Iwan Bule Sarankan PSSI Pertimbangkan Kembali STY Latih Timnas

Ludus01

Foto/Instagram/Iwan Bule

LUDUS - Ada kalimat yang keluar pelan, nyaris seperti bisikan, dari seorang lelaki yang pernah duduk di kursi tertinggi sepak bola Indonesia. “Sejak dulu hingga sekarang, saya itu pecinta sepak bola, khususnya Timnas Indonesia,” ujar Mochamad Iriawan, atau yang lebih akrab disapa Iwan Bule. Kalimat itu terdengar sederhana, tapi di baliknya ada gema panjang: kecintaan yang tidak padam meski ia sudah dua tahun menepi dari hiruk-pikuk federasi dan stadion.

Foto/Instagram/Iwan Bule

Foto/Instagram/Iwan Bule

Ia kini lebih banyak menjadi penonton, seperti jutaan rakyat Indonesia lainnya yang menggantungkan harapan pada lambang Garuda di dada. Tak ada kalimat menyudutkan PSSI yang disampaikan Ketua Umum PSSI periode 2019-2023 ini ketika Timnas Indonesia gagal lolos ke Piala Dunia 2026. Tak ada juga kalimat menyalahkan keputusan PSSI menggantikan posisi pelatih asal Korea Selatan (Korsel) Shin Tae-yong dengan pelatih asal Belanda, Patrick Kluivert sebagai Pelatih Kepala Timnas Indonesia.

"Sejak dulu hingga sekarang saya itu pecinta sepak bola khususnya Timnas Sepak bola Indonesia." Itu ucapan pendek Iwan Bule saat ditemui di Jakarta, Minggu (19/10/2025l. Semua ucapannya datar tapi teduh, seperti seseorang yang sudah berdamai dengan perjalanan waktu dan keputusan orang lain.

Foto/Instagram/Iwan Bule

Foto/Instagram/Iwan Bule

Iwan Bule tidak lagi memegang kendali, tapi suaranya tetap punya bobot. Maka ketika muncul kabar tentang pemecatan Patrick Kluivert, ia berbicara bukan dengan nada menggurui, melainkan memberi saran yang berakar dari pengalaman dan rasa cinta. “Saya ingin menyampaikan saran kepada Federasi atau Exco PSSI untuk mempertimbangkan kembali sosok Shin Tae-yong sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia menggantikan posisi Patrick Kluivert,” katanya tenang.

Ia tidak menuntut, hanya mengusulkan. “Saya memberikan saran hanya sebagai pecinta sepak bola dan pecinta Timnas. Soal keputusan itu ada pada Federasi dan Exco PSSI. Karena saya yakin, sepak bola Indonesia bisa berkembang dan lebih baik ke depan,” ujarnya lagi.

Pertanyaannya lalu menggelantung di udara: mengapa Shin Tae-yong?

Jawabannya mengalir dari mulut Iwan Bule tanpa retorika berlebihan. “Alasan saya sederhana,” ujarnya. “Shin Tae-yong sudah sangat mengenal karakteristik, kemampuan, dan semangat para punggawa Garuda. Mereka sudah berinteraksi cukup lama, jadi saling hapal dan tahu. Meskipun secara bahasa kadang-kadang STY memakai bahasa Korea, tapi sudah dimengerti anak-anak Timnas Indonesia. Chemistry sudah terbangun lama.”

Ada kehangatan yang terasa ketika ia mengucapkannya. Seolah ia sedang berbicara bukan tentang pelatih semata, tapi tentang hubungan yang tumbuh dari kepercayaan, kedisiplinan, dan waktu. Ia masih mengingat masa ketika Timnas Indonesia berada di bawah asuhan Shin Tae-yong, masa yang penuh perjuangan di tengah badai pandemi, tapi juga masa yang menanamkan fondasi kuat bagi tim nasional.

Foto/Dok.LUDUS.id

Foto/Dok.LUDUS.id

“Era Shin Tae-yong membawa banyak kemajuan,” kenangnya. “Padahal saat itu, dua tahun kita dilanda Covid-19.” Ia lalu menjelaskan tiga hal yang menjadi kunci pendekatan STY dalam membangun tim.

Yang pertama adalah mental. “Mental anak-anak kita diangkat menjadi mental petarung, jadi mental pemenang, dan juga mental juara,” katanya. Ada nada kagum di situ, seperti seorang guru yang melihat muridnya mulai berani melawan rasa takut sendiri.
Foto/Dok.LUDUS.id

Foto/Dok.LUDUS.id

Yang kedua adalah disiplin waktu. “Yang bersangkutan sangat disiplin. Di mana anak-anak hanya telat beberapa menit saja bisa dicoret dari pelatihan Timnas. Saya pikir ini menunjukkan kekompakan yang sangat baik.”

Dan yang ketiga, stamina. “STY sangat menekankan pentingnya stamina. Karena bagaimana pun, meskipun anak-anak punya taktik dan skill terbaik, tanpa stamina yang baik mereka tidak akan bisa bermain penuh 2x45 menit, apalagi jika ada tambahan waktu.”

Foto/Dok.LUDUS.id

Foto/Dok.LUDUS.id

Tiga hal itu, menurutnya, bukan sekadar metode latihan, melainkan bentuk pendidikan karakter. Dan mungkin, itulah yang membuat Iwan Bule merasa STY masih layak dipercaya, bukan hanya karena hasil, tetapi karena cara.

“Tiga yang diterapkan ini luar biasa,” ucapnya menutup pembicaraan. “Perkembangannya di Timnas cukup signifikan. Jadi alasan itu saya menyampaikan saran. Kalau memang usul saya diterima, terima kasih.”

Ia tidak sedang berorasi, tidak pula mencari panggung. Hanya seorang mantan ketua yang masih mencintai timnya seperti dulu. Di tengah riuh kritik dan kegaduhan suporter, suaranya menjadi semacam doa sunyi, doa agar sepak bola Indonesia kembali menemukan arah, dan agar Shin Tae-yong, yang pernah membangun mental juang Garuda, mungkin diberi kesempatan untuk melanjutkan apa yang belum selesai.

Foto/Dok.LUDUS.id

Foto/Dok.LUDUS.id

Dan dari wajah Iwan Bule, tampak bahwa bagi sebagian orang, mencintai Timnas Indonesia bukanlah soal jabatan. Itu soal keyakinan, bahwa di balik setiap kekalahan, selalu ada cara untuk kembali berdiri.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.

Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!