0,007 Detik untuk Indonesia: Kisah Menggetarkan Anak Sleman Kiandra Ramadhipa Juara European Talent Cup di Catalunya

Akhmad Sef

Foto/Instagram/Junior Talent Team

LUDUS - Di Catalunya, pada sebuah Minggu yang berangin di awal November, Indonesia Raya berkumandang. Di podium tertinggi, seorang bocah berusia 15 tahun dari Sleman berdiri dengan mata basah. Menangis. Namanya: Muhammad Kiandra Ramadhipa. Ia baru saja menang dalam balapan European Talent Cup 2025 di Sirkuit Barcelona-Catalunya.

Foto/Instagram/Junior Talent Team

Foto/Instagram/Junior Talent Team

Bukan kemenangan biasa. Ia start dari posisi ke-24, sebuah angka yang biasanya berarti takdir menjadi pelengkap. Tapi Kiandra menolak tunduk pada statistik. Ia melesat dari kerumunan, menyalip satu demi satu, sampai akhirnya, di garis finis, jarak 0,007 detik memisahkan dirinya dari pembalap Spanyol, Carlos Cano. 0,007 detik, jarak yang mungkin tak lebih panjang dari kedipan mata, cukup untuk membuat sejarah kecil bagi bangsa ini.

Saat lagu kebangsaan mengalun, Kiandra sujud syukur. Tangannya bergetar, tubuhnya masih menggigil dari adrenalin dan udara dingin Barcelona. “Alhamdulillah, ini untuk Indonesia, untuk Ayah,” katanya lirih di parc ferme, suaranya bergetar di antara napas yang belum stabil. Ia tahu, perjalanan menuju podium itu tidak datang dari keberuntungan, tapi dari tahun-tahun panjang menaklukkan mesin dan kejatuhan.
Foto/Instagram/Junior Talent Team

Foto/Instagram/Junior Talent Team

Kiandra mengenal dunia balap bahkan sebelum ia benar-benar mengerti arti kecepatan. Ia baru lima tahun ketika M. Yoki Arafat, ayahnya, mengajaknya menonton balapan. Di situlah benih itu tumbuh: di suara knalpot yang meraung dan bau bensin yang menempel di udara. Tahun 2014 ia mulai di motocross, di tanah, lumpur, dan jatuh-bangun. Lalu, sempat berpindah ke sepeda BMX, sebelum akhirnya benar-benar menetap di lintasan aspal, di dunia road race.

Foto/Instagram/Kiandra Ramadhipa

Foto/Instagram/Kiandra Ramadhipa

Sejak 2016, nama Kiandra muncul di berbagai ajang kecil di Indonesia: Minimoto Regional Championship, Junior MiniPrix, sampai OnerPrix National Championship. Ia bukan anak ajaib yang langsung menang, tapi anak yang sabar mengasah. Setiap tikungan, setiap jatuh, setiap mesin yang gagal hidup menjadi pelajaran yang menegaskan tekadnya.

Foto/Instagram/Kiandra Ramadhipa

Foto/Instagram/Kiandra Ramadhipa

Tahun 2022, ia akhirnya menyeberang ke ajang internasional, Asia Road Racing Championship kelas UB150. Ia hanya runner-up, tapi dari sanalah dunia tahu nama Kiandra Ramadhipa. Ia lalu ke Thailand Talent Cup, finis ketiga. Naik lagi ke ARRC kelas AP250, bersama Astra Honda Racing Team, dan menutup musim 2024 di posisi ketiga. Tapi titik balik datang saat ia masuk program Road to MotoGP, di Red Bull Rookies Cup dan European Talent Cup. Di sanalah mimpi itu mulai mengambil bentuk.

Foto/Instagram/Junior Talent Team

Foto/Instagram/Junior Talent Team

Balapan di Eropa tidak seperti di Asia. Di sana, setiap tikungan adalah perang kecil. Ia harus melawan bukan hanya lawan-lawan Eropa yang keras dan cerdas, tapi juga dirinya sendiri: jetlag, bahasa yang asing, dan kesepian di paddock. Namun dari semua tantangan itu, Kiandra tumbuh. Ia naik podium di Sachsenring, finis ketiga. Dan kini, di Catalunya, ia menang. Dua kali dalam satu musim.

Foto/Instagram/Junior Talent Team

Foto/Instagram/Junior Talent Team

Ketika ditanya apa rahasianya, ia hanya berkata sederhana: “Saya percaya saja pada apa yang saya bisa lakukan.” Sebuah kalimat yang nyaris terdengar seperti doa.

Dari luar, balapan tampak seperti urusan kecepatan. Padahal, di balik helm dan baju balap yang penuh sponsor, seorang anak 15 tahun sedang belajar tentang kesabaran, kesalahan, dan penebusan. Ia gagal di kualifikasi, terlempar ke posisi 24. Tapi justru dari titik itulah, ia menemukan keberanian untuk berjuang tanpa beban. Bukankah begitu hidup bekerja, kadang yang membuat kita menang bukan karena kita tercepat, tapi karena kita tak berhenti melaju bahkan ketika tertinggal jauh?

Foto/Instagram/Junior Talent Team

Foto/Instagram/Junior Talent Team

Kiandra mungkin belum menyadari bahwa setiap kali ia berdiri di podium, bukan hanya trofi yang ia bawa pulang, tapi juga sepotong makna bagi mereka yang menontonnya: bahwa anak-anak dari tanah Sleman, dari negeri yang jauh dari Eropa, bisa membuat dunia menoleh.

Foto/Instagram/Junior Talent Team

Foto/Instagram/Junior Talent Team

Dan ketika lagu Indonesia Raya berkumandang di sirkuit asing itu, ada sesuatu yang tak terlihat ikut bergetar di udara. Sesuatu yang lebih besar dari sekadar kemenangan: rasa bangga, rasa pulang, rasa bahwa mimpi, betapapun kecil dan jauh, selalu punya jalan.

“Saya ingin mempertahankan momentum ini.” Tapi mungkin yang sebenarnya ia maksud adalah: ia ingin terus bermimpi. Karena dalam dunia balap, seperti dalam hidup, kemenangan sesungguhnya bukan ketika kita pertama kali melintasi garis finis, melainkan ketika kita tak berhenti berusaha mencapainya, meski harus memulai dari posisi ke-24.
Foto/Instagram/Junior Talent Team

Foto/Instagram/Junior Talent Team

Di Catalunya, angin November membawa kabar dari jauh: dari Sleman, dari sebuah tanah yang diapit Merapi dan sawah-sawah yang tak pernah tidur. Di sanalah dulu seorang bocah kecil pernah belajar jatuh dari sepeda, lalu bangkit lagi. Dan kini, dari tempat yang ribuan kilometer jauhnya, gema langkah kecil itu sampai kembali ke kampungnya dalam bentuk lagu kebangsaan yang berkumandang di sirkuit Eropa.

Mungkin tidak banyak yang tahu, bahwa di balik helm dan angka-angka waktu itu, ada denyut tanah yang membesarkannya, tanah yang mengajarinya arti sabar dan kerja diam-diam. Kiandra Ramadhipa tidak hanya menang untuk dirinya. Ia menang untuk mereka yang percaya bahwa anak kampung bisa berdiri di panggung dunia, untuk mereka yang masih menatap langit Jogja sambil bermimpi suatu hari bisa terbang sejauh itu.

Foto/Instagram/Junior Talent Team

Foto/Instagram/Junior Talent Team

Sleman boleh kecil di peta, tapi di Catalunya, dunia tahu: dari lereng Merapi pun bisa lahir nyala yang menerangi lintasan Eropa. Dan mungkin, di sela gemuruh mesin dan sorak penonton, Kiandra sempat mendengar suara lain, suara yang datang dari dalam dirinya sendiri: suara yang mengingatkan bahwa setiap kemenangan sejati, sesungguhnya adalah perjalanan pulang.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.

Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!