Gendis Aulia Syafitri dan Lintasan 800 Meter di Asian Youth Games Bahrain: Ketika Seorang Gadis Belia Melampaui Dirinya Sendiri

Ludus01

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As

LUDUS - Di bawah cahaya Bahrain National Stadium, seorang gadis muda dari Indonesia berlari seolah sedang mengejar sesuatu yang tak terlihat, barangkali dirinya sendiri. Di lintasan 800 meter itu, Gendis Aulia Syafitri berlari bukan hanya untuk finis tercepat, tetapi untuk membuktikan bahwa batas itu bisa ditembus bila hati cukup berani menantangnya. Dari deru napas yang berpacu dengan detak langkah, lahirlah medali perunggu untuk kontingen Merah Putih di ajang Asian Youth Games Bahrain 2025.

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As

“Saya sangat senang dan bersyukur. Medali perunggu ini saya persembahkan untuk Tuhan, orang tua yang selalu mendukung, serta pelatih yang sabar membimbing saya meski saya kadang bandel,” kata Gendis.

Perjalanan menuju podium tak datang dengan mudah. Dua hari sebelum final, 24 Oktober 2025, Gendis memulai langkahnya di babak kualifikasi heat 1. Ia finis ketiga dengan catatan waktu 2:21.02, di belakang Naomi Cesar dari Filipina dan Jihye Han dari Korea Selatan.

Hasil itu menempatkannya di urutan kelima keseluruhan, cukup untuk lolos ke final, tapi belum cukup untuk tenang. Kata Panji, sang pelatih, Gendis berlatih sendiri, memperbaiki langkah-langkah kecil yang menurutnya masih tertinggal.

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As

Di babak final, langit Bahrain seperti ikut menahan napas. Dari tembakan start, Gendis tak lagi berlari dengan ragu. Ia menempel ketat pelari di depan, menjaga ritme napasnya, dan di tikungan terakhir ia berlari seperti sedang menulis ulang takdirnya sendiri. “Di final saya mencoba mengeluarkan tenaga lebih dari latihan. Alhamdulillah hasilnya sangat baik,” ujarnya kemudian.

Dan hasil itu sungguh nyata. Catatan waktunya 2:14.98, lima detik lebih cepat dari rekor pribadinya. Cukup untuk menyalip banyak prediksi, cukup untuk berdiri di podium ketiga di bawah Jinpin Song dari Tiongkok yang merebut emas dan Naomi Cesar yang mempertahankan perak.

“Penampilan Gendis benar-benar di luar prediksi dan jauh melampaui target yang kami tetapkan. Ini buah dari kerja keras dan dedikasi yang kami bangun bersama,” ujar Panji, pelatih tim atletik Indonesia, yang tak mampu menyembunyikan senyum di balik wajah lelahnya. Ia tahu, medali ini bukan sekadar hasil lomba. Ini tonggak awal dari perjalanan panjang seorang gadis yang sedang belajar memahami dirinya sendiri melalui lintasan.
Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As

Gendis, 16 tahun, berdiri di podium dengan mata berkaca-kaca. Ia tahu angka 2:14.98 itu bukan hanya catatan waktu, melainkan pengingat bahwa batas bisa ditaklukkan bila kau berani menantangnya. “Rencana ke depan, saya ingin memecahkan rekor nasional karena waktu saya sekarang sudah sangat dekat. Saya juga ingin mempersiapkan diri untuk Asian Youth Championship dan Youth Olympic Games Dakar 2026,” katanya penuh tekad.

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As

Malam di Bahrain kian larut, tapi semangatnya belum padam. Di antara bayangan lampu stadion yang mulai redup, langkah-langkah Gendis meninggalkan jejak: jejak seorang gadis yang berlari melewati segala kemungkinan, dan membuktikan, kadang medali perunggu pun bisa bersinar seperti emas, ketika yang dikalahkan adalah diri sendiri.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.

Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!