World Cadet Chess Championship 2025: Tiga Anak, Satu Langkah Eka Putra Wirya, dan Babak 8 yang Menentukan
Ludus01


LUDUS - Di Almaty, Kazakhstan, dingin akhir September seakan melekat di dinding ruangan pertandingan. Deretan meja catur berjajar rapi, tiap petak hitam-putih menyimpan rahasia kecil: ketegangan, kesalahan, kemenangan, juga tangis kekalahan. Dari ratusan anak yang berkumpul di sana, tiga pecatur cilik Indonesia hadir membawa mimpi. Kenny Horasino Bach, Hillary Rooca Theng, dan Zach Alexander Tjong bukan sekadar nama. Mereka adalah langkah awal, yang dikirim Eka Putra Wirya, Dewan Pembina PB Percasi, sebagai bagian dari pembinaan jangka panjang.

Foto/Kristianus Liem
“Ini bukan semata urusan hasil, tapi bagaimana anak-anak ini belajar menghadapi tekanan sejak dini,” kata Kristianus Liem, Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Percasi. Suaranya mantap, tapi juga penuh kesadaran, bahwa setiap pion kecil yang digerakkan di papan catur dunia, kelak bisa menjadi menteri bagi bangsa.
Babak kedelapan, Sabtu (27/9), menyajikan drama yang tak kalah intens dari film laga. Kenny Horasino Bach, yang masih berusia belia, duduk berhadapan dengan pecatur Turkmenistan, Suleyman Bayramov. Pertahanan Sisilia variasi English Attack menjadi arena duel. Awalnya tenang, tapi satu langkah buruk Suleyman—25...e5—membuka celah.

Foto/Kristianus Liem
Kenny tidak menyia-nyiakan hadiah itu. Ia merebut dua tempo, menggeser gajahnya dua kali, namun setiap kali gajah itu mundur, ancaman justru semakin dekat ke jantung lawan. Serangan badai bidak, didukung dua benteng yang bersiap dari baris pertama, meletus seperti gelombang yang tak terbendung. Langkah ke-40, mat tersaji. Raja Suleyman jatuh. Kenny pun tersenyum kecil, tangannya meraih lima poin (+5 -3) dan sementara berdiri di peringkat 33 dari 175 peserta.

Foto/Kristianus Liem
Namun tidak semua kisah berakhir manis. Di kelompok G10, Hillary Rooca Theng sempat menunjukkan kilatan jenius. Maryan Taubassar, pecatur tuan rumah, memainkan pertahanan Sisilia variasi Tertutup yang lamban. Hillary bereaksi baik di pembukaan, tapi permainan tengah menyimpan jebakan. Posisi rumit, keputusan sulit, dan waktu yang terus menipis. Kesalahan demi kesalahan, seperti 29...Mg3? yang seharusnya 29...Bc1, atau 42...gxf5 yang lebih baik diganti 42...a5!, menumpuk seperti batu di pundaknya. Ketika jam hanya menyisakan tiga menit, Hillary maju bidak 45...a3, sebuah langkah yang akhirnya membawanya ke jurang. Ia menyerah di langkah ke-48. Skor berhenti di empat poin (+4 -4), posisinya sementara berada di urutan ke-64 dari 115 peserta.

Di sisi lain aula, di kategori Open U8, Zach Alexander Tjong menyajikan catur yang sederhana tapi elegan. Melawan Altai Alisherov dari Kyrgystan, ia merangkai kombinasi-kombinasi kecil, mencuri satu bidak, lalu satu lagi, seakan mengumpulkan kepingan waktu. Hingga akhirnya, permainan akhir Benteng dengan lima bidak melawan tiga bidak berpihak kepadanya. Altai menyerah di langkah ke-38 pertahanan Grunfeld. Zach pun pulang dari papan dengan kemenangan, wajahnya masih polos tapi matanya berbinar.
Di antara catatan langkah, angka poin, dan klasemen sementara, ada sesuatu yang lebih besar mengendap. Kristianus Liem menegaskan, “Apa yang dilakukan Pak Eka Putra Wirya dengan mengirimkan tiga anak ini ke Almaty adalah langkah penting. Mereka mungkin belum juara dunia hari ini. Tapi pengalaman ini, menghadapi lawan dari berbagai negara, itulah investasi yang tak ternilai.”

Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Percasi bersama CEO Kazakhstan Chess Federation WGM Gulmira Dauletova. Foto/Istimewa
Eka Putra Wirya memahami benar, catur bukan olahraga instan. Tidak ada jalan pintas. Yang ada hanyalah proses panjang, pengorbanan, dan kesediaan menerima jatuh-bangun. Dengan mengirim Kenny, Hillary, dan Zach, ia seolah berkata: mari kita tanam bibit, biarkan waktu, kerja keras, dan keyakinan yang memelihara.

Eka Putra Wirya (kedua dari kanan) bersama tiga pecatur yang diharapkan menjadi pecatur masa depan. Foto/Kristianus Liem
Di Almaty, papan catur hanyalah alat. Yang sesungguhnya dipertaruhkan adalah masa depan. Langkah kecil hari ini, di kotak hitam putih, di tengah dingin ruangan megah turnamen, bisa jadi awal dari langkah besar yang kelak menyalakan kembali gairah catur Indonesia di panggung dunia.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.
Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!