Abu Dhabi Chess Festival 2025 Babak 7: Remis Panjang Nayaka, Blunder Jodi, dan Perjuangan Adit
Ludus01

LUDUS - Hotel St. Regis, Abu Dhabi, Kamis (21/8) sore, menjadi saksi bagaimana tiga pecatur muda Indonesia harus berjuang keras di babak ketujuh 31st Abu Dhabi International Chess Festival. Perjalanan mereka kian berat. Dari tiga laga, hanya satu yang berakhir dengan separuh angka.
Itu datang dari IM Nayaka Budhidharma (2389). Berhadapan dengan pecatur Filipina, IM Michael Concio Jr (2421), Nayaka sempat berada di jurang kekalahan. Dua bidaknya hilang sejak langkah ke-28 dalam pertahanan Hindia Raja. Tetapi justru di situlah daya tahannya diuji.

IM Nayaka Budhidharma (kanan) menahan remis IM Michael Concio Jr (2421) dari Filipina. Concio adalah juara Zonal 3.3 Online 2021 dan mewakili Zonal 3.3 ke World Cup di Sochi 2021. Foto/Kristianus Liem
Dengan sepasang gajah yang lincah, Nayaka mengubah jalannya permainan menjadi penuh komplikasi. Concio, yang seakan tak sabar menembus pertahanan, pada langkah ke-37 mengorbankan kualitas: menukar benteng dengan gajah Nayaka, berharap imbalan satu bidak. Namun pada langkah ke-43, Nayaka menemukan kombinasi kecil untuk merebut kembali bidak itu. Posisi berubah—benteng dan gajah melawan kuda dan empat bidak lawan.
Meski Nayaka hanya menyisakan dua bidak, manuver presisinya membuat Concio tak bisa mendorong keunggulan. Benteng dan gajah Nayaka bergerak seperti orkestra yang tak memberi ruang. Akhirnya, pada langkah ke-60, remis disepakati.

Kristianus Liem, Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Percasi. Foto/lstimewa
“Nayaka menunjukkan bahwa kadang-kadang bertahan itu juga sebuah kemenangan,” ujar Kristianus Liem, manajer tim, yang juga Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Percasi. “Di papan catur, mental yang tahan guncangan jauh lebih penting daripada sekadar hafalan teori.”
Sementara itu, IM Azarya Jodi Setyaki (2331) justru harus menelan pahit. Menggunakan pertahanan Gambit Menteri variasi Simetris, ia salah langkah sejak awal. Menteri yang seharusnya mundur ke e5 pada langkah ke-8 malah ditarik ke b6. Kesalahan kecil itu menjadi fatal: menteri dikejar-kejar, buah lain tertinggal perkembangan, bahkan raja tak bisa rokade.

IM Artem Pingin (kiri) dari Rusia menghukum kesalahan IM Azarya Jodi Setyaki di tahap pembukaan hingga menyerah hanya dalam 21 langkah. Foto/Kristianus Liem
Di hadapannya, pecatur Rusia IM Artem Pingin (2456) tak memberi ampun. Pada langkah ke-17, Pingin mengorbankan kualitas dengan tajam. Posisi Jodi pun ambruk. Ia menyerah pada langkah ke-21—pertandingan yang selesai terlalu cepat bagi seorang pecatur sekelasnya.
Kisah berbeda dialami IM Aditya Bagus Arfan (2391). Pecatur 19 tahun yang disponsori PT United Tractors ini membuka pertahanan Caro-Kann dengan manuver aneh: kuda g8 dipindahkan ke c8 lewat e7, di langkah 5 dan 6. Lawannya, pecatur India IM Akshay Borgaonkar (2452), sempat kebingungan.

Langkah aneh IM Aditya Bagus Arfan (kiri) hanya sebentar membingunkan pecatur India IM Akshay Borgaonkar. Foto/Kristianus Liem
Namun peluang emas itu tak bisa dimanfaatkan. Pada langkah ke-18, Adit melewatkan pilihan terbaik 18…Bb8 dan justru memilih 18…Ge4. Posisi pun berbalik. Buah catur Adit kehilangan ruang strategis, hingga ia harus mengorbankan bidak c6 di langkah ke-23 agar bentengnya bisa aktif. Tapi Akshay membaca celah: kombinasi kecil di langkah ke-27 memberinya keunggulan satu bidak lagi.
Sejak itu, pertandingan berubah jadi ujian bertahan. Adit melawan dengan segenap tenaga, tetapi langkah-langkah akurat Akshay membuatnya tak punya jalan. Pada langkah ke-53, Adit terpaksa mengulurkan tangan, kalah.
Setelah tujuh babak, catatan tiga pecatur muda itu memperlihatkan warna yang berbeda-beda. IM Azarya Jodi Setyaki mengumpulkan 4 poin dari hasil tiga kali menang, dua remis, dan dua kali kalah. Angka yang sama juga dicatat IM Nayaka Budhidharma, meski jalannya berbeda, dua kemenangan, empat kali remis, dan sekali kalah. Sementara IM Aditya Bagus Arfan berada sedikit di belakang dengan 3,5 poin, hasil dari tiga kemenangan, sekali remis, dan tiga kekalahan.

Foto/Kristianus Liem
Hari Jumat (22/8) akan diisi catur kilat (blitz), hanya diikuti Adit dan Nayaka. Sedangkan Sabtu (23/8), babak kedelapan kembali menanti. Lawan-lawan mereka sudah menunggu:
- Nayaka vs Advaith Vemula Vignesh (2441, India)
- Jodi vs IM Shiroghlan Talibov (2410, Azerbaijan)
- Adit vs FM Suleyman Suleymanli (2316, Azerbaijan)
“Hasil-hasil ini bagian dari proses. Jangan hanya dilihat dari menang atau kalah. Kita sedang melatih keberanian mereka untuk bermain di arena besar dunia,” tambah Kristianus. “Kalau mereka bisa bertahan, suatu saat akan tiba giliran mencatat kemenangan besar.”
Tiga anak muda Indonesia itu masih harus menempuh jalan panjang. Babak ketujuh telah memperlihatkan betapa catur bukan hanya soal langkah di papan, tapi juga tentang daya tahan, ketepatan membaca momentum, dan keberanian mengambil risiko.
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!