
Namanya mungkin asing kemarin. Tapi kini, dunia para bulu tangkis para mengenalnya sebagai juara.

Muhammad Al Imran meraih medali emas tunggal putra SL3 setelah menumbangkan unggulan keempat dunia asal India, Umesh Vikram Kumar, dengan skor 2-1 (21-18, 19-21, 21-9) (Foto: NPC Indonesia)
Tak banyak yang tahu siapa Muhammad Al Imran saat ia menjejakkan kaki di Dubai, awal Mei lalu. Atlet para bulu tangkis dari Bogor ini datang bukan sebagai unggulan, bukan pula sebagai langganan tim nasional. Bahkan untuk tampil di 6th Fazza Dubai Para Badminton International 2025 saja, ia baru menjalani klasifikasi resmi SL3 di tempat yang sama, hanya beberapa hari sebelum pertandingan dimulai.
Namun pada 11 Mei 2025, nama itu membuat kejutan besar: meraih emas tunggal putra SL3 setelah menumbangkan unggulan keempat dunia asal India, Umesh Vikram Kumar, dengan skor 2-1 (21-18, 19-21, 21-9).
Seketika, Imran menjadi sorotan. Dari yang tak dikenal, menjadi harapan baru Indonesia di pentas dunia. Imran mulai bermain bulu tangkis tidak dari pelatnas atau klub besar. Ia baru mengenal para bulu tangkis pada 2020, dan itupun tanpa program latihan khusus. Namun keikutsertaannya di Peparda 2022 Bekasi, mewakili Kabupaten Bogor, membuka jalan. Ia meraih emas pertamanya, dan dari sana, semangatnya tak terbendung.
Pada Peparnas XVII 2024 di Solo, Imran membela Jawa Barat dan mencetak prestasi mencolok: tiga emas di nomor SL3 single nasional, SL3 single elite, dan beregu putra.
“Setelah dari Peparda, saya mewakili Jawa Barat di Peparnas Solo. Alhamdulillah dapat tiga emas,” katanya mengenang.
Hasil itu membuka pintu menuju pelatnas. Tapi ia tahu, untuk masuk level dunia, belum ada yang pasti — sampai akhirnya ia menembus ajang internasional di Dubai. Imran tidak menutupi perasaan tegangnya selama di Dubai.
“Sangat berbeda sekali dengan pertandingan dalam negeri. Ada rasa nervous karena baru pertama kali main di internasional,”
Namun dukungan keluarga dan teman-temannya menjadi kunci. “Mereka membuat rasa nervous hilang, saya jadi lebih yakin,” imbuhnya.
Perjalanan menuju final tidak mudah. Ia menghadapi lawan-lawan tangguh dari Korea Selatan, sebelum menghadapi Umesh Vikram Kumar di partai puncak — pemain berpengalaman yang tak hanya punya peringkat tinggi, tapi juga jam terbang jauh lebih luas.
Gim pertama berhasil dimenangkan Imran dengan 21-18. Gim kedua lepas tipis 19-21. Tapi di gim ketiga, Imran tampil seolah tanpa beban, dan menang telak 21-9.
“Gelar internasional pertama ini saya persembahkan untuk negara Indonesia, NPC Indonesia, masyarakat, keluarga serta seluruh teman-teman yang memberikan dukungan dan doa.”
— Muhammad Al Imran —

Pelatih tim nasional Ukun Rukaendi sudah memantau Muhammad Al Imran sejak tampil di Peparnas 2024 (Foto: NPC Indonesia)
Pelatih tim nasional, Ukun Rukaendi, sudah lama mencermati potensi luar biasa yang dimiliki Imran. Sejak Peparnas, namanya masuk radar utama. “Sebenarnya sudah diprediksi bahwa Imran ini bisa bersaing,” ujar Ukun.
Tapi kisah ini belum selesai. Bagi tim pelatih,
Dari atlet muda yang tak dikenal siapa-siapa, hingga menjadi juara di panggung dunia, Muhammad Al Imran menunjukkan bahwa dalam olahraga, kejutan terbaik sering datang dari mereka yang paling tenang — dan paling haus membuktikan diri. Kini, dunia mengenalnya. Dan Indonesia boleh berharap lebih.
Bagi Ukun, keberhasilan Imran di Dubai adalah validasi. Bakat, semangat, dan ketekunan anak muda ini terbukti membuahkan hasil. Bahkan menurutnya, kemenangan ini sempat “membuat geger” beberapa kontingen negara lain.
Emas di Dubai hanyalah awal. Imran kini disiapkan menuju panggung yang lebih besar: Paralimpiade Los Angeles 2028. “Saya optimis, dengan bakat yang kuat, usia masih muda dan postur yang baik, serta terlihat memiliki keinginan yang kuat, berlatih disiplin, saya optimis dia bisa masuk Paralimpiade 2028 Los Angeles,” tandas Ukun.
Ukun pun melanjutkan, “Alhamdulillah dia ikut klasifikasi dan lolos untuk SL3, serta debutnya di internasional bisa menyumbang medali emas untuk Indonesia. Prestasi itu kemarin sempat membuat geger negara-negara peserta para bulu tangkis dunia,” ujar Ukun.

Di Dubai, Imran pun lolos mengikuti proses klasifikasi resmi SL3 (Foto: NPC Indonesia)
Selain medali emas, Imran baru saja melalui proses klasifikasi resmi SL3 di Dubai, menjadikannya eligible tampil di nomor ini. SL3 adalah salah satu klasifikasi dalam para bulu tangkis untuk atlet dengan gangguan fisik di ekstremitas bawah, seperti kelemahan otot atau ketidakseimbangan postural. Atlet SL3 umumnya bermain di lapangan setengah (half court) dan memiliki kemampuan mobilitas yang terbatas dibanding kategori lainnya.
Kemenangan Muhammad Al Imran bukan hanya soal emas. Ia adalah lambang dari banyak hal: dari talenta yang tersembunyi, dari atlet yang bukan siapa-siapa jadi tumpuan bangsa, dan dari semangat yang meyakinkan: bahwa dengan kerja keras, siapapun bisa menulis kisah besar.
Ia tak datang sebagai unggulan. Tapi pulang sebagai juara. Dan yang lebih penting: sebagai harapan.
Dari anak muda yang mulai bermain bulutangkis hanya empat tahun lalu, kini ia berdiri di podium tertinggi dunia. Sebuah kisah kejutan — tapi juga cermin ketekunan. Dan kini, dunia tak lagi bertanya siapa Muhammad Al Imran. Dunia justru menunggu, kejutan apa lagi yang akan datang dari raketnya. (*)
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!