Vietnam Tersandung di Tanah Nusantara: Pernyataan Resmi FIVB soal Diskualifikasi di Kejuaraan Dunia Voli Putri U-21 2025
Ludus01

LUDUS - Di sebuah turnamen dunia, nama negara ibarat bendera di tiang tertinggi, ia berkibar bukan hanya karena kemenangan, tapi karena kehormatan yang dijaga. Namun, di Surabaya, Agustus 2025, bendera Vietnam yang semula tegak di Pool A Kejuaraan Dunia Voli Putri U-21 FIVB, mendadak merosot. Bukan diterpa angin kekalahan biasa, melainkan oleh badai keputusan disiplin.

Foto/en.volleyballworld.com
Awalnya, Vietnam tampil seperti tim yang siap menantang siapa pun. Laga pembuka melawan tuan rumah Indonesia mereka menangi dengan skor meyakinkan 3-0 (15-25, 16-25, 18-25). Tren positif berlanjut saat mereka menundukkan Serbia 3-1 (21-25, 25-23, 22-25, 23-25), lalu membungkam Kanada 3-1 (19-25, 26-24, 19-25, 5-25). Satu-satunya kekalahan di awal datang saat berhadapan dengan Argentina, 1-3 (10-25, 25-20, 25-15, 25-15). Mereka kemudian bangkit dan menutup fase grup dengan kemenangan atas Puerto Riko 3-1 (25-17, 25-21, 23-25, 25-22).
Itu di lapangan. Namun di meja sidang FIVB, ceritanya berbeda. Dari empat pertandingan tersebut, tiga kemenangan Vietnam, termasuk melawan Indonesia, Serbia, dan Kanada, dianulir karena mereka menurunkan pemain yang dinyatakan tidak memenuhi syarat. Dalam catatan resmi, laga-laga itu berubah menjadi kekalahan, dan hanya pertandingan melawan Argentina yang tetap sah karena pemain tersebut tidak diturunkan.
Hasil Vietnam di Kejuaraan Dunia Voli Putri U-21 2025

Vietnam memulai langkah di Pool A Kejuaraan Dunia Voli Putri U-21 2025 dengan nada tinggi. 7 Agustus, di Jawa Pos Arena, Surabaya, mereka mengandaskan Indonesia dengan skor telak 3-0 (15-25, 16-25, 18-25). Tapi kini, kemenangan itu tak lagi tercatat, dianulir oleh FIVB karena melibatkan pemain yang dinyatakan tidak memenuhi syarat.

Foto/en.volleyballworld.com
Keesokan harinya, 8 Agustus, giliran Serbia yang menjadi korban. Vietnam menutup laga dengan skor 3-1 (21-25, 25-23, 22-25, 23-25). Satu set lepas, tapi tiga lainnya dibungkus rapat. Lagi-lagi, hasil ini kemudian dibatalkan.

Foto/en.volleyballworld.com
9 Agustus membawa cerita serupa. Kanada sempat memberi perlawanan di set kedua, namun Vietnam bangkit dan menang 3-1 (19-25, 26-24, 19-25, 5-25). Kemenangan itu pun ikut raib dari catatan resmi.

Foto/en.volleyballworld.com
Bahkan kekalahan pun tak luput dari penghapusan. 10 Agustus, Vietnam tumbang dari Argentina 1-3 (10-25, 25-20, 25-15, 25-15), dan meski skor itu tetap memihak lawan, FIVB menyatakan laga tersebut juga dianulir karena masalah pemain yang sama.

Foto/en.volleyballworld.com
Satu-satunya hasil yang sah hanya datang pada 11 Agustus, saat mereka menundukkan Puerto Riko 3-1 (25-17, 25-21, 23-25, 25-22). Di laga ini, pemain bermasalah tak diturunkan, sehingga kemenangan tetap diakui secara resmi oleh FIVB.

Foto/en.volleyballworld.com
Hasil “di lapangan” yang semula menempatkan Vietnam di posisi aman untuk melangkah ke babak 16 besar, akhirnya tak ada artinya. Semua poin penting hangus. Modal tiga kemenangan yang dibangun susah payah sirna, diganti status sebagai juru kunci Pool A.
Seperti sebuah set yang tiba-tiba diputus wasit karena pelanggaran fatal, perjalanan skuad muda Vietnam berhenti oleh bunyi peluit dari ruang komite. Senin, 12 Agustus, FIVB mengeluarkan pernyataan resmi yang menggemparkan: Vietnam menurunkan pemain yang tidak memenuhi syarat.
Dari berbagai sumber yang beredar di arena, dugaan mengerucut pada dua nama yang memicu sorotan: Dang Thi Hong, outside hitter berusia 19 tahun yang sempat menjadi pencetak poin terbanyak turnamen ini dengan torehan 62 poin, dan Phuong Quynh, middle blocker berusia 20 tahun. Keduanya disebut-sebut memiliki postur dan penampilan fisik yang memicu kontroversi di kalangan peserta dan penonton, bahkan disebut berperawakan seperti laki-laki.
FIVB pun bergerak cepat. Melalui investigasi sesuai regulasi yang berlaku, kasus ini resmi diproses dan menjadi sorotan utama turnamen.

Foto/en.volleyballworld.com
Berikut pernyataan lengkap FIVB sebagaimana dirilis:
"Menyusul kekhawatiran bahwa Federasi Bola Voli Vietnam menurunkan pemain yang tidak memenuhi syarat dalam Kejuaraan Dunia U-21 2025 di Indonesia, FIVB melakukan investigasi sesuai dengan peraturan."
"Investigasi tersebut menyimpulkan bahwa pemain bersangkutan tidak memenuhi syarat sesuai dengan Pasal 12.2 Peraturan Disiplin FIVB 2023."
"Oleh karena itu, dan sesuai dengan Pasal 13.5.2 tentang Peraturan Pertandingan dan 14.4 tentang Peraturan Disiplin, Sub-Komite Panel Disiplin FIVB telah memutuskan bahwa pertandingan Vietnam yang diikuti oleh pemain tersebut dibatalkan dan pemain tersebut didiskualifikasi dari turnamen yang berlaku segera."
"Sesuai Pasal 14.4 tentang Peraturan Disiplin dan dengan mempertimbangkan keadaan kasus tersebut, Sub-Komite Panel Disiplin FIVB akan merujuk berkas tersebut kepada Panel Disiplin FIVB untuk evaluasi lebih lanjut terkait potensi sanksi yang berlaku di luar turnamen. Pada tahap itu, Federasi Bola Voli Vietnam dan pemain bersangkutan akan diminta untuk menyampaikan sikap mereka secara tertulis."
"FIVB tidak akan memberikan komentar lebih lanjut mengenai masalah ini selama proses ini masih berlangsung."

Foto/en.volleyballworld.com
Keputusan itu memukul langsung peluang Vietnam di turnamen. Dari tim yang semula membidik babak 16 besar, mereka kini terperosok menjadi juru kunci Pool A. Seluruh poin hangus, peluang bersaing di papan atas hilang.
Vietnam harus mengalihkan fokus. Jadwal baru mengharuskan mereka bertanding di perebutan peringkat 17–24. Hari ini, Rabu (13/8) siang, mereka menghadapi Mesir, Vietnam menang 3-1. Kemenangan itu terasa pahit: bukan tiket ke babak selanjutnya, hanya sekadar menghindari posisi buncit di klasemen akhir.

Foto/en.volleyballworld.com
Di dunia olahraga, kekalahan kadang bisa dimaafkan. Namun pelanggaran integritas jarang mendapat ampun. Dan di Jakarta kali ini, Vietnam belajar bahwa sebuah garis aturan, bila dilanggar, tak hanya menghapus skor, ia bisa menghapus seluruh cerita. Ironisnya, kemenangan terakhir mereka justru menjadi monumen kecil dari perjalanan yang telah kehilangan makna besarnya.
Sejarah olahraga mencatat, kasus seperti ini bukan barang baru. Di Olimpiade Sydney 2000, tim senam putri Rumania sempat kehilangan medali setelah salah satu atletnya terbukti berusia di bawah batas minimum yang diizinkan. Dalam sepak bola, berbagai tim nasional junior pernah dicoret dari kualifikasi karena memalsukan data usia pemain. Sanksi tegas menjadi bahasa universal federasi olahraga: menjaga kesetaraan di arena, melindungi integritas kompetisi.
Vietnam kini menjadi bagian dari bab yang sama, bab tentang bagaimana satu kesalahan administratif atau manipulasi data, disengaja atau tidak, bisa meruntuhkan kerja keras bertahun-tahun. Dan di dunia olahraga internasional, setiap bendera yang naik di podium bukan sekadar kain, tapi simbol bahwa negara itu bermain, dan menang, dengan cara yang benar.

Foto/en.volleyballworld.com
Di dunia olahraga, kekalahan kadang bisa dimaafkan. Namun pelanggaran integritas jarang mendapat ampun. Dan di Jakarta kali ini, Vietnam belajar bahwa sebuah garis aturan, bila dilanggar, tak hanya menghapus skor, ia bisa menghapus seluruh cerita. Ironisnya, kemenangan terakhir mereka justru menjadi monumen kecil dari perjalanan yang telah kehilangan makna besarnya.
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!