Evolusi 23 Bola Piala Dunia Sepanjang Sejarah, Terbaru Adidas Luncurkan Trionda 2026
Wasis Wibowo


LUDUS – Adidas telah meluncurkan Trionda, bola resmi Piala Dunia 2026. Trionda merupakan bola ke-15 yang dibuat Adidas untuk Piala Dunia dalam kerja sama dengan FIFA yang telah terjalin lebih dari 50 tahun.
Secara keseluruhan, terdapat 23 desain bola berbeda yang digunakan sejak Piala Dunia Pertama di Uruguay tahun 1930. Setelah era Adidas baru dimulai diperkenalkannya bola Telstar klasik pada Piala Dunia 1970 di Meksiko.
Trionda bola resmi Piala Dunia FIFA 2026 di Kanada, Meksiko, dan Amerika Serikat, menjadi yang terbaru dengan perangkat canggih. Perubahan material dan desain yang digunakan untuk bola resmi Piala Dunia, juga dapat menggambarkan evolusi permainan si kulit bundar selama satu abad terakhir.
Baca juga: Trionda Bola Resmi Piala Dunia 2026, Padukan Ikon 3 Negara dan Dibenamkan Teknologi Canggih
Dari zaman yang lebih sederhana sejak Piala Dunia pertama tahun 1930, hingga era profesionalisme ultramodern saat ini. Berikut 23 bola yang digunakan selama Piala Dunia:
1. Piala Dunia 1930: Uruguay (Tiento dan Model-T)

Tidak ada bola resmi yang diproduksi untuk Piala Dunia pertama di Uruguay. Sejumlah bola yang digunakan sepanjang turnamen memiliki desain berbeda. Keunikan terjadi saat babak final, antara tuan rumah Uruguay lawan Argentina, pecah keributan untuk menentukan negara mana yang akan menyediakan bola pertandingan.
Akhirnya terjadi kompromi, babak pertama menggunakan bola model pilihan Argentina (Tiento), dan pada babak kedua memakai bola pilihan Uruguay (Model-T).
Argentina unggul 2-1 saat jeda sebelum Uruguay mencetak tiga gol pada babak kedua dengan bola yang lebih besar dan lebih berat. Uruguay menang lawan Argentina 4-2 dan memastikan diri sebagai juara dunia perdana.
2. Piala Dunia 1934: Italia (Federale 102)

Federale 102 mungkin bola paling terkenal di Piala Dunia karena bola pertama yang mengganti tali kulit tebal yang diperkeras dengan tali katun. Selain meningkatkan ikatan antar panel, penggunaan tali yang lebih lembut untuk menjahit bola membuat menyundul Federale tidak terlalu sulit.
Federale diproduksi oleh ECAS (Ente Centrale Approvvigionamento Sportivi, badan pusat pemerintah Italia untuk perlengkapan olahraga) di Roma. Dalam foto yang memegang bola ini, terlihat mantan kapten Cekoslowakia, Frantisek Planicka, yang memimpin negaranya ke final saat dikalahkan tuan rumah 1-2.
3. Piala Dunia 1938: Prancis (Allen Coupe du Monde Officiel)

Diproduksi oleh pabrik Allen di Paris, bola Coupe du Monde memiliki tampilan yang mirip dengan Federale dengan konstruksi 13 panel, tali katun, dan lapisan luar kulit sapi berwarna cokelat tua.
Namun, tepi panel-panel individual Allen jauh lebih bundar dibandingkan bola tahun 1934, yang membuatnya lebih bundar dan lebih mudah diprediksi. Bola ini juga harus dijahit dan dipompa dengan tangan oleh pekerja terampil untuk mencapai hasil akhir yang bulat.
4. Piala Dunia 1950: Brasil (Superball Duplo T)

Berkat kemajuan teknologi yang dicapai selama jeda 12 tahun antar turnamen akibat Perang Dunia II, Piala Dunia 1950 menyaksikan revolusi kecil dalam desain dan pembuatan bola pertandingan resmi.
Panel dan tali dari masa lalu telah hilang, dan muncullah Duplo T, yang dilengkapi katup karet cetak yang memungkinkan kantong udara internal yang tertutup untuk dipompa dengan pompa tangan sederhana, seperti halnya semua bola sepak modern.
Konsep ini telah digunakan dalam sepak bola Argentina selama bertahun-tahun sebelumnya, tetapi desain katup jarum suntik baru disetujui FIFA untuk digunakan di Piala Dunia pada tahun 1950.
5. Piala Dunia 1954: Swiss (Kost Sport Swiss World Champion)

Kost Sport Swiss World Champion ini adalah bola kulit 18 panel pertama yang digunakan di turnamen sepak bola besar. Dengan warna kuning yang lebih berani dan panel "W" yang saling bertautan memberikan tampilan modern pada bola tersebut.
6. Piala Dunia 1958: Swedia (Top Star)

Bola Top Star dibuat oleh perusahaan Swedia Sydlader AB, yang didirikan pada tahun 1914 dan awalnya memproduksi sabuk penggerak kulit untuk mesin industri dan pertanian. Sydlader ditunjuk sebagai pemasok bola resmi untuk Piala Dunia '58 setelah Top Star dipilih dalam uji coba buta lebih dari 100 desain oleh panel pejabat FIFA.
Setiap tim kemudian diberikan 30 bola untuk digunakan selama turnamen. Penyerang Prancis Just Fontaine jelas menyukainya. Dia mencetak 13 gol dalam enam pertandingan di Swedia, sebuah rekor untuk satu turnamen yang belum pernah dipecahkan.
7. Piala Dunia 1962: Chile (Custodio Zamora Mr Crack)

Dengan desain 18 panel yang terinspirasi oleh bola voli, Crack adalah bola berwarna krom yang memiliki permukaan lebih halus dan lebih bulat dibandingkan bola pertandingan Piala Dunia lainnya. Bola ini juga merupakan bola Piala Dunia terakhir yang disediakan oleh perusahaan lokal, dengan Senor Custodio Zamora dari San Miguel yang ditugaskan untuk memproduksinya khusus.
Sayangnya, masalah abrasi, kerapuhan, dan genangan air, Crack dianggap tidak memadai oleh para pemain dan ofisial. Hal ini menyebabkan berbagai alternatif yang diperoleh secara tergesa-gesa digunakan di seluruh turnamen.
8. Piala Dunia 1966: Inggris (Slazenger Challenge 4 Star)

Setelah Crack terbukti menimbulkan masalah, FIFA memutuskan untuk menghindari produsen lokal dan mempercayakan pasokan bola pertandingan Piala Dunia kepada perusahaan olahraga multinasional yang mapan.
Penawaran pertama jatuh pada Slazenger Challenge 4 Star, bola 25 panel dengan katup lateks yang diproduksi dalam warna putih, oranye terang, dan kuning, dan dipilih sebelum turnamen oleh Asosiasi Sepak Bola Inggris dalam uji coba buta.
Varian oranye dipilih untuk final saat Inggris mengalahkan Jerman Barat 4-2 melalui perpanjangan waktu untuk mengangkat trofi Jules Rimet di Wembley.
Tampak, mantan Perdana Menteri Inggris Gordon Brown (kanan) memegang bola tahun 1966 sementara mantan presiden FIFA Sepp Blatter menatap bola versi tahun 1930.
9. Piala Dunia 1970: Meksiko (Adidas Telstar)

Era Adidas dimulai pada tahun 1970 dengan diperkenalkannya Telstar asli, sebuah desain "ikosahedron terpotong" 32 panel yang kemudian mendefinisikan bentuk bola sepak selama beberapa dekade berikutnya.
Bola ini dinamai berdasarkan satelit AS yang berbentuk bulat serupa, total 20 Telstar dipasok oleh Adidas untuk digunakan di turnamen tersebut. Berarti bola-bola tersebut tidak digunakan di setiap pertandingan, dengan beberapa bola cokelat dan putih tanpa tanda juga digunakan di beberapa pertandingan.
Desain dua warna Telstar yang khas juga membuat bola lebih mudah diikuti oleh orang-orang yang menonton pertandingan di rumah melalui televisi hitam-putih. Meskipun variasi "Chile Durlast" serba putih juga digunakan di beberapa pertandingan.
10. Piala Dunia 1974: Jerman Barat (Adidas Telstar Durlast)

Pada dasarnya memiliki desain yang sama dengan Telstar asli, Durlast menampilkan lapisan poliuretan tipis baru di atas panel kulit yang meningkatkan ketahanannya terhadap genangan air dan abrasi.
Turnamen ini merupakan kemenangan kandang bagi Adidas dan tim Jerman Barat, yang mengangkat trofi setelah mengalahkan Belanda yang dipimpin Johan Cruyff di final.
11. Piala Dunia 1978: Argentina (Adidas Tango)

Salah satu bola sepak paling ikonik sepanjang masa, Tango diperkenalkan untuk Piala Dunia 1978 dan bertahan selama bertahun-tahun dengan hanya beberapa perubahan kecil pada desainnya.
Tango '78 terdiri dari 20 panel heksagonal yang dijahit tangan dan dilapisi membran plastik tipis "Durlast" untuk membantu mencegah genangan air.
Desain grafisnya juga menggunakan tanda segitiga pada setiap panel untuk menciptakan ilusi lingkaran putih di seluruh permukaan, yang membantu pemain mudah melacak putaran bola di udara.
12. Piala Dunia 1982: Spanyol (Adidas Tango España)

Desain Tango begitu populer sehingga bertahan di Adidas dari tahun 1978, hingga Piala Dunia 1982 di Spanyol, serta Kejuaraan Eropa dan Olimpiade 1988. Edisi España '82 hanya mengalami sedikit pembaruan kosmetik, jahitannya dilapisi karet untuk meningkatkan ketahanan airnya.
España juga terkenal sebagai bola kulit utuh terakhir yang digunakan di turnamen Piala Dunia sebelum dimulainya era sintetis.
13. Piala Dunia 1986: Meksiko (Adidas Azteca)

Saat Tango masih digunakan, Adidas memutuskan bahwa bola baru diperlukan untuk Piala Dunia 1986, dan oleh karena itu Azteca diciptakan.
Meskipun menyerupai Tango dengan desain 32 panel yang dijahit tangan, Azteca diproduksi menggunakan 100% bahan sintetis dan desain segitiga pada panelnya menampilkan detail rumit, terinspirasi lukisan dinding dan budaya Aztec.
Bola ini juga memiliki tempat unik dalam sejarah sepak bola karena menjadi bola yang ditinju Diego Maradona dari Argentina di atas kepala kiper Inggris Peter Shilton. Momen ini dikenal sebagai gol "Tangan Tuhan".
14. Piala Dunia 1990: Italia (Adidas Etrusco Unico)

Seperti Azteca sebelumnya, Etrusco Unico mendapatkan inspirasi desainnya dari budaya kuno negara tuan rumah Piala Dunia. Alih-alih seni Aztec, 20 triad segitiga pada bola Unico disepuh dengan penggambaran kepala singa yang sering ditemukan dalam berbagai karya patung, perhiasan, seni rupa, dan arsitektur Etruria.
Etrusco Unico juga merupakan bola Piala Dunia pertama yang memiliki lapisan internal busa poliuretan hitam di bawah cangkang luarnya. Lapisan ini membantu memberikan perlindungan lebih baik terhadap genangan air dan meningkatkan daya tahan serta kualitas pantulan.
15. Piala Dunia 1994: Amerika Serikat (Adidas Questra)

Meskipun namanya membangkitkan gambaran perjalanan manusia purba untuk mencapai bintang dan peringatan 25 tahun pendaratan di bulan Apollo 11, Questra pada dasarnya merupakan tiruan Tango terbaru.
Secara visual sangat mirip dengan tiga bola pertandingan Piala Dunia sebelumnya. Questra menampilkan desain panel pentagonal yang sama dengan yang digunakan pada Azteca dan Estruco Unico, meskipun detailnya kali ini mencerminkan keajaiban eksplorasi ruang angkasa.
Questra juga jauh lebih ringan daripada bola-bola Piala Dunia sebelumnya, yang membuat para pemain menyerang memuji kemampuannya untuk berbelok dan melengkung. Sebaliknya, para penjaga gawang mengeluhkan gerakannya yang sulit ditebak di udara.
16. Piala Dunia 1998: Prancis (Adidas Tricolore)

Tricolore merupakan bola multiwarna pertama yang digunakan di Piala Dunia, dengan palet monokrom tradisional yang diperbarui untuk mencerminkan warna tradisional negara tuan rumah: merah, putih, dan biru.
Meskipun desain dasar bola tetap tidak berubah, ayam jantan dan bendera dipilih sebagai simbol tradisional Prancis untuk dipadukan ke dalam motif triad.
Tricolore juga merupakan bola pertandingan Piala Dunia terakhir yang mengusung estetika "Tango" yang kini ikonik, seiring Adidas mulai bereksperimen dengan teknik manufaktur baru dan pilihan warna yang lebih berani.
17. Piala Dunia 2002: Jepang/Korea Selatan (Adidas Fevernova)

Fevernova menandai peralihan Adidas dari desain Tango tradisional ke grafis offset radikal yang terinspirasi oleh budaya Asia. Terdiri dari bentuk emas bercabang tiga (terinspirasi oleh simbol "tomoe" Jepang) dan garis-garis merah yang dimaksudkan untuk menyerupai seni kaligrafi kuno.
Meskipun dibuat menggunakan 11 lapisan berbeda, bola ini banyak dikritik karena terlalu ringan dan tidak dapat diprediksi lajunya. Terutama karena busa sintetis yang digunakan sebagai bantalan di bagian luar poliuretan yang kenyal.
18. Piala Dunia 2006: Jerman (Adidas Teamgeist dan Teamgeist Berlin)

Piala Dunia 2006 di Jerman adalah turnamen pertama yang menampilkan desain alternatif kedua dari bola pertandingan resmi yang diproduksi khusus untuk digunakan pada tahap akhir kompetisi.
Teamgeist standar yang berarti "semangat tim") erwarna putih dengan pita hitam berbentuk oval dan dibuat hanya menggunakan 14 panel sintetis yang diikat secara termal. Teknologi ini menciptakan bola yang lebih bulat, lebih presisi, dan hampir sepenuhnya kedap air.
Versi emas khusus diproduksi untuk final di Berlin. Namun, karena memiliki lebih sedikit jahitan, hambatan udara berkurang hingga beberapa pemain mengeluhkan pergerakan bola yang sulit ditebak di udara.
19. Piala Dunia 2010: Afrika Selatan (Adidas Jabulani dan Jo'bulani)

Dikenang luas sebagai salah satu bola Piala Dunia paling bermasalah sepanjang masa, Jabulani memiliki nama yang meriah (diterjemahkan dari frasa Zulu yang berarti "berbahagialah").
Bola ini punya kecenderungan yang lebih menghebohkan karena dapat menukik, berbelok, dan menggelembung ke tribun. Terbuat dari delapan panel cetak, permukaan Jabulani juga diberi tekstur dengan tonjolan dan alur tipis untuk meningkatkan aerodinamika.
Namun, setelah pertandingan pembuka kompetisi diwarnai dengan kesalahan penanganan, beberapa penjaga gawang, termasuk Gianluigi Buffon dan Julio Cesar, secara terbuka mengungkapkan tentang ketidakpastian aliran laju bola tersebut.
Seperti pada tahun 2006, versi khusus Jabulani berwarna emas diperkenalkan untuk final yang digelar di Johannesburg.
20. Piala Dunia 2014: Brasil (Adidas Brazuca dan Brazuca Rio)

Bola Piala Dunia pertama yang dinamai melalui pemungutan suara publik, Brazuca terbuat dari enam panel poliuretan yang direkatkan dan dihiasi grafis cerah yang terinspirasi oleh gelang Bahia -- gelang keberuntungan tradisional Brasil yang terbuat dari benang warna-warni.
Karena Jabulani dianggap gagal, penekanannya adalah menciptakan bola yang stabil secara aerodinamis dan berkinerja konsisten di segala kondisi. Untungnya, Brazuca mampu menghindari jebakan pendahulunya setelah menjalani dua tahun pengujian ketat sebelum turnamen.
Sekali lagi, versi khusus diproduksi untuk grand final di Rio de Janeiro dengan warna hijau, merah, dan biru khas Brazuca digantikan dengan warna hijau, emas, dan hitam.
21. Piala Dunia 2018: Rusia (Adidas Telstar 18 dan Telstar 18 Mechta)

Mengenang kembali masa kejayaan di awal tahun 1970-an, Adidas memperbarui desain Telstar klasik untuk digunakan di Rusia. Alih-alih menggunakan 32 panel yang dijahit tangan, Telstar yang dimodernisasi ini dibangun hanya dari enam panel yang direkatkan secara termal untuk menciptakan permukaan yang lebih bulat, lebih halus, dan lebih konsisten.
Namun, segalanya berawal buruk ketika dua bola pecah dalam pertandingan penyisihan grup antara Prancis dan Australia. Sesuai tradisi, desain alternatif diluncurkan untuk babak gugur, yaitu Telstar 18 Mechta ("mechta" dalam bahasa Rusia berarti ambisi). Satu-satunya perbedaan nyata adalah bintik-bintik merah pada cangkangnya.
22. Piala Dunia 2022: Qatar (Adidas Al Rihla)

Al Rihla (nama yang diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Inggris sebagai "perjalanan") adalah desain 20 panel yang menurut Adidas terinspirasi oleh arsitektur, seni, dan bendera nasional Qatar.
Untuk mengurangi hambatan udara pada salah satu final Piala Dunia terpanas yang pernah ada, bola dibuat agar tampak sepenuhnya mulus dan bentuk panel yang terikat secara termal.
Ini terinspirasi langsung oleh layar kapal Dhow yang terkenal yang menjadi lambang negara Teluk tersebut.
23. Piala Dunia 2026: AS, Meksiko, dan Kanada (Adidas Trionda)

Trionda menampilkan grafis berputar yang memadukan merah, hijau, dan biru -- tiga warna yang dirancang untuk mewakili warna nasional ketiga negara tuan rumah. Panel merah menampilkan daun maple Kanada, panel biru berhiaskan bintang, dan panel hijau menampilkan grafis yang terinspirasi oleh elang Aztec yang simbolis.
Baca juga: Ayo Gabung LUDUS Store Affiliate Program, Dapatkan Komisi Menarik Tanpa Stok Barang
Detail tersebut kemudian ditambahkan dengan warna emas, yang berfungsi sebagai referensi visual untuk trofi Piala Dunia itu sendiri. Lebih lanjut, nama tersebut merupakan penghormatan kepada tiga serangkai tuan rumah turnamen 2026, yaitu Amerika Utara dan Tengah, dengan "Tri" yang jelas berarti "tiga" dan "Onda" yang berarti "gelombang" dalam bahasa Spanyol dan Portugis.
Seluruh bola hanya terdiri dari empat panel, dengan garis-garis timbul dan ikon negara yang diembos untuk menciptakan permukaan yang, menghasilkan stabilitas optimal saat terbang dengan memastikan adanya hambatan yang cukup dan merata saat bola melayang di udara. (*)

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga bela diri berkualitas dari sejumlah brand ternama. Dapatkan harga lebih murah, transaksi yang aman, dan pengiriman cepat.
Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!