South East Asian Amateur Golf Team Championship 2025 — Lion City Cup: Countback Dramatis yang Menentukan Juara
Akhmad Sef


LUDUS - Indonesia datang ke Luisita Golf & Country Club Filipina, dengan langkah yang sederhana: bermain sebaik mungkin, menyerap tekanan, lalu membiarkan permainan berbicara. Tapi yang terjadi di lapangan hijau itu berubah menjadi sebuah kisah yang jauh lebih besar. South East Asian Amateur Golf Team Championship, yang di dalamnya termasuk Lion City Cup untuk kategori U16, telah berlangsung pada 11–14 November dan menjadi panggung di mana tiga pegolf muda Indonesia menunjukkan betapa ketenangan bisa menjadi senjata paling tajam.

Foto/PB PGI
Turnamen yang oleh banyak negara diperlakukan sebagai tolok ukur masa depan golf mereka ini mempertemukan kekuatan penuh dari tiap delegasi. Indonesia datang dengan empat nomor utama: Putra Cup, Lion City Cup, Santi Cup, dan Kartini Cup, membawa kombinasi pemain muda dan berpengalaman yang sejak awal berangkat dengan satu janji: bermain untuk Indonesia.
Di kategori 62nd Putra Cup, ada Randy Bintang, Asa Najib, Amadeus Susanto, dan Kenneth Henson. Di sektor junior putra, trio Jayawardana Dornan, William Justin, dan Teuku Husein mengisi line-up 16th Lion City Cup. Sementara putri menurunkan Rayi Geulish, Bianca Naomi, dan Sania Talita di 14th Santi Cup, serta Abigail Rhea, Maureen Yose, dan Isabella Sudarmanto di 10th Kartini Cup. Mereka semua datang dengan beban yang tidak ringan, tetapi juga dengan antusiasme yang nyaris menular kepada siapa pun yang bertemu mereka di ruang latihan.

Foto/PB PGI
Tapi, kisah yang paling hangat keluar dari Luisita bukanlah dari daftar nama panjang itu, melainkan dari tiga remaja Lion City Cup yang berjalan pelan, tetapi pulang membawa emas pertama Indonesia sepanjang sejarah ajang tersebut.
Di tengah angin yang sulit ditebak dan green yang menuntut presisi, Jayawardana Dornan, Teuku Husein Danindra, dan William Justen Wijaya menutup perjalanan empat hari itu dengan total skor +5. Mereka mengunci gelar melalui keunggulan countback atas Singapura. Kemenangan yang datang setipis sehelai rumput, tapi terasa seperti dentuman panjang yang bergema ke seluruh Nusantara.

Foto/PB PGI
Jayawardana, Husein Danindra, dan William berdiri sebagai tiga anak muda yang tidak mudah goyah. Mereka masuk ke Luisita sebagai tim yang diharapkan tampil baik, tetapi tidak ada yang betul-betul menduga bahwa mereka akan tampil se-perkasa itu.
Dari pukulan pertama, ketiganya saling menopang, Jayawardana dengan kestabilan ritmis, Husein dengan ketenangan yang jarang dimiliki pemain seusianya, dan William dengan mental baja yang justru terasah saat kondisinya tidak sedang prima. Lapangan Luisita, dengan cuaca yang berubah secepat bayangan awan, berkali-kali menguji mereka, dan mereka menjawabnya dengan sesuatu yang lebih dari sekadar teknik: mereka menjawabnya dengan jiwa.

Foto/PB PGI
“South East Asian Amateur Golf Team Championship ini sangat kompetitif. Banyak pemain bagus dan ini sangat bagus buat rangking WAGR kami. Layout lapangan unik, cuacanya juga menantang, tapi semua bermain di kondisi yang sama,” ujar Jayawardana. Kalimatnya terdengar datar, tetapi mengandung sesuatu yang jauh lebih dalam: keyakinan bahwa tekanan bukan untuk ditakuti, melainkan untuk dikelola.

Foto/PB PGI
Teuku Husein bahkan menyambut setiap pukulan dengan rasa yang hampir seperti ritual. “Saya selalu menekankan bahwa saya main buat negara. Ada Indonesia di dada saya. Kami main bertiga, bukan sendiri. Alhamdulillah, kami bisa jadi juara.” Di balik kata-katanya, ada bayangan tentang seorang anak muda yang memahami betul makna tanggung jawab: bahwa setiap skor bukan hanya angka, tetapi representasi dari warna merah yang selalu ia bawa.

Foto/PB PGI
Momen paling mendebarkan datang ketika Indonesia dan Singapura bersisian seperti dua bayangan yang tak mau saling melepas. Hole 17 menjadi titik di mana segalanya bisa runtuh atau mekar. “Momen krusial terjadi di Hole 17, waktu Indonesia ditempel ketat Singapura. Tapi saya bisa melewatinya,” kata Jayawardana, mengingat kembali tekanan yang mengiris. Skornya yang meningkat dari 74–71–73–70 menjadi penanda ketegasannya dalam menjaga ritme.

Foto/PB PGI
Husein menyumbang kestabilan 76–76–72–70—grafik yang menanjak seperti detak kepercayaan diri. Tetapi justru William yang menjadi kunci tak terduga. Dengan skor 82–78–72–77, ia mengisi ruang yang paling menentukan dalam sistem countback. “Setiap kali ingin menyerah, saya ingat bahwa ini permainan tim. Skor saya penting. Jadi saya berusaha semaksimal mungkin meski sedang tidak fit. Semua soal mental,” ujarnya. Kalimat itu, jika dibaca perlahan, seolah mencerminkan denyut kemenangan Indonesia: kemenangan yang bukan lahir dari kemudahan, melainkan dari kepekaan untuk bertahan.
Total tim 150–147–144–140 membawa Indonesia sejajar dengan Singapura di angka 581, tetapi countback memberikan garis emas yang jatuh ke tangan Merah Putih. Malaysia menempati posisi ketiga dengan 591, tetapi sorotan hari itu tidak pernah benar-benar bergeser dari tiga nama Indonesia yang berdiri tegak di podium Luisita.

Kemenangan ini terasa seperti pintu yang baru saja dibuka. Sejak diperkenalkan oleh Singapore Golf Association pada 2004, Lion City Cup adalah ajang yang menuntut konsistensi dan keteguhan hati. Thailand mendominasi selama bertahun-tahun, sementara negara-negara seperti Singapura, Filipina, dan Myanmar silih berganti naik podium. Kini, untuk pertama kalinya, Indonesia mencatatkan namanya sebagai juara, sebuah sejarah yang akan selalu diingat sebagai penanda bangkitnya golf junior Indonesia.
Namun Luisita bukan hanya menyimpan cerita Lion City Cup. Di ajang yang sama, seluruh skuad Indonesia menampilkan performa yang solid. Putra Cup finis di posisi ketiga, Santi Cup di peringkat kedua, Kartini Cup menutup kompetisi di posisi keenam. Semua hasil itu menyatu menjadi satu lanskap besar: bahwa golf Indonesia, dalam wujud paling mudanya, sedang menapaki jalur yang benar. Ada stabilitas, ada ketekunan, ada kebersamaan yang tak bisa dihitung oleh angka–angka skor.

Foto/PB PGI
Di antara seluruh catatan itu, kemenangan Lion City Cup menjadi puncak yang paling terasa hangat. Bukan karena gelarnya semata, tetapi karena cara para atlet muda itu meraihnya: penuh ketabahan, penuh kejutan, penuh napas panjang. Luisita menjadi saksi bagaimana tiga remaja Indonesia mengubah tekanan menjadi ketenangan, dan ketenangan itu menjadi emas pertama yang pernah dimiliki Indonesia di Lion City Cup.

Foto/PB PGI
Keikutsertaan Indonesia di seluruh nomor ajang 2025 ini memang sejak awal bukan sekadar kompetisi, melainkan bagian dari upaya PB PGI membangun fondasi jangka panjang bagi golf nasional: mempertemukan bakat muda dengan atmosfer pertandingan internasional, menguji mental, memperluas jaringan regional, menanamkan pengalaman yang kelak menjadi modal saat mereka melangkah ke panggung Asia hingga dunia. Di Luisita, usaha itu menemukan bentuknya.

Foto/PB PGI
Dan setiap kemenangan besar, pada akhirnya, selalu lahir dari sebuah kalimat yang tampak sederhana: kami bermain untuk Indonesia. Di Luisita, kalimat itu berubah menjadi emas.
BACA JUGA: Sebelum Pegang Stick, Latih Dulu Tubuhmu: Golf Fitness untuk Pemula

Foto/PB PGI
Hasil Peringkat Akhir ASEAN CUP 2025
- Putra Cup: 3rd place ( 2nd Runner Up )
- Santi Cup: 2nd place ( Runner Up)
- Lion City Cup: 1st place ( Winner)
- Kartini Cup: 6th place
INDIVIDUAL CHAMPION: Randy Arbenata M Bintang

Foto/PB PGI
LION CITY CUP: 1st Place (Winner)
- Jayawardana Dornan
- Teuku Husein D
- William Justin W

Foto/PB PGI
PUTRA CUP: 3rd Place
- Randy AM Bintang
- Amadeus C Susanto
- Asa Najib
- Kenneth Henson S

Foto/PB PGI
Santi Cup: 2nd Place Winner
- Bianca Naomi L
- Sania Talita W
- Rayi Geulis Z

Foto/PB PGI

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.
Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!






