Queenita Keisha Azzahra dan Perunggu Asian Youth Games Bahrain: Kisah yang Baru Dimulai dan Pesan Khusus dari Dirc Richard
Ludus01


LUDUS - Di Bahrain, di bawah lampu-lampu putih Hall 2, Exhibition World, langkah seorang gadis muda dari Indonesia bergetar antara gugup dan berani. Namanya Queenita Keisha Azzahra, enam belas tahun, matanya tajam seperti jurus yang belum selesai. Ia baru pertama kali turun di ajang multievent sebesar Asian Youth Games 2025, namun sejak awal tampak seperti seseorang yang sudah akrab dengan tekanan panggung besar.

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As
Di nomor girls 49 kilogram, Queenita harus menembus dinding tinggi berisi enam belas nama terbaik Asia. Dari Jepang, Korea, hingga Kazakhstan, tiap lawan datang dengan reputasi. Tapi Queen tak datang untuk melihat. Ia datang untuk menguji dirinya.
Langkahnya dimulai melawan Nana Kawashima dari Jepang. Laga pertama selalu jadi ujian paling menegangkan: bukan tentang lawan, melainkan tentang keyakinan diri. Queen bermain tanpa gemetar, menang 2-0 (2-2, 12-1) lewat keunggulan point impact yang tajam. Dari situ, keyakinan tumbuh seperti bunga yang baru saja menyentuh matahari.

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As
Perempat final mempertemukannya dengan Nurailym Bakytzhankyzy dari Kazakhstan. Di sini, Queen menunjukkan keseimbangan antara ketenangan dan ketepatan serangan, menang lagi dengan skor 2-0 (5-0, 1-1). Ia sudah di semifinal, dan harum bendera Indonesia mulai bergaung di tribun.
Namun setiap kemenangan menyimpan bayangan ujian. Di semifinal, Queen harus menatap wajah keras wakil Korea Selatan, Siwoo Lee. Duel berjalan seperti simfoni ketegangan. Set pertama dimenangkan Siwoo 3-1, Queen membalas di set kedua 2-1, keduanya bernafas dengan napas yang sama: cepat, pendek, dan penuh adrenalin. Tapi pada set terakhir, Siwoo tampil lebih ofensif, menutup pertandingan 8-3. Queenita pun berhenti di perunggu.

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As
Di pelipisnya masih menetes keringat ketika ia berkata pelan, “Saya merasa bangga, karena ini pertama kali ikut multievent. Sebenarnya saya merasa bisa sampai final, tapi tadi kurang fokus jadi kecolongan.” Kalimat yang jujur dan muda, seperti dirinya sendiri.

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As
Namun medali perunggu itu bukan tanda akhir. Ia adalah tanda awal. Dari Hall 2 di Bahrain menuju Dakar, Senegal, tempat Youth Olympic Games 2026 menunggu. “Target saya juara di Youth Olympic Games,” ucap Queenita, suaranya kini penuh tekad. “Setelah ini harus lebih percaya diri, lebih semangat, dan memperbaiki teknik, terutama serangan yang masih kurang berani.”

Ia menutup dengan rasa terima kasih yang sederhana tapi hangat. “Terima kasih buat diri sendiri yang sudah berjuang, untuk Ayah dan Bunda yang selalu menunggu dan mendoakan, serta untuk pelatih yang terus mendukung saya.”

Foto/Istimewa
Dan di tribun, Dirc Richard, peraih perak Olimpiade Barcelona 1992 yang kini duduk sebagai executive member Asian Taekwondo Union (ATU), menyaksikan langsung pertandingan itu. Ia berdiri ketika Queenita turun dari matras, lalu memberi pesan pendek yang tegas tapi lembut: “Jangan cepat puas dengan hasil ini. Harus tetap berlatih dan lebih sering ikut pertandingan internasional lainnya.”
Pesan itu mungkin sederhana, tapi datang dari seseorang yang telah menempuh jalur berat menuju perak Olimpiade, jalur yang penuh luka, keringat, dan latihan keras. Di antara sorak para penonton, kata-katanya seperti menyeberangi waktu: dari generasi yang pernah berjuang di Barcelona, menuju generasi yang baru belajar menaklukkan gugup di Bahrain. Waktu berganti, tapi pesan itu abadi: bahwa prestasi bukanlah garis akhir, melainkan jalan panjang yang hanya bisa ditempuh oleh mereka yang mau terus berlatih, bahkan ketika sorak-sorai sudah tak ada lagi. Sebuah estafet tak hanya teknik, tapi juga jiwa.

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As
Malam di Bahrain mungkin sudah turun ketika semua lampu dimatikan, tapi cahaya dari satu medali perunggu itu belum padam. Di matras itu, Queenita Keisha Azzahra baru saja menulis halaman pertamanya: kisah seorang gadis yang berani memulai perjalanan panjang menuju dunia yang lebih besar, disaksikan langsung oleh seorang legenda yang tahu betul arti dari permulaan, dan mungkin suatu hari, ke puncak podium yang ia impikan.
Dari jalur pembinaan PPOB DKI hingga panggung Asia, perjalanan Queenita membuktikan satu hal: bahwa mimpi besar bisa dimulai dari matras kecil di aula latihan.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.
Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!





