KONI–Bayan Championship 2025 Ditutup Marciano Norman: Dari Gelora Samarinda Menuju Kudus
Ludus01

LUDUS - Di bawah langit senja Kalimantan Timur, di hamparan rumput hijau Lapangan Borneo FC Training Center, suara Letnan Jenderal TNI Purnawirawan Marciano Norman menggema penuh haru dan kebanggaan.
“Dengan mengucapkan Alhamdulillahirabbil alamin, seraya memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa ta’ala, KONI – Bayan Championship II Tahun 2025 dengan resmi saya nyatakan ditutup.”

Foto/Humas KONI Pusat
Begitulah kalimat penutup yang disampaikan Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat itu, usai menyaksikan laga pamungkas, final sepak bola kelompok umur 10 dan 12 tahun. Sebuah pertandingan yang bukan sekadar perebutan skor, melainkan menjadi bab terakhir dari sebuah gelaran besar yang telah menyatukan ribuan anak bangsa dalam semangat sportivitas.
KONI–Bayan Championship II/2025 bukan multievent biasa. Ia diawali dengan dentuman semangat dari cabang Karate, Taekwondo, dan Pencak Silat yang berlangsung di GOR Segiri. Diakhiri dengan sorak-sorai lapangan hijau yang menyatukan harapan.

Tahun ini, jumlah peserta melonjak drastis dan pelaksanaan berlangsung jauh lebih tertib dibanding tahun sebelumnya. “Alhamdulillah pesertanya jauh lebih banyak dan lebih tertib dibandingkan tahun lalu,” ujar Marciano. Karate diikuti 1.800 atlet, Taekwondo 1.215, Pencak Silat 1.500, dan sepak bola sekitar 2.000 atlet. Total, 6.515 atlet muda menunjukkan nyala api perjuangan mereka.
Kepada seluruh peserta dan orang tua mereka, Marciano mengucapkan terima kasih yang tulus. Secara khusus, ia memberikan penghargaan kepada para juara umum. Dalam Karate, Inkado Kaltim menyabet gelar juara. Di Taekwondo, nama Bintang Muda Taekwondo Club (BMTC) Samarinda bergema sebagai yang terbaik. Tapak Suci Pimda 1 tampil gemilang di Pencak Silat. Dan sepak bola? Nahusamfa tampil tak tertandingi, menjuarai baik kategori KU 10 maupun KU 12.

Foto/Humas KONI Pusat
“Para atlet yang berlaga pada multievent kali ini, kalian adalah calon patriot olahraga,” ujar Marciano penuh keyakinan. “Yang akan membuat mata dunia memandang Indonesia, kita dahsyat dan perkasa.”
Sebagai pemimpin tertinggi KONI, Marciano juga menyampaikan apresiasi mendalam kepada PT. Bayan Resources, Tbk yang menjadi sponsor utama perhelatan ini. “Saya berterima kasih atas dukungan dan perhatian PT. Bayan Resources, Tbk terhadap olahraga Indonesia sehingga kita dapat menyelenggarakan KONI–Bayan Championship II/2025, yang juga merupakan Road to PON Bela Diri di Kudus pada Oktober 2025.”
Ia juga menundukkan kepala sebagai bentuk penghormatan kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi: panitia, KONI Kalimantan Timur, Pengprov FORKI, Taekwondo Indonesia, IPSI, Asprov PSSI Kaltim, seluruh kontingen, orang tua atlet, sponsor, media, hingga pihak-pihak yang namanya tak mungkin disebut satu per satu.
“Semoga kolaborasi ini semakin baik ke depan. Dengan peserta lebih banyak, cabang olahraga bertambah, dan lahir atlet-atlet tangguh yang kelak membela merah putih di kancah dunia,” harap Marciano. “Multievent ini adalah wujud kemandirian KONI, dan bisa menjadi rujukan bagi seluruh daerah di Indonesia, terutama di era efisiensi anggaran seperti sekarang.”

Foto/Humas KONI Pusat
Dari Samarinda, harapan itu disambut Ketua Umum KONI Provinsi Kalimantan Timur, Drs. H. Rusdiansyah Aras. Ia tak ragu menyebut gelaran ini sebagai bentuk keberhasilan nyata. “Saya mengapresiasi Ketum KONI Pusat Bapak Letjen TNI Purn Marciano Norman beserta PT. Bayan Group yang telah dua kali menggelar kompetisi ini,” ungkapnya.
Tak hanya sukses secara teknis, Rusdiansyah menyoroti dampak ekonomi yang ditimbulkan. “Ada multiplier effect. Kehadiran ribuan atlet dan pendampingnya ikut mendongkrak pendapatan UMKM masyarakat sekitar. Ini bentuk konkret Sport Tourism.”
Ia juga menekankan pentingnya data. “Dari sekitar 6.000 atlet yang bertanding, kita mendapatkan database yang sangat berharga untuk pembinaan dan multievent berikutnya.”

Foto/Humas KONI Pusat
KONI–Bayan Championship II/2025 bukan sekadar kompetisi. Ia adalah narasi tentang harapan. Tentang masa depan yang dilatih sejak dini. Tentang ribuan anak Indonesia yang tak hanya datang untuk menang, tapi untuk belajar berjuang. Dan suatu hari nanti, ketika merah putih berkibar di podium tertinggi, kita akan ingat bahwa baranya pernah dinyalakan di tanah Borneo. (*)
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!