Indonesia Akhiri Laga di Islamic Solidarity Games Riyadh 2025: Jejak Kontingen Kecil yang Menggema hingga Peringkat 13 dari 57 Negara
Akhmad Sef


LUDUS - Indonesia datang ke Islamic Solidarity Games (ISG) Riyadh 2025 bukan dengan gegap gempita, melainkan dengan langkah tenang yang memuat satu keyakinan sederhana: kadang sebuah negara tak perlu membawa pasukan besar untuk terdengar di panggung dunia. Dari tujuh cabang olahraga, hanya 39 atlet yang dikirim. Tapi dari rombongan kecil itulah, lahir sebuah cerita yang tak kalah lantang dibanding sorak ribuan penonton di Princess Noura University.

Foto/NOC Indonesia/Rifqi Priadiansyah
Ketika pesta penutupan digelar, kontingen Indonesia, hanya 28 orang di arena itu, melangkah di bawah cahaya lampu dan sorakan penonton yang mengental di udara. Di depan, Arval Raziel Ridwan Sundara dari anggar nomor epee putra memegang bendera Merah Putih bersama Yusma Deswita, pegulat freestyle putri kelas 53 kilogram. Keduanya menjadi wajah yang memimpin defile, seolah menggenggam seluruh napas negeri yang jauh di belakang mereka. Bendera itu melambai, mengirimkan pesan bahwa Indonesia tetap hadir, apa pun ukurannya.
Di panggung olahraga negara-negara Islam, nama Indonesia jarang bergemuruh. Namun dari satu edisi ke edisi lain, jejaknya di arena ISG membentuk garis yang pelan-pelan naik, kadang terseok, kadang menanjak, mencatat negara yang terus belajar dari kemenangan dan kekalahan.

Foto/NOC Indonesia/Rifqi Priadiansyah
Semua bermula pada 2005 di Mekkah. Indonesia datang tanpa ambisi besar, hanya berharap pulang membawa sesuatu. Hasilnya sederhana: peringkat ke-18 dengan 1 emas, 1 perak, dan 2 perunggu, empat medali yang lebih terasa sebagai pembuka jalan ketimbang prestasi. Tetapi dari titik rendah itu cerita ini bertunas.

Delapan tahun kemudian, panggung berpindah ke Palembang. ISG 2013 menjadikan Jakabaring bukan hanya etalase kesiapan Indonesia menjadi tuan rumah, tetapi juga tempat angin kemenangan berubah arah. Indonesia melesat: 36 emas, 34 perak, dan 34 perunggu. Perbedaan kecil jumlah perak tidak mengubah satu fakta: Indonesia juara umum. Dari catatan prestasi di Mekkah, lompatan Palembang terasa seperti mukjizat yang direncanakan.
ISG 2017 di Baku menjadi ujian berikutnya. Tanpa keuntungan atmosfer kandang, Indonesia tetap ingin membuktikan bahwa Palembang bukan semata keajaiban tanah sendiri. Hasilnya stabil: sekitar peringkat ke-8, dengan total 58 medali: 6 emas, 29 perak, dan 23 perunggu. Tidak segemilang saat menjadi tuan rumah, tapi cukup untuk menunjukkan bahwa fondasi prestasi sudah terbentuk.

Foto/NOC Indonesia/Rifqi Priadiansyah
Lalu datang edisi yang digeser pandemi: ISG 2021 yang digelar 2022 di Konya, Turki. Pertandingan berlangsung dalam suasana dunia yang belum sepenuhnya pulih, tapi para atlet Indonesia membawa ketenangan seperti seseorang yang belajar berjalan ulang setelah guncangan besar. Indonesia menutup Konya di posisi 7, dengan perolehan sekitar 13 emas, 14 perak, dan 29 perunggu, total 56 medali. Tidak setinggi Palembang, tidak seremeh Mekkah, tapi sebuah tanda bahwa Indonesia tidak lagi tenggelam dalam statistik. Ia hadir, terlihat, dan tumbuh.

Foto/NOC Indonesia/Rifqi Priadiansyah
Dari panggung yang penuh hiruk pikuk itulah kita membaca kembali perjalanan yang mereka tutup dengan kepala tegak di Riyadh: posisi ke-13 dari 57 negara Islam yang berlaga. 4 medali emas, 12 perak, 9 perunggu, angka yang mungkin akan terbaca sekilas di laporan resmi, tetapi di baliknya ada denyut nadi perlombaan, ada malam-malam latihan yang keras, dan ada keberanian untuk bertarung tanpa merasa kecil.

Foto/NOC Indonesia/Rifqi Priadiansyah
Chef de Mission (CdM) Endri Erawan berdiri tidak jauh dari para atletnya, menyaksikan parade itu dengan mata yang sulit menyembunyikan kebanggaan. Ia sempat berkata, “Saya sangat senang dan bangga dengan hasil yang diraih atlet-atlet Tim Indonesia. Meskipun kontingen minimalis, mereka menunjukkan kemampuan maksimal dan berjuang dengan sepenuh hati.”
Pada momen lain, ia menambahkan kalimat yang terasa seperti rangkuman seluruh perjalanan mereka, “Raihan ini juga menunjukkan bahwa Indonesia masih berada di posisi lebih baik dibanding negara-negara Islam lain, dan semoga menjadi motivasi untuk terus mengumandangkan Indonesia Raya di panggung olahraga dunia.”

Foto/NOC Indonesia/Rifqi Priadiansyah
Di antara sorak, cahaya, dan langkah yang menuju pintu keluar stadion, tak ada yang sesungguhnya berakhir. Cerita kecil dari kontingen kecil ini justru menjadi pengingat bahwa dalam olahraga, besar bukan soal jumlah, melainkan tentang sejauh mana sebuah negara berani mengambil tempatnya, meski harus berdiri sendiri di barisan paling depan, sambil menggenggam bendera dan keyakinan yang tak pernah padam.

Foto/NOC Indonesia/Rifqi Priadiansyah
ISG kali ini bukan garis akhir, melainkan pengingat bahwa bangsa ini tumbuh dari keberanian kecil yang diulang setiap hari. Dari atlet muda yang baru mengeja kata “pertandingan besar”, hingga mereka yang rambutnya mulai dihias pengalaman. Indonesia tidak selalu juara, tetapi Indonesia tidak pernah berhenti berjuang. Dan itu, justru membuat merah putih terasa lebih hidup.
Maka, kepada para atlet yang telah mengibarkan bendera, kepada mereka yang jatuh dan bangkit lagi, kepada yang mungkin merasa perjalanannya belum selesai: ingatlah bahwa mereka adalah denyut kecil dari sebuah negara besar. Apa pun hasilnya hari ini, mereka telah mewariskan harapan.

Kita akan bertemu lagi. Dengan napas yang lebih panjang. Dengan percaya diri yang lebih tegap. Dengan tekad yang ditempa lebih keras dari sebelum-sebelumnya.
Sampai jumpa di Selangor, Malaysia 2029, dengan prestasi yang lebih baik, dengan semangat yang lebih menyala, dan dengan Indonesia yang selalu mereka bawa di dada. Merah putih tidak hanya dikibarkan; ia diperjuangkan. Dan mereka telah membuktikannya.

Berikut 13 besar klasemen perolehan medali Islamic Solidarity Games Riyadh 2025:
- Turki 72 emas, 44 perak, 39 perunggu
- Uzbekistan 29 emas, 35 perak, 32 perunggu
- Iran 29 emas, 19 perak, 33 perunggu
- Saudi Arabia 18 emas, 12 perak, 27 perunggu
- Egypt 17 emas, 11 perak, 17 perunggu
- Bahrain 16 emas, 11 perak, 7 perunggu
- Kazakhstan 15 emas, 20 perak, 21 perunggu
- Nigeria 11 emas, 12 perak, 7 perunggu
- Moroco 10 emas, 7 perak, 9 perunggu
- Azerbaijan 9 emas, 19 perak, 31 perunggu
- UAE 6 emas, 7 perak, 14 perunggu
- Algeria 5 emas, 8 perak, 21 perunggu
- INDONESIA 4 emas, 12 perak, 9 perunggu

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.
Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!





