

Cedera di area alat vital sering dianggap “memalukan” untuk dilaporkan, padahal dampaknya bisa jangka panjang (Foto: Istimewa)
LUDUS – Pada suatu sore Mei yang riuh di Manchester Arena, Inggris, ratusan atlet taekwondo dari seluruh dunia saling beradu kecepatan dan ketepatan. Tendangan demi tendangan melesat bagai peluru. Namun, di tengah sorak penonton dan denting sepatu yang menghantam pelindung dada, ada satu momen yang tak pernah masuk siaran ulang—momen saat seorang atlet pria tersungkur, memegangi bagian tubuh paling rapuh yang bisa dihantam dalam pertandingan: alat vitalnya.
Bukan luka berdarah. Tak ada benturan di wajah, tak ada dislokasi bahu. Tapi wajahnya pucat, keringat dingin menetes dari pelipis. Ia tak bisa berdiri selama hampir dua menit.

Pada Kejuaraan Dunia Taekwondo 2019 tersebut, dari 60 cedera yang tercatat di antara 936 atlet, lima di antaranya merupakan cedera pada area kemaluan atau selangkangan (Foto: 2019 World Taekwondo Championships)
Pada Kejuaraan Dunia Taekwondo 2019 tersebut, dari 60 cedera yang tercatat di antara 936 atlet, lima di antaranya merupakan cedera pada area kemaluan atau selangkangan. Cedera ini memang tidak seumum benturan di wajah atau lutut, tetapi dampaknya bisa sangat serius. Salah satu atlet bahkan mengalami memar parah akibat tendangan yang memaksa ia mundur dari pertandingan berikutnya. Data dari jurnal-jurnal medis seperti MDPI dan PubMed menunjukkan bahwa 55% cedera di kejuaraan tersebut berbentuk memar (kontusio atau hematoma), dan 83% terjadi akibat benturan langsung dengan lawan.
Baca Juga: Merawat Dobok Taekwondo: Merawat Disiplin, Menjaga Martabat
Meskipun jumlahnya kecil, lokasi cedera ini menyangkut organ yang sangat sensitif—dan tak jarang, menjadi trauma tersendiri bagi atlet. Terlebih, sekitar 37% dari cedera itu diklasifikasikan sebagai parah, membutuhkan waktu pemulihan lebih dari empat hari dari latihan atau kompetisi.
Ironisnya, ini jarang dibicarakan secara terbuka. Cedera di area tersebut sering dianggap “memalukan” untuk dilaporkan, padahal dampaknya bisa jangka panjang: mulai dari rasa sakit berkepanjangan, gangguan fungsi seksual, hingga hilangnya fokus saat bertanding.

Taekwondoin Nasional Indonesia Osanando Naufal Khairudin memilih groin guard yang nyaman, mudah dipasang-lepas, dan tidak mengganggu gerakan (Foto: Istimewa)
Bagi Osanando Naufal Khairudin, taekwondoin nasional Indonesia, peraih medali emas Asean Taekwondo Championship 2022, nyeri semacam itu bukan hanya angka statistik. Ia pernah merasakannya langsung, jauh sebelum menyandang status atlet elit.
“Dulu waktu saya masih PPLP (junior), pernah sparring dan ketendang, groin sampai pecah. Saya bersyukur groin-nya yang pecah, bukan bagian tubuh saya. Nggak kebayang kalau waktu itu saya nggak pakai groin,” kenangnya, dengan ekspresi yang kini bisa dibalut tawa getir.
Sejak saat itu, Osanando tak pernah main-main soal perlindungan. Ia memilih groin guard yang nyaman, mudah dipasang-lepas, dan tidak mengganggu gerakan.
“Modelnya kayak celana dalam biasa. Enak dan nggak bikin ribet pas latihan atau tanding.”
Pengalaman itu menjadi titik balik bagi Osanando dalam memandang pentingnya pelindung alat vitalnya. Bagi banyak orang, groin guard hanyalah aksesori wajib. Tapi bagi mereka yang pernah merasakannya pecah karena menyerap tendangan keras, alat itu bukan sekadar pelindung—ia adalah sekutu. Pelindung yang kecil, tersembunyi, tapi menyelamatkan masa depan seorang atlet dari trauma dan cedera jangka panjang.

Pengalaman ketendang pada saat sparring menjadi titik balik bagi Osanando dalam memandang pentingnya groin guard untuk latihan dan bertanding (Foto: Istimewa)
Cedera pada area kemaluan sering kali luput dari perhatian. Karena bersifat personal, tak semua atlet melaporkannya. Namun riset menunjukkan bahwa cedera ini bukan anomali. Sebuah studi di World Taekwondo Championship 2019 menunjukkan:
- Dari total 60 cedera, 5 kasus (8,33%) mengenai area selangkangan atau kemaluan.
- 83,3% cedera terjadi akibat kontak langsung—seperti tendangan ke bawah.
- 36,7% di antaranya bersifat parah, membutuhkan waktu pemulihan lebih dari 4 hari.
Jenis cedera paling umum adalah kontusio (memar), hematoma, dan trauma tumpul, yang sering kali diakibatkan oleh tendangan balik yang tidak terprediksi. Sayangnya, banyak atlet remaja dan pemula yang masih menganggap groin guard sebagai pelindung sekunder.

Beberapa merek yang dikenal dalam dunia taekwondo karena kualitas groin guard-nya, seperti Adidas atau Tusah menjadi pilihan untuk dibeli (Foto: Ludus Store)
Memilih Groin Guard yang Tepat: Panduan Lengkap
Jika Osanando bisa menarik satu pelajaran besar dari pengalamannya, maka itu adalah: groin guard harus dipilih dengan cermat, sama pentingnya dengan memilih pelindung kepala atau body protector. Berikut panduan yang bisa dijadikan acuan:
1. Ukuran
Pastikan pelindung pas di tubuh. Jangan terlalu longgar karena bisa bergeser, dan jangan terlalu ketat karena bisa menekan saraf atau pembuluh darah di area sensitif.
2. Bahan
Groin yang baik biasanya menggunakan kulit sintetis PU atau lapisan busa kepadatan tinggi (high-density foam). Bahan ini mampu menyerap benturan keras tanpa menyebabkan cedera tambahan.
3. Jenis Pelindung
- Cup inside: Dikenakan di dalam compression shorts. Umum di MMA, tapi bisa bergeser saat latihan intens.
- External (taekwondo style): Berbentuk sabuk elastis dengan cangkang di luar. Ini lebih stabil dan lazim digunakan di pertandingan resmi taekwondo gaya WT.
Untuk taekwondo yang fokus pada tendangan tinggi, model external protector lebih direkomendasikan karena tidak mudah bergeser saat kaki terangkat.
Baca Juga: Panduan Memilih Baju Judo untuk Pemul
4. Kenyamanan
Carilah pelindung dengan lapisan kain yang bisa menyerap keringat dan tidak menyebabkan iritasi. Beberapa produk juga memiliki ventilasi udara untuk menjaga suhu area tetap netral.
5. Ringan dan Tidak Mengganggu Gerakan
Groin harus “hadir tapi tak terasa”. Pilihlah yang ringan, tidak membatasi gerakan kaki atau rotasi pinggul. Model yang baik akan terasa seperti bagian dari pakaian latihan.
6. Kesesuaian Gaya Latihan
Jika Anda bertanding di turnamen resmi WTF/Kukkiwon, pilih pelindung yang telah tersertifikasi WTF, biasanya ditandai dengan label logo resmi di produk.
Perawatan dan Kebersihan: Jangan Diabaikan
Karena groin guard bersentuhan langsung dengan area sensitif, perawatan kebersihannya penting untuk mencegah infeksi atau iritasi.
- Cuci bagian sabuk/elastik setelah setiap latihan intensif.
- Lap bagian cangkang plastik dengan disinfektan ringan atau antiseptik.
- Keringkan di tempat teduh agar bentuknya tidak berubah. Hindari paparan matahari langsung.
Beberapa merek yang dikenal dalam dunia taekwondo karena kualitas groin guard-nya, seperti Adidas atau Tusah menjadi pilihan untuk membelinya. Masing-masing memiliki varian dengan fitur berbeda, dari model dasar hingga model elite untuk kejuaraan dunia.
Groin guard adalah pelindung yang sering dianggap remeh—hingga satu tendangan membuktikan sebaliknya. Osanando adalah salah satu yang beruntung: ia memakai groin, dan pelindung itu pecah menggantikan tubuhnya. Tapi tidak semua punya keberuntungan yang sama.
Di atas matras, keputusan kecil seperti memilih groin guard bisa menjadi pemisah antara kemenangan dan nyeri panjang. Maka, sebelum masuk ke arena, pastikan bukan hanya teknikmu yang siap, tapi juga perlindunganmu.
Karena rasa sakit itu nyata, meski sering tak terucap. (Dari Berbagai Sumber)
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!