Indonesia Raih 9 Medali di Korea Para-cycling Track Cup 2025: Kisah Rekor Baru dan Ketangguhan Atlet
Ludus01

LUDUS - Di lintasan kayu Velodrome Yangyang, Korea Selatan, lebih dari sekadar seremoni medali yang menarik perhatian. Ada pula sorak kecil dari tim Indonesia ketika para pembalap sepeda Indonesia mencatatkan rekor pribadi, sebuah kemenangan yang kadang lebih bernilai daripada sekadar emas, perak, atau perunggu.

Foto/NPC Indonesia
Tim para balap sepeda Indonesia pulang dengan sembilan medali dari Korea Para-cycling Track Cup 2025, 19–20 Agustus lalu: lima emas, dua perak, dan dua perunggu. Di atas kertas, pencapaian itu sesuai target pelatih Rizan Setyo Nugroho. Namun di balik daftar perolehan medali, ada kisah lain yang tak kalah penting: percepatan waktu, pecahnya catatan pribadi, dan lahirnya generasi baru atlet para-cycling.
Tifan Abid Alana, misalnya. Dua kali ia naik podium tertinggi, time trial 1000 meter men C2 dan individual pursuit men C2. Tapi yang paling ia banggakan bukanlah kalungan emas itu, melainkan catatan waktunya yang tiga detik lebih cepat dibanding tahun lalu di velodrome yang sama.

“Kalau bisa lebih cepat dari diri sendiri, itulah kemenangan sebenarnya,” ucap Rizan, mengutip perbincangan dengan anak asuhnya.
Kisah serupa datang dari Nurfendi. Berpasangan dengan tandem barunya, Mufti Fadilah Salma, ia memang hanya membawa pulang perunggu. Namun waktunya di nomor IP men B juga lebih singkat tiga detik dari rekor pribadi sebelumnya.
Bagi para pesepeda disabilitas, detik-detik itu adalah pembeda antara keraguan dan keyakinan, antara stagnasi dan kemajuan.

Foto/NPC Indonesia
Satu nama yang mencuri perhatian adalah Anwar Annaja. Atlet yang terpantau sejak Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVII 2024 di Solo ini datang ke Korea bukan dengan beban medali, melainkan pembuktian. Ia pulang dengan satu perak (time trial 1000 meter men C5) dan satu perunggu (IP men C5). Lebih dari itu, waktunya melonjak 19 detik lebih cepat dibanding catatan sebelumnya.
“Dia hampir setahun ikut pelatnas. Hasilnya kelihatan sekarang,” ujar Rizan. Di tengah dominasi nama-nama lama seperti Tifan, Muhammad Fadli Imammuddin atau Sufyan Saori, kehadiran Anwar adalah kabar baik: regenerasi tim berjalan.

Foto/NPC Indonesia
Nama Muhammad Fadli Imammuddin, mantan pembalap motor yang kini jadi ikon para-cycling, masih menjadi jaminan emas. Dua kali ia berdiri di podium tertinggi, time trial dan individual pursuit kelas C4. Rekan satu timnya, Sufyan Saori, menambahkan satu emas (time trial C5) dan satu perak (IP C5). Sufyan bahkan mencatat sejarah pribadi: catatan waktunya di velodrome outdoor lebih cepat tujuh detik dari rekor lamanya.
“Ini capaian luar biasa. Kami sudah tunggu lama momen dia bisa improve, dan akhirnya datang juga,” kata Rizan.
Bagi tim pelatih, Korea bukan sekadar ajang memanen medali. Lebih penting, ini adalah laboratorium untuk membaca peta lawan menuju ASEAN Para Games 2025 di Thailand dan Asian Para Games 2026 di Nagoya.

Foto/NPC Indonesia
Thailand masih dianggap musuh terkuat di Asia Tenggara, terutama di nomor time trial 1000 meter. Korea Selatan, tuan rumah kali ini, menjadi batu sandungan utama di level Asia. “Program latihan sudah masuk fase persiapan khusus. Nanti akan ada pengerucutan nomor agar emas bisa lebih optimal,” ujar Rizan.
Target jangka panjang sesungguhnya adalah Paralimpiade Los Angeles 2028. Itulah mengapa setiap detik yang dipangkas di lintasan kini menjadi investasi masa depan.

Foto/NPC Indonesia
Sembilan medali dari Yangyang mungkin akan tercatat kering dalam tabel perolehan: lima emas, dua perak, dua perunggu. Namun angka-angka itu menyembunyikan kisah manusia yang lebih besar, tentang Fadli yang tak pernah berhenti melaju meski pernah kehilangan kaki di lintasan balap motor; tentang Tifan yang terus mengasah diri hingga lebih cepat dari dirinya sendiri; tentang Sufyan yang menemukan tujuh detik baru setelah bertahun menunggu; tentang Anwar yang baru berusia satu tahun di pelatnas tapi sudah menyalakan harapan.
Di Korea, tim Indonesia memang menang atas lawan-lawannya. Tapi kemenangan paling hakiki adalah ini: mereka berhasil mengalahkan diri sendiri. (**)
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!