

LUDUS - Di lapangan itu, semula segalanya tampak sempurna bagi Alwi Farhan. Smash-nya menusuk, langkahnya ringan, dan matanya jernih menatap setiap arah pukulan lawan. Ia unggul 15–5 atas wakil dari Chinese Taipei Wang Tzu Wei, jarak yang, dalam badminton, sering jadi tanda kemenangan yang tinggal menunggu waktu. Tapi di Gymnasium Prefektur Kumamoto, Jepang, hari ini, waktu justru berjalan lain.

Foto/PBSI
Alwi mengawali gim pertama seperti anak panah yang lepas dari busurnya. Ia menekan sejak awal, menciptakan jurang 7–1, lalu memperlebar menjadi 9–3. Setiap serangan Wang dibalas dengan refleks cepat dan cermat. 15–5. Angka itu seperti sebuah janji: kemenangan yang akan datang. Tapi janji di olahraga, seperti hidup, sering tak ditepati.
Perlahan, ritme berubah. Wang, yang semula seperti kehilangan arah, menemukan kembali nadanya. Satu demi satu poin dikikisnya, 8–15, lalu 12–16. Alwi masih sempat menahan, tapi gelombang lawan semakin kuat. Skor tiba-tiba 18–18. Dalam tekanan, Alwi kehilangan kendali, dan Wang menutup gim pertama 21–19. Dalam diam, publik tahu momentum telah berpindah tangan.

Foto/PBSI
Gim kedua bukan kebangkitan, melainkan penuh tekanan. Alwi tampak tak lagi sama. Smash-nya melebar, drop shot-nya terbaca. Wang memimpin cepat 8–2, lalu 11–4 saat interval. Alwi mencoba memperkecil jarak: 12–18, namun laju Wang tak terbendung. Skor akhir 21–12. Langkah Alwi pun berhenti di babak 16 besar Kumamoto Masters 2025, dengan sisa perasaan yang sulit dijelaskan.
“Cukup disayangkan, ya. Di gim pertama saya tidak bisa memanfaatkan momentum keunggulan,” ucap Alwi kepada tim media PBSI setelah pertandingan. “Lawan berubah drastis dengan menaikkan kecepatan, dan saya sempat panik. Di gim kedua, saya juga kurang bisa melawan diri saya sendiri. Wang bermain lebih baik hari ini.”
BACA JUGA: Alwi Farhan dan Smes dari Negeri Sakura: Lolos Dramatis ke 16 Besar Kumamoto Masters 2025

Foto/PBSI
Ada nada getir di kalimat itu, tapi juga kesadaran seorang atlet muda yang sedang tumbuh. Ia kalah bukan karena tak bisa bermain, tapi karena semesta permainan tak selalu tunduk pada keunggulan angka. Dalam 15–5 itu, ada pelajaran besar yang tak diajarkan di papan skor: bahwa pertandingan tak hanya tentang menyerang lawan, melainkan tentang menaklukkan diri sendiri.
Kini, ia mengalihkan pandang ke depan. “Pelajaran berharga untuk saya,” katanya. “Sekarang mari fokus ke Australian Open pekan depan.”
Begitulah Alwi, selalu punya babak berikutnya, bahkan setelah kalah yang menyesakkan. Di balik angka dan statistik, ia tetap anak muda yang membawa mimpi Indonesia, menolak berhenti di angka 15–5.

Foto/PBSI
-- Alwi Farhan --
"Cukup disayangkan ya gim pertama tidak bisa memanfaatkan momentum keunggulan. Lawan berubah secara drastis dengan menaikkan kecepatan yang membuat saya ada kepanikan.
Masuk ke gim kedua, saya juga kurang bisa melawan diri saya sendiri. Wang Tzu Wei bermain lebih baik hari ini. Pelajaran berharga untuk saya, sekarang mari fokus ke Australian Open pekan depan."

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.
Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!

.jpg%3F2025-11-13T08%3A35%3A09.296Z&w=3840&q=100)



