APSSI Bela Ilham Romadhona dan Kurniawan Dwi Julianto, Kecam Aksi Berlebihan Suporter PSPS Pekanbaru
Ludus01


LUDUS - Jakarta, 22 September 2025, sebuah suara lantang datang dari Asosiasi Pelatih Sepak Bola Seluruh Indonesia (APSSI). Melalui pejabat pelaksana tugasnya, Zuchli Imran Putra, organisasi ini mengeluarkan pernyataan sikap resmi yang mengguncang ruang diskusi sepak bola nasional. Bukan sekadar pernyataan biasa, melainkan sebuah pembelaan terbuka bagi para pelatih yang tengah menjadi sasaran amarah publik.

Foto/Instagram/PSPS Pekanbaru
Sorotan tajam tertuju pada kasus yang menimpa pelatih kepala PSPS Pekanbaru, Ilham Romadhona, dan Direktur Teknik klub, Kurniawan Dwi Julianto. Keduanya, bersama jajaran pelatih lain, mendapat tekanan keras dari sebagian pendukung PSPS. Tekanan itu tidak berhenti pada kritik di stadion atau media sosial, melainkan menjelma dalam bentuk aksi yang dianggap APSSI sebagai “pengadilan lapangan”, penghakiman tanpa mekanisme yang benar. Di tengah teriakan, makian, hingga ancaman, profesi pelatih dipaksa menanggung beban yang lebih berat daripada sekadar hasil pertandingan.
“Kami menyayangkan sekaligus mengutuk aksi berlebihan itu,” ujar Zuchli dalam pernyataannya. Ia menegaskan bahwa APSSI memiliki kewajiban moral dan institusional untuk melindungi para pelatih dari perlakuan yang mencederai martabat profesinya. Dalam pandangan APSSI, apa yang terjadi bukan lagi sebatas tuntutan mundur akibat kekecewaan pada performa tim, melainkan preseden buruk yang bisa merusak ekosistem sepak bola Indonesia.

Foto/Istimewa
Sepak bola, sebagaimana kita tahu, selalu menghadirkan tekanan. Kursi pelatih kerap digambarkan sebagai kursi panas yang setiap saat bisa terbakar. Kekalahan bisa membuat seorang pelatih menjadi pahlawan yang seketika berubah menjadi pesakitan. Namun, bagi APSSI, ada batas yang tak boleh dilampaui. Respek, kehormatan, dan perlindungan terhadap profesi harus tetap dijaga, sebab tanpa itu, sepak bola akan kehilangan fondasi profesionalisme.

BACA JUGA: Ilham Romadhona, Gede Widiade, dan Suporter PSPS: Saat Tribun Jadi Hakim
APSSI pun mengajak seluruh stakeholder sepak bola, termasuk para suporter, untuk memilih jalan yang konstruktif dalam menyampaikan aspirasi. Kritik sah, kekecewaan wajar, tetapi penghinaan, intimidasi, dan teror bukanlah solusi. “Jika tindakan-tindakan anarkis dan mengarah pada ancaman masih terus terjadi, kami akan mengambil langkah hukum,” tegas Zuchli, memastikan APSSI siap melaporkan pihak-pihak yang terbukti melampaui batas kepada aparat penegak hukum.

Pernyataan ini menjadi pengingat bahwa sepak bola tidak hanya milik suporter, klub, atau federasi, tetapi juga milik para pelatih yang bekerja di balik layar. Mereka yang menyiapkan strategi, mendidik pemain, dan menanggung tekanan hasil, layak mendapat perlindungan serta penghargaan. Dari Jakarta, suara APSSI hari ini bergema jauh ke Pekanbaru: jangan biarkan respek kepada profesi pelatih hilang begitu saja di tengah riuh sorakan tribun. (*)

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.
Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!