Fermin Aldeguer Juara MotoGP Mandalika 2025: Ketika Rookie Menulis Sejarah di Tengah Luka Para Legenda
Ludus01


LUDUS - Siang yang panas di Mandalika, 5 Oktober 2025, menyimpan kisah yang tak akan dilupakan di dunia MotoGP. Di bawah langit yang menyilaukan dan riuh puluhan ribu penonton yang menyesaki tribun, seorang anak muda berusia 20 tahun asal Spanyol bernama Fermin Aldeguer menulis bab pertamanya dalam buku para juara. Ia bukan nama besar, bukan legenda, tapi hari itu ia menjinakkan sirkuit yang kerap menjadi mimpi buruk bagi banyak pebalap ternama.

Foto/Dok.Kemenpora
Debu baru saja terangkat dari lintasan ketika drama besar langsung terjadi bahkan sebelum satu putaran usai. Di tikungan ketujuh, dua nama besar saling bersinggungan: Marco Bezzecchi (Aprilia Racing) dan Marc Marquez (Ducati Lenovo Team). Bezzecchi, yang memulai balapan dari pole position, tak mendapat start terbaik. Sementara Marquez, yang berangkat dari baris ketiga, langsung merangsek ke depan, membuat keduanya berada sangat dekat di lintasan. Saat Bezzecchi mencoba menikung ke dalam, motor bernomor 72 itu menyenggol bagian belakang Ducati nomor 93. Dalam sekejap, Marquez tergelincir dengan kecepatan tinggi, sementara Bezzecchi kehilangan kendali dan ikut terjatuh ke gravel.

Seruan dari tribun membelah udara Mandalika. Dua legenda tumbang bersamaan. Marquez kembali tersungkur di tanah yang tak pernah bersahabat dengannya, sirkuit yang hingga kini tak memberinya kesempatan untuk finis. Ia berjalan gontai ke tepi lintasan, menatap motor yang tergolek dengan mata kosong, seolah tak percaya nasib buruknya terus berulang di tanah ini. Bezzecchi pun bangkit, jelas terlihat menyesal, dan bahkan sempat meminta maaf di pinggir lintasan sebelum keduanya dibawa ke Medical Centre untuk pemeriksaan.
Marquez mengalami dugaan patah tulang selangka dan segera diterbangkan ke Spanyol untuk pemindaian lebih lanjut. Sementara Bezzecchi lolos dari patah tulang, namun tubuhnya penuh lebam akibat benturan keras. Ia bahkan tak sempat mengikuti sesi wawancara karena harus menjalani pemeriksaan lanjutan di rumah sakit lokal.

Foto/Instagram/Marc Marquez
Di paddock, Massimo Rivola, CEO Aprilia Racing, dan Davide Tardozzi, manajer tim Ducati Lenovo, turut memberi pernyataan. FIM MotoGP Stewards menyatakan investigasi masih terbuka dan akan dilanjutkan pada seri berikutnya.
Meski begitu, Marquez kemudian menulis pesan di media sosial, meminta publik berhenti menghujat Bezzecchi atas insiden tersebut. “Yang terjadi di lintasan, biarlah di lintasan,” tulisnya singkat, kalimat yang menggambarkan kedewasaan seorang legenda yang terus berjuang di tengah kutukan Mandalika.

Foto/Dok.Kemenpora
Sementara itu, di depan, ketegangan berpindah pada anak muda yang tak banyak diperhitungkan. Pedro Acosta sempat melesat di depan selepas start, sementara sang peraih pole position, Bezzecchi, yang kini sudah tersingkir, tercecer ke posisi ketujuh sebelum insiden itu terjadi. Namun segalanya berubah di lap kedelapan, ketika Fermin Aldeguer, rider Gresini Racing yang baru naik ke kelas utama, menyergap Acosta yang melebar di tikungan. Dalam satu gerak berani, ia merebut posisi terdepan, dan sejak itu dunia seolah menonton lahirnya sebuah kekuasaan baru.
Aldeguer terus memimpin, membuka jarak hingga dua setengah detik. Di belakangnya, duel sengit terjadi antara Acosta dan Luca Marini. Ketika mereka sibuk saling salip, Raul Fernandez mencoba menusuk dari belakang. Tapi justru Alex Rins yang datang dari arah tak terduga, menyelinap cerdik dan melesat ke posisi ketiga. Dalam sekejap, Marini terlempar ke posisi delapan, potret betapa kejamnya kecepatan dalam olahraga ini.

Foto/Dok.Kemenpora
Lap demi lap berlalu, dan Aldeguer tak sekadar memimpin. Ia menguasai. Pada lap ke-16, jarak dengan pebalap di belakangnya mencapai enam detik, selisih yang di dunia MotoGP setara dengan jurang. Rins mencoba mendekat, bahkan sempat menyalip Acosta di lap ke-19 untuk merebut posisi kedua. Tapi tenaga dan ritme Rins menurun di penghujung lomba, membuatnya tersalip oleh Alex Marquez pada lap ke-23.
Drama belum berakhir. Pedro Acosta, yang sempat kehilangan tempo, bangkit di saat-saat terakhir. Dengan kecepatan dan ketenangan khasnya, ia kembali menyalip Alex Marquez dan merebut posisi kedua menjelang garis finis. Tapi di depan sana, Aldeguer sudah tak tersentuh lagi.

Foto/Dok.Kemenpora
Ketika bendera finis dikibarkan, Fermin Aldeguer melintas sendirian, dengan selisih waktu yang meyakinkan. Ia mengangkat tangan, menatap langit Mandalika yang berkilau, dan di matanya tersirat sesuatu antara takjub dan lega. Seorang rookie, di tengah lintasan yang menelan para raksasa, berhasil berdiri di puncak podium.

Foto/Dok.Kemenpora
Hari itu, bukan hanya kemenangan yang tercatat di Mandalika, tetapi juga simbol perubahan zaman. Ketika Marc Marquez jatuh di tikungan yang sama tempat masa lalunya sering hancur, seorang anak muda justru menemukan jalannya menuju sejarah MotoGP. Dalam panas, pasir, dan sorak-sorai yang memantul di antara bukit-bukit Lombok, Fermin Aldeguer menunjukkan bahwa setiap era, betapapun dipenuhi legenda, selalu punya ruang bagi keberanian yang baru lahir.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.
Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!