GBPH Prabukusuma Kukuhkan Pengprov Hapkido Aceh: Short Course Empat Hari Jadi Babak Baru Pembinaan Bela Diri di Tanah Rencong

Akhmad Sef

Foto/PPHI

LUDUS - Senin malam, 3 November 2025, di Hotel Amel Convention Hall, Blang Oi, Banda Aceh, sebuah momentum lahir dalam suasana khidmat. Pengurus Provinsi Hapkido Indonesia (Pengprov HI) Aceh masa bakti 2025–2029, resmi dikukuhkan oleh Ketua Umum Pengurus Pusat Hapkido Indonesia (PPHI), GBPH H. Prabukusuma. Di tengah tepuk tangan para tamu undangan, Heri Julius berdiri dengan janji yang tidak hanya bersuara tentang prestasi, tapi juga tentang karakter, menandai awal babak baru bagi olahraga bela diri ini di Tanah Rencong.

Foto/PPHI

Foto/PPHI

“Kami akan menjadikan Hapkido sebagai wadah pembinaan karakter dan memperluas akses latihan ke seluruh kabupaten/kota di Aceh,” ujarnya, dengan nada yang seperti menanamkan tekad ke dalam dinding ruangan itu sendiri.

Pelantikan itu bukan sekadar upacara administratif, tetapi seperti membuka catatan baru dari buku panjang perjalanan olahraga bela diri di Tanah Rencong. Tokoh-tokoh olahraga, perwakilan pemerintah provinsi, pengurus daerah, pelatih, wasit, dan praktisi Hapkido dari 14 kabupaten/kota se-Aceh hadir menyaksikan momen tersebut, wajah-wajah yang membawa semangat baru setelah bertahun menunggu pembinaan yang lebih terarah.

Foto/PPHI

Foto/PPHI

Tapi, malam itu tak berhenti pada pelantikan. Begitu prosesi usai, ruangan kembali hidup dengan program pelatihan terpadu: sebuah short course kepelatihan dan perwasitan Hapkido Indonesia, dipimpin langsung oleh sang pendiri, Grandmaster V. Yoyok Suryadi. Bersama tim instruktur PP HI, ia datang bukan hanya untuk mengajar teknik tendangan dan kuncian, tapi juga menanamkan cara berpikir seorang pembina, tentang disiplin, tentang tanggung jawab, tentang bagaimana seorang pelatih menjadi guru yang membentuk watak.

Program pelatihan terpadu digelar selama empat hari dari pukul 08.00–17.00 WIB, hingga 7 November 2025. Empat hari pelatihan itu terbagi rapi: dua hari pertama untuk materi teknis kepelatihan,
dan dua hari berikutnya untuk materi peraturan pertandingan dan perwasitan. Short course itu menjadi ruang di mana ilmu, pengalaman, dan nilai-nilai ditransfer dengan disiplin seorang pendekar dan kelembutan seorang guru.

Foto/PPHI

Foto/PPHI

“Tim instruktur PP HI siap membagi pengalaman teknis dan manajerial untuk membangun kapasitas calon leaders dan pelatih di provinsi Aceh,” kata Grandmaster Yoyok, tegas, tapi dengan kehangatan seorang guru.

Kalimat itu, sederhana namun berlapis makna. Di balik “pengalaman teknis dan manajerial” tersimpan semangat transfer nilai: bagaimana sebuah ilmu tidak hanya diwariskan lewat jurus, tapi juga lewat keteladanan. Di tangan sosok yang mengawal Hapkido sejak awal berdirinya di Indonesia, pelatihan bukan sekadar kegiatan fisik, melainkan latihan berpikir dan berperilaku.

Foto/PPHI

Foto/PPHI

Mungkin itulah esensi dari “membangun kapasitas calon leaders”: bahwa pelatih sejati tidak hanya kuat dalam teknik, tapi juga arif dalam memimpin. Ia harus mampu mendengar, membaca karakter muridnya, dan menjaga keseimbangan antara ketegasan dan empati.

Hapkido, dalam pandangan Yoyok, adalah cermin kehidupan: setiap jurus yang tampak keras selalu mengandung unsur keluwesan, setiap serangan selalu disertai keseimbangan. “Menjadi pelatih berarti memahami bahwa yang dilatih bukan hanya tubuh, tetapi juga cara berpikir,” ujarnya kemudian dalam sesi diskusi internal, kalimat yang seolah menyiratkan bahwa bela diri sejati adalah pertemuan antara ketepatan teknik dan kejernihan batin.

Foto/PPHI

Foto/PPHI

Diklat itu dirancang bukan sekadar rutinitas. Ia adalah jembatan yang menghubungkan teknik dasar dengan manajemen pembinaan. Ada modul tentang kepelatihan dan perwasitan daerah, tentang pedagogi olahraga, dan tentang bagaimana sistem pembinaan atlet harus berjalan sesuai standar nasional. Dari sini, lahir harapan agar Aceh tidak lagi hanya mengirim peserta, tetapi juga pelatih dan wasit bersertifikasi yang mampu berdiri sejajar di panggung nasional.

Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Aceh (Dispora Aceh) memberikan dukungan penuh. Kepala dinas, T. Banta Nuzullah, menegaskan, “Pemerintah Provinsi Aceh mendukung pengembangan Hapkido sebagai cabang unggulan baru.”
Nada suaranya membawa keyakinan bahwa olahraga, di tangan yang benar, bisa menjadi instrumen sosial yang kuat, memperkuat sarana, memperluas kesempatan, dan membentuk disiplin anak muda Aceh.

Foto/PPHI

Foto/PPHI

Dukungan serupa datang dari Ketua Harian KONI Aceh, Kennedy Husain, yang menyebut bahwa prestasi di PON sebelumnya menjadi modal penting. “Kita dorong peningkatan menuju PON 2028,” katanya. Ucapan itu terasa seperti dorongan moral, bahwa Hapkido Aceh tak boleh berhenti di tataran simbolik, tetapi mesti berlari lebih jauh.

Di sisi lain, GBPH H. Prabukusuma memberi pujian yang hangat atas perkembangan Hapkido di Aceh. “Kemajuan Hapkido Aceh menunjukkan potensi besar, perlu pembinaan terarah dan kerja sama solid agar mencapai prestasi maksimal,” ujarnya.

Dalam kalimat itu, ada gema panjang dari pengalaman seorang pemimpin yang telah mengawal perjalanan Hapkido sejak mula. Ia berbicara bukan hanya sebagai Ketua Umum, tetapi sebagai penjaga nilai-nilai dalam do, jalan kehidupan yang ditempuh melalui disiplin dan kebersamaan.

Dan, itu menegaskan bahwa setiap kemajuan, sekecil apa pun, tak lahir dari individu yang berdiri sendiri, melainkan dari kesediaan untuk saling menopang. Hapkido mengajarkan keseimbangan antara kekuatan dan kelembutan, antara ambisi dan kerendahan hati, sebagaimana ia kini tumbuh di Aceh, di tanah yang pernah bergetar oleh sejarah dan kini bergerak oleh semangat baru.

Foto/PPHI

Foto/PPHI

Mungkin, yang dimaksud GBPH Prabukusuma dengan “kerja sama solid” bukan hanya koordinasi administratif antara pusat dan daerah, tetapi juga sinergi hati antara guru dan murid, antara niat dan tindakan. Sebab dalam bela diri, harmoni adalah kekuatan; tanpa harmoni, teknik hanyalah gerak tanpa jiwa.

Langkah ke depan pun sudah disiapkan. Pengprov HI Aceh menargetkan partisipasi di PON Beladiri di Manado dan Kejuaraan Nasional 2026. Lebih jauh lagi, ada rencana kunjungan ke Korea Selatan, tanah asal Hapkido, sebagai bagian dari program peningkatan kualitas teknik dan pengalaman internasional bagi atlet dan pelatih. Di sana, mereka akan belajar tidak hanya teknik, tetapi juga filosofi di balik gerak: keseimbangan antara tubuh dan jiwa.

Foto/PPHI

Foto/PPHI

Malam pelantikan itu berakhir dengan semangat yang terasa menggantung di udara. Antara formalitas dan idealisme, antara janji dan pelaksanaan, Hapkido Aceh kini berdiri di persimpangan yang menentukan. Tapi seperti dalam setiap jurus Hapkido, kekuatan tidak hanya datang dari pukulan, tetapi dari keseimbangan dan kesabaran.

Dari sinergi pusat dan daerah, dari pelatih yang haus belajar hingga pemerintah yang memberi dukungan, terbentang harapan: lahirnya atlet dan pelatih profesional yang akan mengharumkan nama Aceh dan Indonesia, baik di panggung nasional maupun internasional.

Foto/PPHI

Foto/PPHI

Karena pada akhirnya, Hapkido bukan sekadar bela diri, ia adalah jalan panjang menuju pembentukan karakter, sebuah do dalam arti sesungguhnya.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.

Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!