Dari P1 ke Petaka: Mobil Sean Gelael Terbakar, Paradine Gagal Finis di 24H of Spa-Francorchamps

Ludus01

LUDUS - Ban kiri depan itu terlepas. Remnya terbakar. Di tengah malam yang pekat di Spa-Francorchamps, Sean Gelael tetap memegang kendali. Mobil BMW M4 GT3 milik Paradine Competition 991 sudah nyaris tak berbentuk, tapi Sean masih mampu mengarahkannya dengan presisi. Ia memilih berhenti di chicane terakhir sebelum masuk pit lane, sebuah keputusan yang menyelamatkan jalannya lomba dari potensi kekacauan. Api masih menyala di area roda kiri depan, tapi mobil itu berhasil masuk ke garasi dengan selamat.

Itulah titik paling genting dari balapan 24 Hours of Spa yang mereka jalani. Sebuah momen yang lebih menyerupai klimaks dari film ketegangan, bukan sekadar bagian dari lomba ketahanan. Namun semua itu bukanlah awal dari drama. Sebaliknya, momen itu justru datang setelah strategi tim tereksekusi nyaris sempurna.

Paradine Competition 991 memulai balapan dari posisi dua (P2). Dari awal, mereka punya rencana matang: menyerahkan stint pertama kepada pembalap Silver, Toby Sowery, dengan target merebut posisi terdepan dan membuka jarak aman sejak awal. Lawan utamanya adalah Max Hofer dari tim Tresor Attempto 66 yang mengendarai Audi dari posisi P1.

Tapi Toby tidak buru-buru. Ia menjaga jarak dengan cermat, membiarkan balapan berkembang tanpa risiko berlebihan. BMW M4 milik Paradine melaju stabil di belakang Audi. Saat momen pit stop tiba, strategi berubah. Rencana awal untuk mengganti Toby dengan Darren Leung dibatalkan. Toby tetap bertahan di balik kemudi. Keputusan ini terbukti tepat. Tim naik ke posisi terdepan. Paradine memimpin lomba di kelas Bronze Cup, dan tampak punya kontrol penuh terhadap jalannya lomba yang baru akan berlangsung 24 jam ke depan.

Namun balapan ketahanan tidak pernah linear. Di chicane terakhir sebelum tikungan menuju garis finis, Toby tiba-tiba dihantam dari belakang. Mobil BMW GT3 melintir keras. Posisi terjun ke P14. Diffuser bagian belakang rusak, menyebabkan keseimbangan mobil kacau dan kecepatan turun drastis. Sejak itu, segalanya berubah.

Ketika Darren akhirnya mengambil alih kemudi, harapan untuk memulihkan posisi belum sirna. Namun beberapa putaran kemudian, tragedi kedua terjadi. Di Tikungan Les Combes, Porsche dari tim Herbert Motorsport 92 yang dikendarai Rolf Ineichen menabrak bagian samping mobil. Posisi makin merosot, kerusakan makin parah. Tim Herbert dikenai penalti drive through, tapi itu tidak memperbaiki apa pun. Mobil Paradine terluka, dua kali dalam beberapa jam pertama.

Kini tugas berat jatuh ke tangan dua pembalap tersisa: Jake Dennis dan Sean Gelael. Keduanya turun bergantian, membawa mobil yang sudah tidak sempurna ke lintasan. Mereka tak lagi memburu kemenangan, tapi kehormatan. Meskipun demikian, posisi lomba mulai membaik. Saat berada di tangan Sean, mobil bahkan cukup kompetitif untuk memburu posisi P10. Kecepatannya 1–2 detik lebih cepat dibanding Jef Machiels dari AF Corse 52.

Namun ketika sedang dalam proses mengejar, balapan memasuki malam. Dan malam itu membawa petaka ketiga. Mobil yang dikendarai Sean tiba-tiba kehilangan ban kiri depan. Rem ikut terbakar. Tapi Sean tetap tenang. Ia tak langsung masuk pit, tak pula berhenti sembarangan. Ia mengarahkan mobilnya perlahan ke chicane terakhir, lalu memasukinya dengan penuh kontrol dan berhenti di tempat yang aman. Keputusan ini dipuji, karena tidak menyebabkan keluarnya safety car atau gangguan balapan lainnya. Dengan api masih menyala di bagian roda, mobil itu akhirnya masuk ke garasi.

Perbaikan memakan waktu lama. Tapi kru mekanik Paradine bekerja sekuat tenaga. Mereka berhasil menghidupkan kembali mobil itu. Toby pun kembali ke trek, meski sudah tertinggal belasan lap. Tapi dengan waktu tersisa 15 jam, mereka tidak menyerah. Paradine tetap fight, Toby, Sean, Darren, dan Jake, dengan mobil seadanya. Bukan lagi soal podium, tapi tentang bertahan.

Namun kerusakan terlalu berat. Enam jam sebelum finis, keputusan pahit diambil. Mobil tak bisa lagi lanjut. Laher ban yang aus telah menyebabkan rem terbakar, dan api itu telah merusak seluruh sisi kiri depan kendaraan. Tak ada pilihan lain selain mundur.

“Laher ban membuat rem terbakar, setelah itu merusak semua area di bagian kiri depan,” ujar Sean, Brand Ambassador Pertamax Turbo.

Tim Paradine kemudian merilis pernyataan resmi lewat media sosial. “Mobil 991 terpaksa berhenti dari balapan karena kerusakan di sana-sini. Namun para pebalap dan kru kami bekerja luar biasa untuk mengatasi keadaan. Kami berjanji akan tampil lebih baik untuk 24H of Spa tahun depan.”

Balapan 24 Hours of Spa akhirnya dimenangkan oleh Gresser Racing Team 63 yang mengandalkan Lamborghini. Sementara di kelas Bronze Cup, Ferrari dari tim Kessel Racing 74 finis terdepan.

Putaran berikut GT World Challenge Europe (GTWCE), Endurance Cup akan berlangsung di Nürburgring, Jerman, pada 29–31 Agustus 2025. Sean Gelael akan kembali turun bersama tim Paradine Competition 991, masih dengan dukungan penuh dari KFC, Pertamax Turbo, dan Livin’ by Bank Mandiri.

Mereka tidak finis. Tapi mereka tidak pernah berhenti bertarung. Di lintasan yang menguji mesin dan manusia, tidak semua kemenangan diukur dari podium. Kadang, yang paling penting adalah keteguhan hati saat api menyala dan harapan tinggal kerangka. Dan di sanalah Paradine meletakkan janjinya. (*)

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

John Doe

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!