Jasmine Paolini Juara Tenis WTA 1000, Petenis Italia Pertama Menangi Turnamen Tanah Liat Roma dalam 40 Tahun

Gerry Putra

Jasmine Paolini mencium trofi WTA 1000 Roma. Foto/Dok Jasmine Paolini
1
0

LUDUS – Jasmine Paolini mengangkat trofi juara WTA 1000 Roma dan menjadi petenis Italia pertama yang memenangi turnamen tanah liat dalam 40 tahun. Publik tenis Italia pun ikut bergembira merayakan gelar juara petenis putri berusia 29 tahun itu.

Selain itu, Paolin juga membuktikan jalan menuju puncak prestasi tidak selalu ditempuh sejak usia muda. Jasmine Paolini justru menorehkan pencapaian terbesarnya setelah melewati usia 28 tahun.

Dia adalah representasi sempurna dari seorang petenis 'boomer', atlet yang meraih prestasi ketika banyak petenis seusianya mulai berpikir tentang pensiun. Pencapaian itu berbeda dengan lawannya di final, Cori “Coco” Gauff, yang mencuri perhatian dunia tenis sejak usia 15 tahun.

Jasmime Paolini mencium trofi di lapangan tanah liat WTA 1000 Roma. Foto/Dok Jasmine Paolini

Jasmime Paolini mencium trofi di lapangan tanah liat WTA 1000 Roma. Foto/Dok Jasmine Paolini


Dalam laga final yang berlangsung di atas lapangan tanah liat, Jasmine Paolini tampil luar biasa. Dia tampil agresif namun tenang, menaklukkan Coco Gauff dua set langsung, 6-4, 6-2.

Kemenangan ini sekaligus menjadi gelar WTA 1000 keduanya tahun ini setelah sebelumnya berjaya di Dubai. Paolini menjadi petenis Italia pertama sejak Raffaella Reggi pada 1985 yang mampu menjadi juara di rumah sendiri dalam turnamen ini.

“Saya dulu datang ke sini sebagai anak-anak hanya untuk menonton. Sekarang, saya berdiri di sini sebagai juara. Ini seperti mimpi.” Jasmine Paolini, Petenis Putri Italia.

“Saya dulu datang ke sini sebagai anak-anak hanya untuk menonton. Sekarang, saya berdiri di sini sebagai juara. Ini seperti mimpi,” kata Jasmine Paolini, dikutip dari WTA.

Momen Jasmine Paolini tampil menawan di negaranya itu terasa istimewa dengan kehadiran Presiden Italia, Sergio Mattarella, yang turut menyaksikan kemenangan bersejarah itu.

Jalan ke Final Grand Slam

Ekspresi Jasmine Paolini setelah memastikan diri juara WTA 1000 Roma. Foto/Dok Jasmine Paolini

Ekspresi Jasmine Paolini setelah memastikan diri juara WTA 1000 Roma. Foto/Dok Jasmine Paolini

Perjalanan Jasmine Paolini menuju panggung utama dunia tenis tidak mudah. Rentang 2017 hingga 2023, dia bahkan belum pernah berhasil melewati babak kedua turnamen Grand Slam.

Semuanya berubah drastis pada 2024, ketika dia menembus final French Open dan Wimbledon secara beruntun. Meskipun akhirnya kalah dari Iga Swiatek dan Barbora Krejcikova, pencapaian itu menjadi titik balik mentalitas dan kepercayaan dirinya.

Jasmine Paolini mengakui, tidak ada satu momen dramatis yang mengubah kariernya secara instan. “Saya mengalami banyak kekalahan dari pemain top. Sekarang saya mulai percaya bahwa bisa menang saat melangkah ke lapangan," ujarnya dikutip dari tennis.com.

Perubahan besar dalam karier Jasmine Paolini juga tak lepas dari peran mantan petenis dan kapten tim Billie Jean King Cup Italia, Tathiana Garbin. Garbin memberikan perspektif baru yang membentuk ketenangan dan daya tahan mental Paolini.

“Saya katakan kepadanya bahwa ini bukan Amazon. Kita tidak bisa hanya klik dan langsung menjadi juara Grand Slam. Kita harus bekerja setiap hari,” ujar Garbin.

Ekspresi Jasmine Paolini setelah memastikan diri juara WTA 1000 Roma. Foto/Dok Jasmine Paolini

Ekspresi Jasmine Paolini setelah memastikan diri juara WTA 1000 Roma. Foto/Dok Jasmine Paolini

Pesan itu meresap ke dalam diri Jasmine Paolini. Dia tak menuntut hasil instan, melainkan fokus pada proses. Keyakinan inilah yang menjadi fondasi penampilannya belakangan ini.

Perjalanan Jasmine Paolini menjadi pengingat bahwa setiap atlet punya jalannya masing-masing. Coco Gauff menaklukkan dunia tenis remaja, bahkan menumbangkan Venus Williams di usia 15 tahun.

Gauff mencapai final Grand Slam pertamanya di Prancis Terbuka 2022 dan kemudian menjuarai AS Terbuka 2023 di usia 19 tahun. Sebaliknya, Jasmine Paolini baru mencapai puncak ketika banyak orang mulai berhenti memperhitungkannya.

Sama seperti Stan Wawrinka, yang meraih Grand Slam pertama pada usia 29 tahun, dan Angelique Kerber, yang menjuarai Australian Open di usia 28 tahun. Jasmine Paolini membuktikan bahwa kerja kerasnya mampu menghadirkan prestasi.

Kini, dengan dua gelar WTA 1000 di tangan dan dua final Grand Slam, Jasmine Paolini bukan hanya menjadi idola baru bagi publik Italia. Dia juga simbol harapan bagi atlet yang belum mencapai penampilan puncak di usia yang tidak muda lagi. (*)

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

John Doe

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!