Indonesia di Modern Pentathlon Asian Championship 2025: Jejak Pelajaran Menuju Asian Games 2026
Akhmad Sef


LUDUS - Tak ada sorak paling nyaring selain detak semangat para atlet sendiri ketika rangkaian terakhir Modern Pentathlon di Asian Championship 2025 di Anjo mencapai garis penutupnya. Indonesia menutup partisipasinya dengan satu babak yang terasa seperti cermin: mixed relay, tempat Sri Wahyuni dan Graha Rizky Taruna memulai dari anggar, meniti obstacle, menyibak air di nomor renang, lalu menuntaskan semuanya di laser run. Ketika papan skor berhenti bergerak, mereka berdiri di urutan ketujuh, sebuah angka yang mungkin sederhana, tetapi mengandung banyak cerita yang tak terlihat oleh mata.

Foto/KONI Pusat
Di tribun Anjo Sports Center, Ketua Umum KONI Pusat Marciano Norman menyaksikan sendiri setiap detail yang terpahat di lapangan itu. Ia tak menyembunyikan penghargaan dan rasa terima kasihnya. Peringkat ketujuh, katanya, adalah awal yang patut dihargai, apalagi untuk mereka yang baru pertama kali mengukur diri di kompetisi internasional tingkat Asia setelah hanya memiliki tiga bulan persiapan. Di balik kalimatnya, ada pengakuan bahwa perjalanan menuju kompetisi besar bukan hanya soal medali, tetapi juga proses bertumbuh yang panjang dan sabar.

Ia menyebut nama-nama lain yang berjalan bersama dalam rombongan kecil ini: Inayah Nurul Qalbi, Samuel Matulatawa, dan Muhammad Ifsan. Mereka yang mungkin tak tampil di panggung terakhir, tetapi menyimpan jam-jam pengalaman yang kelak menentukan masa depan olahraga yang memadukan lima disiplin berbeda itu. Dari negara-negara lain yang lebih mapan, mereka belajar ritme, strategi, ketenangan, pelajaran yang tak tertulis namun wajib diserap.
Ada pula rasa hormat yang diarahkan Marciano pada tuan rumah Jepang, yang menata kejuaraan ini dengan tertib dan ramah seakan membawa para atlet pada suasana rumah kedua. Dan pada akhirnya, ia memberikan selamat kepada tim Cina yang menjadi juara mixed relay, tanda bahwa dalam olahraga, kemenangan orang lain bukan penghalang, melainkan arah kompas yang memberi tahu seberapa jauh perjalanan harus ditempuh.

Foto/KONI Pusat
Namun penghormatan paling dalam ia tujukan kepada Ketum PP MPI Marsekal Muda TNI Dr. Ir. Purwoko Aji Prabowo dan jajaran yang menyiapkan atlet-atlet ini dengan pembinaan yang sabar, bertahap, dan konsisten. Ada keyakinan yang ia ulang seperti sebuah janji masa depan: bahwa Modern Pentathlon Indonesia, lewat evaluasi yang terus menerus dan perjalanan yang tak putus, suatu hari dapat berdiri di podium Olimpiade.

Foto/KONI Pusat
Harapan yang membara sempat beredar di sekitar arena: bahwa para atlet Indonesia diperkirakan telah memenuhi syarat merebut tiket Asian Games 2026. Kepastian resmi baru bisa diakses hari ini, 17 November 2025, tetapi optimisme itu berjalan lebih cepat dari surat keputusan. Dalam cara tertentu, Anjo menjadi pintu kecil yang baru didorong terbuka, bukan titik akhir.

Foto/KONI Pusat
Sebelum mixed relay menutup perjalanan Indonesia, semi final putri telah lebih dulu menjadi panggung yang menegangkan. Nurfa Inayah Nurul Qalbi dan Sri Wahyuni tampil pada Kamis sore, 13 November 2025, mengejar peringkat 9 besar untuk melaju ke final. Mereka menempuh anggar, obstacle, renang, hingga laser run. Namun papan skor bergerak tanpa belas: Inayah berada di peringkat 13 dan Sri Wahyuni di urutan 14 semi final Grup B.
Marciano menyaksikan semuanya, lalu mengulang apresiasi kepada para Patriot Olahraga Prestasi Indonesia, para pelatih, para ofisial, serta keluarga besar Modern Pentathlon Indonesia yang dipimpin Purwoko Aji Prabowo.

Foto/KONI Pusat
“Modern Pentathlon merupakan olahraga strategis, salah satu yang tertua dan dipertandingkan di Olimpiade. Pembinaannya belakangan ini sangat pesat dan baik. Butuh upaya luar biasa,” ujarnya. Hari itu ia ditemani Waketum I Suwarno. “Sebagai era permulaan kebangkitan Modern Pentathlon, ini langkah hebat. Momentum kompetisi lintas negara harus menjadi sarana transfer knowledge bagi kita.”
Silvia Kristina, pelatih anggar sekaligus legenda dengan tujuh emas SEA Games, satu perak dan dua perunggu Asian Games, mengangguk bangga melihat performa dua atlet putri itu. “Ini pertama kali mereka ikut kompetisi internasional tingkat Asia. Untuk pengalaman sangat baik sekali, di samping memperkenalkan dunia bahwa Indonesia punya Modern Pentathlon,” katanya.

Foto/Istimewa
Harapan Indonesia lalu bergeser kepada tiga atlet putra: Graha Rizky Taruna, Samuel Matulatawa, dan Muhammad Ifsan. Satu nama, Dhafin, harus absen karena cedera. Taruna, peraih emas UIPM 2025 South East Asian Championships di Pantai Chonbury Pattaya, Thailand, turun di semi final Grup A pada 14 November 2025. Disusul Samuel dan Ifsan di semi final Grup B.
Pada akhirnya, semua rangkaian itu kini hanya meninggalkan garis-garis kecil dalam catatan perjalanan: denting anggar, keberanian di obstacle, dingin air renang, dan napas yang tersengal dalam laser run.

Foto/KONI Pusat
Di balik seluruh perjalanan ini, ada satu prediksi: para atlet Modern Pentathlon Indonesia diperkirakan telah memenuhi target untuk merebut tiket Asian Games 2026. Angin optimisme itu sudah mulai terasa. Seolah Anjo bukan titik akhir, melainkan pintu kecil yang baru saja dibuka untuk langkah-langkah yang lebih panjang.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.
Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!





