Putri Kusuma Wardani Menembus Final Australia Open 2025: Drama Tiga Gim dan Bayang-Bayang An Se-young

Akhmad Sef

Foto/PBSI

LUDUS - Di Sydney Olympic Park, Sabtu (22/11/25), Putri Kusuma Wardani melangkah ke lapangan seolah memasuki babak baru hidupnya. Semifinal Australia Open 2025 bukan sekadar pertandingan; itu adalah ruang ujian tempat sorak penonton menipis menjadi gema jauh, dan yang tersisa hanya detak jantung serta keteguhan seorang pemain muda Indonesia berhadapan dengan Michelle Li, nama yang membawa sejarah, pengalaman, dan beban reputasi. Yang terjadi kemudian bukan duel singkat, melainkan perjalanan berlapis: ritme yang naik-turun, ketegangan yang menekan, dan keberanian yang berkali-kali diuji.

Foto/PBSI

Foto/PBSI

Putri dan Li terus-menerus saling mengikis keunggulan. Pukulan silang yang menukik, drop shot yang seperti menahan waktu, hingga netting yang tipis batasnya antara bagus dan blunder, semuanya dipertontonkan dua pemain ini. Keduanya seperti dua cermin yang saling menatap: sama-sama mencari celah, sama-sama hidup dalam ritme yang tidak pernah jauh selisihnya.

Putri sempat tertinggal 10–11 pada interval gim pertama lalu memimpin 15–12, namun inkonsistensi kecil, kadang begitu sepele, membuat Li kembali bangkit. Dan ketika pengembalian Putri terlalu tanggung, Li menyambar dengan presisi yang menjadi pukulan penutup gim pertama. Skor 17–21 membuat Putri harus kembali menata napas.

BACA JUGA: Raymond Indra/Nikolaus Joaquin ke Final Australia Open 2025: Tiga Tembok Malaysia Runtuh, Fajar/Fikri Menanti

Foto/PBSI

Foto/PBSI

Namun cerita pada gim kedua mengalir dengan nuansa berbeda. Polanya tetap berkejar-kejaran, tapi Putri lebih sering berada di depan. Setelah 6–6, ia memimpin 11–9, lalu memanjat lagi hingga 15–9 dengan empat poin beruntun yang menghembuskan angin percaya diri. Li menolak tunduk, mengejar perlahan, tetapi Putri menjaga jarak lebih dari tiga poin, sebuah ruang aman yang ia pertahankan hingga menutup gim kedua 21–16. Para penonton yang semula duduk cemas mulai bersandar lebih santai, meski semua tahu akhir pertarungan ini belum terlihat.

Foto/PBSI

Foto/PBSI

Gim ketiga dimulai dengan Li di depan. Tetapi Putri merespons dengan lima poin beruntun untuk merebut keunggulan 5–2. Lagi-lagi Li membalas, dan lagi-lagi Putri tidak memberi jalan. Skor terus imbang, bergeser, berpindah tangan, seperti dua pendaki yang saling menarik tali untuk mencari puncak. Ketika pengembalian Li melebar, Putri memimpin 11–10 pada interval gim ketiga. Setelah itu, Putri seperti menemukan sesuatu dalam dirinya: laju poinnya menanjak lebih cepat, dari 13–12 menjadi unggul lima poin setelah empat poin beruntun.

Ruang itu justru menjadi sumber ujian baru. Putri mencapai 20–14 ketika servis Li melebar, tetapi Li, seperti petarung yang menemukan tenaga cadangan, memotong jarak menjadi empat poin beruntun. Ketegangan menebal. Namun sebuah pengembalian Li yang keluar lapangan memutus kecemasan itu. Skor 21–18 mengantar Putri sebagai pemenang dan menghantarnya ke partai puncak. Dari Tangerang, ia kini membawa langkah ke titik tertinggi turnamen.

Foto/PBSI

Foto/PBSI

Dan di final, ia akan kembali bertemu nama yang lebih dulu menorehkan luka dan pelajaran: An Se-young. Pertemuan resmi paling menonjol antara keduanya terjadi pada semifinal Piala Sudirman 2025, ketika Putri berdiri dalam tekanan besar untuk menentukan nasib tim Indonesia. Di momen itu, An, yang telah lama menguasai panggung dunia, menutup pertandingan dalam dua gim, 21–18, 21–12. Catatan head-to-head publik juga menunjukkan dominasi An, sebuah peta yang mungkin tampak berat, tetapi sekaligus menggambarkan seberapa panjang jalan yang tengah ditempuh Putri.

BACA JUGA: Raymond Indra/Nikolaus Joaquin dari PB Djarum Tembus Perempat Final Australian Open 2025: Sebuah Mimpi yang Menemukan Jalannya

Tapi, angka hanya setengah cerita. Putri telah mengubah wajah musim 2025 bagi tunggal putri Indonesia dengan melaju hingga final Australia Open dan memaksa nama-nama besar bekerja keras untuk merebut satu poin darinya. Tiap pertandingan menjadi bukti bahwa ia belajar dari kekalahan, mematangkan diri dari tekanan, dan membentuk keberanian baru dalam setiap reli panjang yang ia jalani.

Foto/PBSI

Foto/PBSI

Ia sendiri mengaku puas dengan permainannya, meski mengakui ketegangan yang sempat muncul di akhir gim ketiga. Michelle Li, dengan kekuatan tangan dan karakter pukulan yang mengingatkannya pada Gregoria Mariska Tunjung, memberi perlawanan keras yang memaksanya terus waspada. Kini, jelang final, Putri mengucapkan sesuatu yang lebih mirip janji ketimbang sekadar komentar: ia akan mengeluarkan seluruh kemampuan dan memberi perlawanan kepada An Se-young. Tidak mau kalah, katanya, yang dikirimkan melalui tim media PBSI.

Foto/PBSI

Foto/PBSI

Maka perjalanan ini belum selesai. Ia baru saja menulis satu cerita penting, dan halaman berikutnya kini menunggu: menantang, menegangkan, mungkin juga menentukan arah masa depannya. Dan entah bagaimana, semua terasa seperti permulaan sebuah kisah yang lebih besar daripada satu pertandingan.

Foto/PBSI

Foto/PBSI

-- Putri Kusuma Wardani --

"Alhamdulillah secara keseluruhan saya puas dengan permainan hari ini tapi tadi di akhir gim ketiga sempat tegang karena Michelle Li dengan pengalaman dan kelebihannya bisa terus menekan saya sampai mendekati selesai.

Michelle Li punya kekuatan tangan dan pukulan yang mirip kak Gregoria, itu cukup menyulitkan. Besok bertemu An Se Young, saya mau mengeluarkan seluruh kemampuan dan memberikan perlawanan tidak mau kalah."

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.

Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!