Dari Lumbung Sapi ke Lapangan Hoki: Yasser Arafat dan Jalan Panjang Menuju Dua Emas SEA Games 2025
Ludus01

LUDUS - Di sebuah ruangan pelatnas di Depok, derap langkah dan gemeretak stik menggema seperti irama perjuangan. Seratus atlet hoki dari seluruh penjuru Nusantara sedang diasah, dipilih, dan ditempa. Mereka bukan sekadar berlatih, mereka sedang berjuang untuk menuliskan sejarah baru bagi olahraga hoki Indonesia di SEA Games 2025 Thailand.

Dua tahun lalu, di Kamboja, sejarah itu untuk pertama kalinya tercetak: medali emas berhasil direbut Timnas Hoki Indoor Putra. Tak hanya emas, Indonesia pulang dengan tambahan tiga medali perunggu dari cabang hoki, menjadikan SEA Games 2023 sebagai titik balik bagi olahraga yang selama ini berada di luar radar sorotan publik.
Kini, tantangannya lebih besar. Di Thailand, cabang hoki akan memperlombakan enam medali emas, bertambah dua dari edisi sebelumnya, meliputi Hoki Indoor, Hoki Outdoor, dan Hoki 5s. Dan target yang dipasang pun lebih tinggi: dua medali emas dan empat perak.
"Target kami bukan hanya mempertahankan emas, tapi meningkatkannya. Kami membidik emas dari Hoki Indoor dan Hoki 5s. Peluangnya cukup realistis," ujar Sekretaris Jenderal PP FHI, Yasser Arafat Suaidy, saat ditemui belum lama ini.

Sekretaris Jenderal PP FHI, Yasser Arafat Suaidy (kiri). Foto/Dok.PHI
Yasser bicara tenang, tapi nadanya sarat dengan optimisme dan kesadaran akan tantangan. Seratus atlet yang kini berkumpul di Depok merupakan hasil seleksi dari gelaran PON Aceh-Sumut 2024. Dari jumlah itu, hanya 60 yang akan dipilih untuk bertarung di Thailand, 9-20 Desember 2025 mendatang. Prosesnya ketat, dibimbing langsung pelatih asal Malaysia, Dharma Raj.

Sebelum berlaga di Negeri Gajah Putih, uji coba internasional pun disiapkan. Timnas Hoki Indoor Putra dijadwalkan menjajal kekuatan di Kazakhstan dan Jerman. Sementara itu, tim Hoki 5s akan ke Polandia. Tim Indoor Putri dan Outdoor Putra-Putri rencananya akan menempa diri di Malaysia dan Australia.

Namun di balik semua rencana itu, realitas anggaran menyodorkan tantangan baru. Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) hanya memberikan pembiayaan untuk satu tim: Timnas Hoki Indoor Putra, sang peraih emas di Kamboja. Sisanya, lima tim lain, harus berjuang dengan dana mandiri.
"Kami menyadari kebijakan efisiensi dari Kemenpora. Tapi ini jadi tantangan yang harus dijawab, bukan keluhan yang dipelihara," kata Yasser yang juga dikenal sebagai pengusaha peternakan sapi.

Dengan senyum kecil, Yasser menyebut bagaimana federasi harus menggalang dana dan dukungan untuk memastikan seluruh tim bisa berlatih dan bertanding layaknya juara. "Harapan kami, tentu, Kemenpora bisa turut mendukung kelima nomor lainnya. Tapi apa pun itu, target emas harus tetap dijawab di lapangan," tegasnya.
Target tinggi, anggaran terbatas, dan harapan yang harus dijaga. Di sinilah olahraga seringkali menemukan maknanya yang paling hakiki, bahwa medali bukan sekadar logam mulia, tapi simbol dari ketabahan dan keyakinan. Bahwa emas tak hanya diraih dari pertandingan, tapi juga dari perjuangan di luar arena: meyakinkan negara, membangun kepercayaan, dan menyalakan api di hati para atlet.

SEA Games Thailand 2025 belum dimulai. Tapi Timnas Hoki Indonesia sudah memulainya, dari langkah kecil di pelatnas Depok, menuju mimpi besar di podium tertinggi Asia Tenggara. (*)
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!