Empat Set yang Mengajarkan Arti Perjuangan: Tim Voli Putra Indonesia Jadikan Asian Youth Games 2025 Ajang Pembentukan Mental Juara
Ludus01


LUDUS - Di tengah gemuruh tribun dan hawa panas Bahrain, tim voli putra Indonesia menutup perjalanan mereka di Asian Youth Games (AYG) 2025 dengan satu pelajaran yang tak bisa diukur oleh medali. Mereka hanya sampai di peringkat empat, setelah kalah dari Thailand dalam laga perebutan tempat ketiga.

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As
“Ini adalah hasil terbaik dengan tim yang kami miliki. Event ini menjadi proses penting dalam pembentukan mental bagi para atlet muda Indonesia,” kata pelatih Miko Fajar Bramantyo usai pertandingan.
Mereka memulainya dengan keyakinan yang tak banyak diberi orang lain. Di Pool D, Indonesia datang sebagai tim muda tanpa ekspektasi besar. Namun kejutan itu datang cepat. Thailand dan Chinese Taipei mereka taklukkan dengan skor identik 3-1, dua kemenangan yang membuat nama Indonesia melesat ke babak classification 1st to 8th tanpa kehilangan arah.

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As
Lalu datang pertandingan yang lebih besar, melawan China. Di situ, Haikal Hidayatullah dan kawan-kawan bermain seolah tanpa beban. Smash cepat, blok rapat, dan semangat yang tak putus mengantar mereka menang telak 3-0. Namun langkah gemilang itu sempat tersandung di hadapan Iran, tim yang dikenal tangguh dan berpengalaman. Indonesia kalah, tapi tidak runtuh. Mereka tetap lolos ke perempat final dan memulihkan kepercayaan diri dengan menggasak Uzbekistan 3-0.
Di semifinal, nasib mempertemukan mereka dengan Pakistan. Set pertama berhasil direbut dengan permainan penuh keberanian, namun selepas itu, momentum bergeser. Serangan Pakistan makin tajam, dan Indonesia pun menyerah 1-3. Tapi masih ada satu peluang lagi, laga perebutan medali perunggu. Ironisnya, lawan mereka adalah Thailand, tim yang sebelumnya mereka kalahkan di penyisihan.

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As
Pertandingan itu menjadi duel emosional. Set pertama berjalan seperti mimpi: Indonesia unggul 25-19, dan bangku cadangan pun pecah oleh teriakan kegembiraan. Tapi tak lama, Thailand membalikkan keadaan dengan kemenangan tipis 26-24 di set kedua. Dua set berikutnya berjalan seperti sihir yang hilang: serangan Indonesia mulai goyah, blok terbuka, dan kepercayaan diri tergerus perlahan. Thailand menang 25-21, 25-21, menyegel perunggu, meninggalkan Indonesia di tempat keempat dengan kepala tegak dan dada sesak.

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As
“Dari ajang ini, kami mendapat banyak pelajaran penting. Semua pihak bisa menjadikannya bahan evaluasi untuk menatap masa depan yang lebih baik. Saya berharap pemain-pemain muda yang tampil di sini bisa berkembang menjadi bintang besar, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia,” ujar Miko menutup hari dengan kalimat yang lebih terdengar sebagai janji.

Di Bahrain, mereka memang tak membawa pulang medali. Tapi mereka membawa sesuatu yang jauh lebih berat: keyakinan bahwa masa depan voli putra Indonesia tidak dimulai dari podium, melainkan dari kegagalan yang berani mereka hadapi. Dan di antara empat set yang melelahkan itu, barangkali tersimpan awal dari generasi baru yang sedang belajar artinya bertahan, jatuh, dan bangkit dengan dada yang tetap penuh api.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.
Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!





