Tidur Sepersekian Detik yang Mematikan: Bahaya Microsleep dan Cara Cegahnya

Ludus01

Di Amerika Serikat, setiap tahunnya, ribuan kecelakaan di jalan raya dilaporkan terjadi akibat pengemudi mengantuk dan kehilangan kesadaran sejenak (Foto: Ist)

Di Amerika Serikat, setiap tahunnya, ribuan kecelakaan di jalan raya dilaporkan terjadi akibat pengemudi mengantuk dan kehilangan kesadaran sejenak (Foto: Ist)

Ingat Gaga Muhammad, selebriti muda Indonesia, yang mengalami kecelakaan di Tol Jagorawi akibat microsleep saat mengemudi, yang membuat mobilnya terguling dan menyebabkan Laura Anna, kekasihnya, lumpuh permanen. Itu terjadi pada tanggal 8 Desember 2019. Dalam persidangan yang digelar Pengadilan Negeri Jakarta Timur pada 30 Desember 2021, ia mengakui salah injak pedal karena panik saat tersadar. Tragedi ini jadi pengingat bahwa kantuk sesaat bisa mengubah hidup selamanya.

Di Amerika Serikat, setiap tahunnya, ribuan kecelakaan di jalan raya dilaporkan terjadi akibat pengemudi mengantuk dan kehilangan kesadaran sejenak. Fenomena ini dikenal sebagai microsleep —tidur singkat tanpa sadar yang berlangsung hanya beberapa detik namun berpotensi memicu bencana fatal. Data dari National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) Amerika Serikat menyebutkan, pada 2017 saja, sekitar 91.000 kecelakaan lalu lintas yang melibatkan pengemudi mengantuk terjadi, mengakibatkan hampir 800 kematian.

Microsleep adalah episode tidur singkat yang terjadi secara tiba-tiba, biasanya berlangsung antara 1 hingga 30 detik (Foto: Ist)

Microsleep adalah episode tidur singkat yang terjadi secara tiba-tiba, biasanya berlangsung antara 1 hingga 30 detik (Foto: Ist)

Fenomena microsleep, walau singkat, bisa terjadi pada siapa saja yang mengalami kelelahan ekstrem dan kurang tidur. Dalam konteks keselamatan berkendara, kondisi ini sangat berbahaya karena otak seolah "offline" sejenak saat tubuh membutuhkan kewaspadaan penuh.

Apa Itu Microsleep?

Microsleep adalah episode tidur singkat yang terjadi secara tiba-tiba, biasanya berlangsung antara 1 hingga 30 detik. Selama microsleep, mata bisa tetap terbuka, tapi otak mengalami "shutdown" sementara sehingga hilang fokus dan kendali refleks. Dalam kondisi ini, tubuh tidak merespons rangsangan sekitar secara normal, dan jika terjadi saat menyetir atau mengoperasikan mesin berat, risikonya sangat tinggi.

Microsleep sering dianggap hanya soal tidur. Namun, sains membuktikan gaya hidup aktif juga sangat berperan dalam mencegahnya

Microsleep sering dianggap hanya soal tidur. Namun, sains membuktikan gaya hidup aktif juga sangat berperan dalam mencegahnya

Pada saat microsleep terjadi, kemampuan tubuh untuk merespons rangsangan seperti suara, cahaya, atau gerakan menjadi sangat terbatas. Ini jelas berbahaya terutama saat melakukan aktivitas yang memerlukan kewaspadaan tinggi, seperti mengemudi, mengoperasikan mesin berat, atau bahkan saat sedang bekerja di lingkungan berisiko tinggi.

Aktivitas fisik ringan seperti jalan cepat, berenang, atau naik sepeda santai selama 30 menit—cukup 3 sampai 5 kali seminggu—bisa bantu tubuh melepaskan hormon rileks seperti serotonin dan melatonin (Foto: Ist)

Aktivitas fisik ringan seperti jalan cepat, berenang, atau naik sepeda santai selama 30 menit—cukup 3 sampai 5 kali seminggu—bisa bantu tubuh melepaskan hormon rileks seperti serotonin dan melatonin (Foto: Ist)

Cegah Microsleep: Latih Tubuh agar Tak Tidur di Saat Genting

Microsleep sering dianggap hanya soal tidur. Namun, sains membuktikan gaya hidup aktif juga sangat berperan dalam mencegahnya.

Microsleep itu licik. Ia datang diam-diam, di tengah rapat, saat menyetir, atau ketika mata masih terbuka tapi otak sudah tidak hadir. Dan ya, tidur beberapa detik bisa berarti bencana, apalagi kalau sedang di belakang kemudi atau di depan mesin kerja.

Kabar baiknya? Olahraga bisa bantu tubuh tetap siaga.

Kalau sering mengantuk siang-siang, coba cek pola gerak harianmu. Aktivitas fisik ringan seperti jalan cepat, berenang, atau naik sepeda santai selama 30 menit—cukup 3 sampai 5 kali seminggu—bisa bantu tubuh melepaskan hormon rileks seperti serotonin dan melatonin. Ini yang bikin tidur lebih berkualitas dan nyenyak. Tidur cukup = risiko microsleep turun drastis.

Tapi tidak hanya berapa banyak olahraga, kapan olahraga juga penting. Olahraga di pagi atau siang hari bisa bantu tubuh lebih waspada di jam-jam produktif. Jangan malah latihan berat malam-malam dan susah tidur sampai lewat tengah malam—itu jebakan batman.

Buat yang duduk di depan laptop seharian, ingat: tubuh bukan robot. Setiap 1–2 jam, bangkitlah sebentar. Angkat tangan, putar leher, gerakkan bahu. Cuma 5–10 menit pun cukup untuk "bangunin" otak dari mode zombi. Gerakan ringan ini bantu aliran darah lancar dan cegah kantuk datang tiba-tiba.

Lalu buat yang sering nyetir jarak jauh—entah itu mudik, touring, atau antar jemput keluarga—ada trik sederhana tapi ampuh: jalan kaki ringan dulu 10–15 menit sebelum nyetir. Ini bikin tubuh keluar dari mode malas dan nyalakan sistem kewaspadaan.

Intinya begini: tubuh bisa dilatih untuk tetap siaga, dan olahraga adalah cara paling alami. Bukan soal mengejar perut kotak-kotak, tapi agar tidak tidur di saat paling berbahaya.

Olahraga ringan secara rutin, membantu tubuh melepaskan hormon serotonin dan melatonin yang penting untuk kualitas tidur malam. Dengan tidur yang lebih nyenyak, otak menjadi lebih segar dan risiko microsleep berkurang drastis.

Olahraga tak bisa menggantikan tidur. Ia hanya menjaga agar tubuh tak terlalu cepat menyerah (Foto: Ist)

Olahraga tak bisa menggantikan tidur. Ia hanya menjaga agar tubuh tak terlalu cepat menyerah (Foto: Ist)

Tak hanya itu, waktu olahraga juga berpengaruh besar. Latihan fisik di pagi atau siang hari terbukti meningkatkan kewaspadaan di jam produktif. Sebaliknya, olahraga berat di malam hari bisa mengganggu ritme sirkadian, membuat tubuh tetap terjaga saat seharusnya beristirahat.

Tips Praktis Cegah Microsleep Lewat Olahraga dan Kebiasaan Sehat

  1. Pilih Waktu Olahraga di Pagi atau Siang
    Ini membantu menjaga kewaspadaan saat jam kerja atau aktivitas produktif. Pilih olahraga di pagi atau siang hari, bukan malam. Ini menyesuaikan dengan jam biologis dan membantu menjaga energi serta fokus sepanjang hari.
  2. Peregangan Saat Kerja
    Luangkan waktu 5–10 menit setiap 1–2 jam untuk meregangkan otot dan meningkatkan aliran darah ke otak, sehingga mencegah kantuk dan stagnasi.
  3. Jalan Kaki Sebelum Menyetir Jarak Jauh
    Sebelum mengemudi jarak jauh, lakukan jalan santai 10–15 menit untuk menyegarkan tubuh dan otak.
Sebelum mengemudi jarak jauh, lakukan jalan santai 10–15 menit untuk menyegarkan tubuh dan otak (Foto: Ist)

Sebelum mengemudi jarak jauh, lakukan jalan santai 10–15 menit untuk menyegarkan tubuh dan otak (Foto: Ist)

Kombinasi Ampuh: Olahraga + Tidur Cukup

Olahraga adalah alat bantu pencegah, bukan pengganti tidur. Microsleep adalah sinyal tubuh yang memaksa otak istirahat. Maka:

Olahraga + Tidur cukup + Pola hidup teratur = Kewaspadaan stabil dan tubuh lebih tahan terhadap kelelahan ekstrem.

 Latihan fisik di pagi atau siang hari seperti jalan cepat, terbukti meningkatkan kewaspadaan di jam produktif (Foto: Ist)

Latihan fisik di pagi atau siang hari seperti jalan cepat, terbukti meningkatkan kewaspadaan di jam produktif (Foto: Ist)

Microsleep bukan musuh yang bisa diabaikan. Ia datang diam-diam saat tubuh kelelahan dan tak didengar. Olahraga bisa menjadi pelindung alami: menjaga ritme, melatih tubuh untuk mengenal siang dan malam, dan memperkuat daya tahan terhadap kelelahan.

Namun, jangan salah paham: olahraga tak bisa menggantikan tidur. Ia hanya menjaga agar tubuh tak terlalu cepat menyerah.

Jangan sampai otak memilih tidur diam-diam di saat yang paling berbahaya. Latih tubuh untuk tetap sadar dan siaga, agar keselamatan dan produktivitas terjaga. (Dari Berbagai Sumber)

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

John Doe

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!