Langkah Meyakinkan Indonesia di Awal Asian Individual Chess Championship 2025

Ludus01

1
0
Kejutan besar pertama pecatur Indonesia unggulan 102 IM Farid Firman Syah mengalahkan unggulan 26 GM Subramaniyam Bharath dari India (Foto: Percasi)

Kejutan besar pertama pecatur Indonesia unggulan 102 IM Farid Firman Syah mengalahkan unggulan 26 GM Subramaniyam Bharath dari India (Foto: Percasi)

LUDUS – Angin segar berembus dari Al Ain, Abu Dhabi, tempat berlangsungnya Asian Individual Chess Championship 2025. Salah satu momen paling menggetarkan di hari pembukaan datang dari papan tempat IM Farid Firman Syah (2369) duduk berhadapan dengan GM Subramaniyam Bharath (2556) dari India, unggulan 26. Farid, yang datang sebagai unggulan ke-102, tampil tanpa gentar.

Pada langkah ke-19, ia mengorbankan kudanya untuk tiga bidak lawan—keputusan penuh keberanian yang mengubah arah permainan. Bidak-bidak di lajur c, d, dan e lalu menjelma menjadi pusat tekanan yang kokoh. Bharath mencoba menciptakan komplikasi, tapi Farid tetap tenang, menggiring permainan hingga 71 langkah dalam pembukaan Inggris. “Harusnya saya bisa menang lebih cepat,” ujar Farid, pecatur muda yang di masa kecilnya pernah dua kali menjadi juara dunia catur pelajar.

Kemenangan Farid bukan hanya kejutan bagi lawannya, tapi juga menjadi simbol keberanian seluruh tim Indonesia di panggung Asia. Di tengah panasnya persaingan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab—tempat 154 pecatur dari 33 negara bersaing, termasuk 51 Grandmaster, 53 International Master, dan 21 FIDE Master—Indonesia mengawali langkahnya dengan percaya diri. Tim Merah Putih membukukan catatan impresif: enam kemenangan, tiga hasil seri, dan hanya dua kekalahan.

Baca JugaSusanto Megaranto dan Harapan Baru Indonesia di Abu Dhabi

GM Susanto Megaranto bersama Manajer tim Kristianus Liem (Foto: Percasi)

GM Susanto Megaranto bersama Manajer tim Kristianus Liem (Foto: Percasi)

Di kelompok putra, dua Grandmaster andalan, Susanto Megaranto (2477) dan Novendra Priasmoro (2437), menjalankan tugasnya dengan mantap. Meski berhadapan dengan lawan yang di atas kertas lebih lemah—Khwaira Anas (2173) dari Yordania dan pecatur Lebanon, Ronald Moughanes (1855)—tak ada kemenangan yang datang mudah.

“Sebetulnya nggak mudah sih, tapi bisa kita atasi,” ujar Susanto yang diamini Novendra. Sementara Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Percasi, Kristianus Liem, yang mengawal para pecatur Indonesia, mengatakan bahwa turnamen ini seringkali membuat kejutan-kejutan yang tak terduga. “Indonesia mengawali dengan baik di awal,” tegasnya.

Kejutan memang tersebar di mana-mana sejak babak pertama. Unggulan teratas GM Nihal Sarin (2693, India) ditahan imbang oleh IM Paulo Bersamina (2426, Filipina). GM Pouya Idani (2630, Iran) tumbang dari FM Tan Jun Ying (2414, Malaysia). Bahkan GM Tin Jingyao (2601, Singapura), juara zona Asia Tenggara 3.3, dikalahkan IM Reja Neer Manon (2403, Bangladesh).

Kejutan kecil IM Aditya Bagus Arfan menahan remis GM Narayanan S L dari India (Foto: Percasi)

Kejutan kecil IM Aditya Bagus Arfan menahan remis GM Narayanan S L dari India (Foto: Percasi)

Indonesia pun tidak tinggal diam. IM Aditya Bagus Arfan (2402) nyaris membuat sensasi ketika terus unggul atas GM Narayanan S.L. (2598, India). Namun partai akhirnya berakhir remis pada langkah ke-31 dari pertahanan Sicilia e5. Dua pecatur Indonesia yang belum berhasil mencetak poin adalah IM Gilbert Elroy Tarigan (2415), yang harus mengakui keunggulan GM Saleh Salem (2631, Uni Emirat Arab), serta IM Azarya Jodi Setyaki (2364), yang ditaklukkan GM Anand Pranav (2555, India).

Di kelompok putri, ketegangan bahkan terasa hingga layar-layar para pemantau. IM Medina Warda Aulia (2377) sempat dicurigai bermain terlalu cepat remis, lantaran papan daring menunjukkan ½-½ hanya 30 menit setelah pertandingan dimulai. Wakil Sekjen PB Percasi, Nanang Pujalaksana, sampai menelepon untuk memastikan kabar. Namun kegundahan itu pupus di meja makan malam. “Aku menang,” kata Medina, santai namun mantap. “Bahkan posisi aku bagus sejak pembukaan.”

 IM Medina Warda Aulia (2377) mantap taklukkan WFM Tannaz Azali dari Iran (Foto: Percasi)

IM Medina Warda Aulia (2377) mantap taklukkan WFM Tannaz Azali dari Iran (Foto: Percasi)

WIM Chelsie Monica Sihite (2239) menyuguhkan permainan berdarah—tajam, penuh pengorbanan, bikin jantungan. Tapi lawannya, WCM Zilola Aktamova (1852, Uzbekistan), kurang berpengalaman untuk menahan badai kombinasi. Hasil remis WIM Ummi Fisabilillah (2115) atas IM Gulrukhbegim Tokhirjonova (2369, Uzbekistan), yang merupakan unggulan 8, adalah prestasi tersendiri. WIM Laysa Latifah (2262), meski tampil kreatif dengan pengorbanan sejak awal, tergelincir di akhir permainan dan harus puas dengan hasil imbang. “Saya bikin salah di ending,” aku Laysa lirih.

Sementara itu, WGM Dewi A.A. Citra (2202) menunjukkan kelasnya. London System yang ia mainkan menjadi senjata elegan untuk menaklukkan Zorigoo Naranzaya (1785, Mongolia) tanpa banyak hambatan.

Dari Al Ain Abu Dhabi, langkah-langkah para pecatur Indonesia terdengar nyaring. Mereka tak hanya hadir. Mereka bersaing. Mereka ingin menciptakan sejarah untuk bisa lolos ke Piala Dunia 2025. Awal yang baik sudah mereka ciptakan. (*)

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

John Doe

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!