AICC 2025, Satu Langkah Menuju Sejarah: Ummi Fisabilillah dan Jalan Menuju Gelar WGM

Ludus01

1
0

Di luar gedung Danat Hotel Resort, Al Ain, Uni Emirat Arab, suhu melonjak hingga 47 derajat Celcius. Tapi di dalam ruang kompetisi, yang terasa justru hawa ketegangan. Di sinilah WIM Ummi Fisabilillah tampil dingin, penuh ketenangan, dan nyaris tak tergoyahkan—seperti bidak-bidak yang ia gerakkan.

WIM Ummi Fisabilillah berpeluang menjadi WGM keempat Indonesia (Foto: Percasi)

WIM Ummi Fisabilillah berpeluang menjadi WGM keempat Indonesia (Foto: Percasi)

Asian Individual Chess Championship (AICC) 2025 memasuki babak ketujuh pada Selasa (13/5). Untuk sebagian besar pecatur Indonesia, harapan merebut tiket Piala Dunia mulai memudar. Tapi dari harapa yang sirna, muncul satu nyala yang tak padam: Ummi Fisabilillah, perempuan berhijab asal Indonesia yang perlahan meniti jalannya menuju gelar prestisius Women Grandmaster (WGM).

Di babak ketujuh, Ummi mencatat kemenangan yang tidak biasa—karena lawan di hadapannya bukanlah siapa-siapa, melainkan adik kandungnya sendiri, WIM Laysa Latifah, yang memiliki rating lebih tinggi, 2262 dibanding 2115 miliknya. Di antara napas panjang dan tatapan yang tak sepenuhnya bisa disembunyikan, dua saudara itu duduk berhadapan, dipisahkan hanya oleh papan catur. Dan seperti sudah ditakdirkan, Ummi tampil lebih stabil. Ia menang.

Kemenangan itu membawa Ummi ke 4½ poin, sementara Laysa tertahan di . Tak hanya penting secara emosional, hasil ini juga bernilai besar secara teknis. Dengan kualitas lawan yang sudah memenuhi syarat norma, dan rata-rata rating lawan yang memadai, Ummi kini hanya butuh satu poin lagi dari dua babak tersisa untuk menyelesaikan norma WGM ketiganya. Satu kemenangan, atau dua kali remis, akan mengantarnya ke gerbang sejarah.

IM Medina Warda Aulia main berdampingin dengan WIM Chelsie Monica Sihite. Masing-masing melawan pecatur Rusia WIM Margarita Potapova dan unggulan pertama IM Leya Garifullina (Foto: Percasi)

IM Medina Warda Aulia main berdampingin dengan WIM Chelsie Monica Sihite. Masing-masing melawan pecatur Rusia WIM Margarita Potapova dan unggulan pertama IM Leya Garifullina (Foto: Percasi)

Sementara Ummi melangkah mantap, pecatur putri lainnya mengalami hasil beragam. IM Medina Warda Aulia, unggulan Indonesia dengan rating 2377, harus puas bermain remis menghadapi WIM Margarita Potapova, pecatur tangguh asal Rusia yang mengantongi rating 2467. Tambahan setengah poin membuat Medina kini mengoleksi 4 poin, setengah langkah di belakang Ummi.

WGM Dewi AA Citra, pecatur senior dengan gaya bermain solid, mencetak kemenangan penting atas WIM Marjona Malikova dari Uzbekistan, yang memiliki rating 2060. Kemenangan ini membawa Citra ke 3½ poin, sejajar dengan Laysa yang sebelumnya kalah dari Ummi.

Satu lagi pecatur putri Indonesia, WIM Chelsie Monica Sihite, harus menerima kenyataan pahit setelah ditundukkan unggulan pertama turnamen, IM Leya Garifullina, yang juga berasal dari Rusia dengan rating 2467. Hasil itu juga membuat Chelsie berada di 3½ poin.

IM Adytia Bagus Arfan (kiri) menang melawan FM Jaloliddin Ikhomi dari Tajikistan (Foto: Percasi)

IM Adytia Bagus Arfan (kiri) menang melawan FM Jaloliddin Ikhomi dari Tajikistan (Foto: Percasi)

Sementara itu, di kategori putra, tiga pecatur Indonesia meraih kemenangan di babak ketujuh. GM Susanto Megaranto, yang menjadi andalan utama tim, berhasil mengalahkan IM Maran K Senthil dari India, yang memiliki rating 2355. Kemenangan itu menyelamatkan posisi Susanto yang kini mengoleksi 3½ poin—hasil yang cukup menghibur walau belum cukup untuk bersaing di papan atas.

Gilbert Elroy Tarigan tampil tak kalah impresif. Dengan rating 2415, ia menundukkan IM Sunil Mokal Prathamesh (2351)  dari India.. Sama seperti Susanto, Gilbert kini juga mengantongi 3½ poin, menempatkan dirinya dalam kelompok tengah klasemen.

Kemenangan lainnya datang dari IM Aditya Bagus Arfan, yang mengatasi perlawanan FM Jaloliddin Ikhomi (2272) dari Tajikistan. Aditya, salah satu wajah muda dalam skuad ini, juga mencatatkan 3½ poin.

Namun tidak semua berjalan sesuai harapan. GM Novendra Priasmoro, salah satu pecatur paling berbakat dalam dekade terakhir, justru harus mengakui keunggulan IM Panda Sambit dari India, yang memiliki rating 2369. Kekalahan itu membuat Novendra tertahan di 3 poin.

Dua pecatur lainnya, IM Farid Firman Syah dan IM Azarya Jodi Setyaki, hanya bermain remis. Farid ditahan oleh FM Naranbold Sobilegt (2159) dari Mongolia, sementara Azarya bermain imbang melawan CM Isaak Huh (2087) dari Korea Selatan. Keduanya kini sama-sama mengoleksi 3 poin.

WIM Ummi Fisabilillah bersama manajer tim Kristianus Liem (Foto: Percasi)

WIM Ummi Fisabilillah bersama manajer tim Kristianus Liem (Foto: Percasi)

Sejak awal turnamen, manajer tim, yang juga Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PB Percasi, Kristianus Liem, sudah menegaskan dua target: memburu tiket Piala Dunia Catur, dan jika itu gagal, maka setidaknya memperbaiki rating atau gelar individu. Untuk target pertama, kenyataannya memang pahit: bahkan GM Susanto Megaranto, yang menjadi unggulan tertinggi dari Indonesia, hanya menempati peringkat ke-54 dalam daftar awal. Terlalu jauh untuk berharap tiket Piala Dunia.

Tapi dari puing ambisi yang gugur, muncul jalan menuju gelar. Bila Ummi sukses mencapai 5½ poin, maka ia akan resmi meraih norma WGM ketiganya. Tapi perjuangan tak berhenti di situ. Seperti dijelaskan oleh Kristianus Liem, untuk benar-benar menyandang gelar Women Grandmaster, Ummi harus mencapai rating minimum 2300.

“Kalau sudah dapat norma ketiga, selanjutnya dia harus naikkan rating ke 2300. Artinya, dia harus terus latihan agar kualitas permainannya terus bertambah,” ujar Kristianus.

Dengan rating saat ini masih di angka 2115, itu berarti perjuangan Ummi belum selesai. Namun pencapaian norma ketiga—bila berhasil—akan menjadi batu loncatan penting. Ia akan bergabung dalam barisan elit pecatur putri Indonesia yang sudah menyandang gelar WGM: Irene Kharisma SukandarMedina Warda Aulia, dan Dewi AA Citra.

Ummi bukan nama yang sering tampil di headline utama. Tapi mungkin justru karena itu, langkahnya terasa lebih indah. Ia bekerja dalam diam, tanpa hingar bingar, membangun prestasi dari bawah. Kini, di panggung besar Asia, ia tinggal satu langkah lagi untuk menapakkan kakinya ke jajaran elit: menjadi Women Grandmaster keempat dalam sejarah Indonesia.

Dua babak tersisa akan menjadi ruang ujian. Tapi apa pun yang terjadi, Ummi sudah menunjukkan satu hal: bahwa dalam panas yang menyengat, dalam tekanan yang mencekik, dalam pertandingan yang bahkan mempertemukannya dengan darah dagingnya sendiri—ia tetap bisa berpikir jernih, bergerak cermat, dan menulis sejarahnya sendiri.

Asian Individual Chess Championship (AICC) 2025 mungkin tidak akan mengantarkan pecatur Indonesia ke Piala Dunia Catur tahun ini. Tapi sejarah tak selalu berbentuk tiket atau piala. Kadang ia hadir dalam bentuk langkah kecil—yang diambil dengan tenang, penuh kesabaran, dan kepercayaan diri.

Dan itulah yang sedang dijalani Ummi Fisabilillah. Dua babak tersisa akan menjadi panggung krusial. Jika ia berhasil mencuri satu poin lagi, maka sejarah akan mencatatnya sebagai WGM keempat dalam sejarah Indonesia. Sebuah capaian yang layak dirayakan, tidak hanya oleh komunitas catur, tapi oleh seluruh pecinta olahraga tanah air. (*)

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

John Doe

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!