Kisruh Tenis Meja Memanas, PB PTMSI Datangi KOI: Raja Sapta Oktohari Fokus Kibarkan Merah Putih di Dunia

Ludus01

LUDUS - Kamis siang, 31 Juli 2025, Raja Sapta Oktohari menyambut pertanyaan wartawan dengan senyum. Di tengah keramaian yang mengarah ke kantornya, Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia, yang akrab disapa Okto, itu tetap tenang. Ia, baru saja membaca berita soal kerumunan yang mendatangi kantornya. Ia tak langsung menjawab pertanyaan wartawan. Hanya tersenyum, lalu tertawa kecil.

Foto/NOC Indonesia

Foto/NOC Indonesia

Sejumlah orang yang mengaku sebagai bagian dari PB PTMSI (Pengurus Besar Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia) baru saja mendatangi kantor NOC Indonesia di kawasan Senayan, Jakarta. Aksi itu dilakukan tak lama setelah mereka menyambangi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Perkaranya satu: kisruh berkepanjangan dalam tubuh organisasi tenis meja nasional, yang kian hari semakin parah.

Okto tidak menyebut nama. Tapi gesturnya bicara. Ia tahu betul tensi tengah memanas. Namun ia memilih menjawabnya dari ketinggian perspektif yang lebih luas: diplomasi olahraga dan posisi Indonesia di panggung global.

“Saya pribadi prihatin dan menyayangkan masih ada pelaku olahraga yang seharusnya sudah memiliki wawasan global justru masih terjebak dalam cara pandang yang sempit dan lokal,” katanya pelan namun tegas. “Pantas saja masalahnya tidak selesai-selesai. Seharusnya mereka belajar lagi.”

Okto menekankan bahwa Komite Olimpiade Indonesia tidak akan mencampuri urusan internal cabang olahraga. Baginya, energi organisasi yang ia pimpin tak semestinya habis untuk melayani drama sektoral yang tak kunjung usai.

“Bagaimana olahraga Indonesia mau maju jika kita masih sibuk sama diri sendiri?” lanjutnya. “Diplomasi yang dilakukan NOC Indonesia saat ini untuk menunjukkan bahwa Indonesia bukan jago kandang. Kita juga melakukan positioning, supaya Indonesia di luar bukan hanya pengikut, tapi juga regulator.”

Itulah kenapa, menurut Okto, strategi diplomasi olahraga adalah langkah mutlak. Bukan hanya demi prestasi, tapi juga demi citra dan kekuatan posisi Indonesia dalam pergaulan internasional. Ia mengingatkan: jika Indonesia ingin jadi tuan rumah Olimpiade, ingin bendera Merah Putih berkibar di podium dunia, maka yang dibutuhkan bukan percekcokan internal, melainkan kerja kolektif dan pandangan jauh ke depan.

"Fokus utama kami di NOC Indonesia adalah memastikan lagu Indonesia Raya berkumandang dan Merah Putih berkibar di panggung tertinggi dunia," katanya. “Saat ini kami terus melakukan diplomasi olahraga untuk menjadikan Indonesia sebagai pelaku utama, bukan penonton. Energi kami tercurah untuk itu, bukan untuk terseret dalam drama internal yang kontraproduktif.”
Foto/NOC Indonesia

Foto/NOC Indonesia

Satu hal ditegaskan Okto tanpa ragu: bahwa saat ini, hanya ada satu organisasi cabang olahraga tenis meja di Indonesia yang menjadi anggota NOC Indonesia dan diakui oleh International Table Tennis Federation (ITTF), yakni Indonesia Pingpong League (IPL). Pengesahan itu dilakukan melalui Rapat Anggota Luar Biasa (RALB) pada 14 Juli 2025.

“Pikiran kami harus global,” ujar Okto menutup pernyataannya. “Keputusan yang kami ambil hari ini akan berdampak pada citra Indonesia di mata dunia. Kami tidak akan mengorbankan kepentingan nasional yang lebih besar hanya untuk memuaskan kelompok tertentu.”

Di tengah kisruh yang mencuat ke publik, Okto memilih jalan diplomasi. Ia tak ingin terjebak pada riuh kecil di dalam negeri, saat seharusnya Indonesia tengah bersiap mendobrak panggung-panggung besar dunia. Sebab prestasi, dalam pandangannya, bukan hanya soal medali, melainkan tentang siapa yang punya visi, siapa yang berpikir global, dan siapa yang sanggup menyatukan langkah di tengah perbedaan. (*)

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

John Doe

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!