Asri Udin, Anak Pulau Makian yang Jadi Petinju Terbaik di Taipei: Jejak Emas Menuju SEA Games Thailand 2025
Ludus01

Asri Udin, petinju muda Indonesia asal Pulau Makian, Maluku Utara. Dari emas Kejurnas, PON, hingga gelar the best boxer di Taipei City International Boxing Tournament 2025, jejak prestasinya berkilau. Kini, anak pulau itu menyalakan tekad: membawa emas bagi Indonesia di SEA Games Thailand 2025.

Foto/Instagram/Asri Udin
LUDUS - Di Pulau Makian, Halmahera Selatan, laut dan ombak menjadi latar kehidupan. Dari sanalah lahir seorang anak yang kelak menemukan jalannya di ring tinju. Asri Udin, lahir 1 April 2002, tumbuh dengan mimpi yang mungkin tak pernah terbayangkan oleh banyak orang di kampungnya: menjadi petinju terbaik, bukan hanya di negeri sendiri, tetapi di arena internasional.

Agustus 2025, Taipei menjadi saksi. Asri berdiri di atas ring Taipei City Cup International Boxing Tournament 2025, kelas ringan 60 kilogram. Pukulan demi pukulan ia lepaskan, bukan hanya untuk menang, melainkan untuk membuktikan bahwa jalan panjang latihan sejak 2017 di Sasana Baskara Ternate, di bawah asuhan pelatih Rahmat Macho, telah menempanya. Ia pulang bukan hanya membawa medali emas, tetapi juga gelar paling bergengsi: the best boxer.

Foto/Perbati
“Saya sangat senang dan bangga sekali bisa menyumbangkan medali emas dan mempersembahkan gelar petinju terbaik buat Indonesia. Ini first time saya the best boxer di turnamen internasional,” ujar Asri lewat sambungan WhatsApp dari Taipei, Jumat, 22 Agustus 2025.
Gelar itu, baginya, bukan akhir. Hanya jeda. “Di SEA Games Kamboja 2023, saya mendapat medali perak. Dan saya ingin menyumbangkan medali emas bagi Kontingen Indonesia di SEA Games Thailand 2025 nanti,” katanya. Suaranya terdengar mantap, seakan di balik kalimat itu tersimpan jam-jam panjang latihan, keringat yang menetes di lantai sasana, juga keyakinan bahwa kali ini emas adalah mungkin.

Foto/Instagram/Asri Udin
Kemenangan di Taipei adalah bekal, sebuah momentum. Perjalanan ke Taiwan sendiri bukan kebetulan: ia dikirim setelah menjadi juara Seleksi Nasional (Seleknas) Tinju Piala Menpora 2025.
“Ke Chinese Taipei itu saya anggap kesempatan menambah jam terbang. Latihan yang selama ini dijalani akhirnya teruji, dan hasilnya bisa saya bawa pulang."

Foto/Perbati
Perjalanan Asri memang konsisten penuh medali. Di Bogor, 2018, dunia junior tinju Indonesia mulai menoleh ketika seorang anak dari Pulau Makian meraih emas di Kejurnas Junior. Tak lama berselang, di Bengkulu pada tahun yang sama, ia kembali berdiri di podium tertinggi pada Kejurnas Junior PPLP. Dua emas itu seperti api pertama, menyalakan keyakinan bahwa jalan hidupnya memang di atas ring.
Tahun 2019 di Medan, saat Kejurnas Tinju Elit berlangsung, Asri kembali menegakkan tangan. Medali emas ketiga sudah di genggamannya, menandai peralihannya dari sekadar janji menjadi bukti. Lalu tahun 2022, di Kejurnas Tinju Elit, ia mengukir emas lagi, kali ini dengan aura seorang petinju matang, bukan lagi remaja penuh mimpi.

Foto/Instagram/Asri Udin
Puncaknya di panggung nasional, emas PON Aceh-Sumut 2024. Dalam pesta olahraga terbesar negeri ini, Asri tampil bagai meteor yang menyapu langit malam: terang, cepat, dan sulit diabaikan. Ia kembali mengulang dominasi di Seleksi Nasional Piala Menpora 2025, mempersembahkan emas yang sekaligus membuka jalan untuknya bertarung di Taipei, dan berikutnya, Thailand.
“Saya tahu jalan ini tidak gampang. Tapi sejak awal, saya sudah cinta dengan tinju. Pukulan, latihan, bahkan rasa sakit, semuanya saya nikmati. Karena saya percaya, dari situ saya bisa membuktikan diri."
Idolanya, baik lokal maupun dunia, memberi arah. Ia menaruh hormat pada Aldoms Suguro, seniornya di tinju Indonesia, yang juga pulang dari Taipei dengan medali perak. Dari luar negeri, ia meneladani Vasyl Lomachenko, juara dunia tiga kelas asal Ukraina. “Saya suka cara Lomachenko bertarung. Cerdas, cepat, penuh variasi. Itu yang coba saya tiru.”

Foto/Perbati
Di Taipei, Timnas Tinju Indonesia asuhan Pengurus Besar Tinju Indonesia (Perbati) pimpinan Ray Zulham Faras Nugraha menorehkan catatan manis pada debut internasionalnya: 3 emas, 2 perak, 1 perunggu. Selain Asri, emas diraih Nabila Maharni dan Maikhel Robet Muskita. Israellah A B Saweho dan Aldoms Suguro menyumbang perak, sementara Uswatun membawa pulang perunggu.
Namun, di balik semua itu, Asri menjadi sorotan. Di usianya yang baru 23 tahun, ia tak hanya menang, tetapi juga dinobatkan sebagai yang terbaik. Sebuah pengakuan bahwa anak Pulau Makian ini telah menyeberangi batas-batas geografis dan menjejak arena Asia.

Foto/Perbati
Kini, setiap kali menyebut Thailand, matanya berbinar. SEA Games 2025 bukan sekadar pesta olahraga dua tahunan, melainkan panggung untuk menebus perak yang pernah singgah di lehernya. “Saya ingin emas. Bukan untuk saya sendiri, tapi untuk Indonesia. Itu yang selalu ada di kepala saya saat latihan,” tegasnya.

Foto/Perbati
Mungkin benar kata pepatah bahwa keberanian tumbuh dari keteguhan melawan. Asri Udin, anak pulau yang kini menjadi petinju terbaik di Taipei, sedang menyiapkan keberanian itu. Dan di Thailand nanti, ia berharap, keberanian itu berbuah emas untuk Merah Putih. (**)
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!