebih lanjut Master Yoyok mengatakan, pada masa-masa awal tidak mudah mendirikan dan mendeklarasikan Hapkido di Indonesia. Apalagi dirinya sendirian “jungkir balik” di masa-masa awal yang menurutnya cukup memiliki tantangan tersendiri, mengingat di masa itu dirinya selain fokus di cabor taekwondo, terutama di klub taekwondo yang dimilikinya di Yoygakarta yang bernama ESTA, dirinya juga membagi waktunya ke cabor Hapkido yang baru dipelarinya.
Yoyok bersyukur, saat ini seiring meningkatnya perkembangan Hapkido di Indonesia, dukungan dari berbagai stakeholders utamanya dari KONI dan pemerintah daerah terus mengalir, terutama pula dari para praktisi seni bela diri yang ikut mengembangkan seni bela diri ini. Kesemuanya itu memberikannya semangat dan motivasi untuk makin terus fokus berkarya membesarkan Hapkido di Indonesia.
“Memang perjalanan yang panjang dan penuh tantangan. Namun, itulah seninya, di mana tidak ada pelaut yang tangguh yang dihasilkan dari ombak yang tenang. Banyak tantangan dan dinamika menyelimuti harapannya memajukan olahraga ini,” kata Master Yoyok yang juga pernah menulis buku tentang Poomsae (aliran jurus) dalam olahraga beladiri taekwondo yang hingga kini masih menjadi pegangan bagi para praktisi taekwondo.

Menurutnya Hapkido bermakna “energi yg harmoni”, dengan cara mensinergikan energy, maka akan terbentuklah “the way of harmony”, jalan yang harmoni. Hapkido tidak hanya menonjolkan kekerasan, tetapi juga mengedepankan gerakan yang lembut seperti adanya tehnik kuncian dan bantingan, sehingga tak muluk-muluk bila olahraga beladiri ini terbilang lengkap. Dengan kata lain, Hapkido mampu menciptakan orang-orang dengan pribadi yang seimbang dan lengkap. Teknik menggunakan dan menghadapi senjata pun ada.
Olah raga ini sudah berkembang di dunia dan sudah saatnya dikembangkan di Indonesia sebagai seni beladiri dan olah raga prestasi seperti olahraga lainnya.
Kesuksesan Master Yoyok, membuahkan hasil ketika tim Hapkido Indonesia berhasil meraih 7 medali emas dan 2 perak di ajang kejuaraan dunia Hapkido yang berlangsung di Seoul Korea Selatan Juli 2023 lalu. Kejuaraan bertajuk World Hapkido Martial Arts Federation (WHMAF) itu mempertandingkan kategori nomor WHMAF, yaitu semua pesertanya adalah anggota/member WHMAF; dan Kategori lainnya, di mana pesertanya terbuka untuk semua beladiri walaupun aturannya tetap memakai Rules Competition WHMAF. Di antaranya adalah Hapkido di luar Member WHMAF, Yong Moo Do, Taekwondo, dan lain-lain. Kategori ke 3 yang merupakan festival dan eksibisi/demontrasi group.
Timnas Hapkido Indonesia sendiri berhasil meraih medali emas atas nama : Sylvia Candra Kurniawan di nomor Hyung Senior Putri; Rafi Rajendra berpasangan dengan Awabin Raihan Sofani di nomor Hoshinsul Senior Putra, Michael Suryaputra berpasangan dengan Gallant Muhammad Raya di nomor Hoshinsul Junior Putra; Keitshya Putri di nomor Hyung Junior Putri dan Benigno Christo Wijaya berpasangan dengan Adlia Nismara di nomor Hyung Pair Junior dan Michael Suryaputra di nomor terbuka Mugihyung, yakni permainan jurus senjata yang dalam hal ini menampilkan nomor Jang Bong/tongkat panjang, Muhatta Hibbanu Mahdy di nomor Nakbop (Long jump dan High Jump) di kelas Junior serta Cut Aaliya Saefatuddinsyah Arabella di nomor Eksibisi untuk kelas Under 72 Senior Putri.

Pendiri Hapkido Indonesia Vincentius Yoyok Suryadi (kanan) bersama tim Hapkindo Indonesia saat mengikuti Kejuaraan Dunia Hapkido di Seoul, Korea Selatan, 29 Juli 2023 (Foto: Hapkido Indonesia)
Adapun medali perak dipersembahkan oleh Bagas Alam Putra dan Eduardus Abyasa Damian (Hoshinsul Junior Putra) dan Benigno Christo Wijaya (Hyung Junior Putra). Sementara medali perunggu diraih Adlia Nismara (Hyung Junior Putri) serta yaitu Yohan Ari Arjoto di nomor Daeryun Over 84kg Senior Putra.
Atas prestasi tersebut, Ketua Umum (Ketum) Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat, Letjen. TNI Purn. Marciano Norman turut memberikan apresiasi dan berharap prestasi tersebut dapat terus ditingkatkan seiring dengan akan masuknya Hapkido dalam kejuaraan-kejuaraan multi event seperti Sea Games dan Asian Games nantinya.
Untuk diketahui, Hapkido merupakan salah satu olahraga beladiri yang berasal dari Korea di samping taekwondo. Jurus dan teknik Hapkido bergerak berdasarkan prinsip lingkaran yang memanfaatkan kekuatan lawan. Teknik-teknik dalam Hapkido antara lain meliputi pukulan, tendangan, kuncian, bantingan, jurus, serta latihan senjata. Hapkido juga ada penggunaan senjata tradisional termasuk pisau, pedang, tali, nunchaku,kipas, tongkat, dan tongkat pendek yang dapat digunakan sesuai keperluan.

Pendiri Hapkido Indonesia Vincentius Yoyok Suryadi (kiri) memeragakan jurus beladiri Hapkindo yang menggunakan senjata (Foto: Hapkido Indonesia)
Hapkido berisikan tenik pertarungan jarak dekat dan jarak panjang memanfaatkan tendangan sambil meloncat, serangan tangan, lemparan, kuncian, dan serangan pada titik jalan maupun titik saraf pada manusia.
Hapkido merupakan bela diri yang sangat menarik karena mencakup hampir semua jenis bela diri di dalamnya, Hapkido memiliki 3 prinsip filosofi gerakan yaitu Hwa (Harmonis) Won (Melingkar) dan Yu (Mengalir) yang mengartikan bahwa Hapkido adalah seni bela diri yang mengalirkan kekuatan lawan dan tidak melawan kekerasan dengan kekerasan.
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!