
LUDUS - Air adalah sumber kehidupan. Ia menempati lebih dari 60 persen tubuh manusia, menjadi medium utama di mana sel, hormon, dan nutrisi bekerja. Namun di balik kesederhanaannya, cara kita meminum air ternyata tidak sesederhana itu.

Bayangkan tubuh sebagai mesin halus yang membutuhkan pelumas agar semua bagian bergerak dengan lancar. Air adalah pelumas itu. Tapi bagaimana jika kita menuangkannya terlalu banyak sekaligus? Atau saat mesin sedang memproses makanan? Bisa jadi niat baik menjadi blunder kesehatan.
Dalam berbagai studi dan tinjauan medis, terdapat kebiasaan keliru yang tanpa sadar dilakukan banyak orang dalam mengonsumsi air putih.
Dalam praktik sehari-hari, banyak orang yang menganggap minum air putih adalah rutinitas instingtif. Padahal, sejumlah kebiasaan yang tampak biasa justru bisa berdampak pada pencernaan, fungsi ginjal, hingga keseimbangan cairan tubuh.
Berikut adalah lima kesalahan umum tersebut, lengkap dengan penjelasan ilmiah mengapa hal itu sebaiknya dihindari.

Minum air terlalu cepat dapat membebani sistem tubuh. Foto/Ist.
1. Meneguk Air Terlalu Cepat
Saat air dikonsumsi dalam jumlah besar dan cepat, tubuh tidak diberi waktu untuk menyerap cairan secara efisien. Proses penyerapan air terjadi secara bertahap melalui lambung dan usus kecil. Jika terlalu cepat, kelebihan air bisa membebani ginjal dan menyebabkan hiponatremia, kondisi saat kadar natrium dalam darah turun karena cairan tubuh terlalu encer.
Studi dari New England Journal of Medicine (2005) menunjukkan beberapa kasus hiponatremia pada atlet maraton akibat minum berlebihan dalam waktu singkat.
Selain itu, minum terlalu cepat juga bisa menimbulkan sensasi kembung dan tidak nyaman di lambung.
Minumlah perlahan, dalam tegukan kecil, dan beri jeda agar tubuh punya waktu untuk menyerap air secara optimal.

Minum air saat makan bisa mengganggu enzim lambung. Foto/Ist.
2. Minum Air Saat Sedang Makan
Mengonsumsi air dalam jumlah banyak saat makan dapat mengencerkan cairan lambung, terutama asam klorida (HCl), yang berperan penting dalam memecah makanan dan membunuh patogen. Pengenceran enzim dan cairan lambung bisa memperlambat proses pencernaan, menyebabkan gas, dan rasa tidak nyaman.
Menurut The American Journal of Clinical Nutrition, idealnya air dikonsumsi 30 menit sebelum atau 30 menit sesudah makan utama untuk membantu penyerapan nutrisi tanpa mengganggu enzim pencernaan.
Namun demikian, sedikit air (sekitar 100–150 ml) untuk membantu menelan makanan tetap diperbolehkan.
Sebaiknya minum air sekitar 30 menit sebelum atau sesudah makan utama. Jika perlu minum saat makan, batasi hanya beberapa teguk kecil.

Minum air dingin saat bekerja bisa terasa menyegarkan, tapi hati‑hati, suhu rendah dapat memicu gangguan pencernaan. Foto/Ist.
3. Minum Air Dingin
Air yang sangat dingin dapat menyebabkan vasokonstriksi, penyempitan pembuluh darah di lambung, yang dapat memperlambat proses pencernaan. Selain itu, konsumsi air es setelah olahraga atau saat tubuh panas dapat memicu kram perut atau gangguan termoregulasi tubuh.
Penelitian dari Journal of the International Society of Sports Nutrition (2012) menunjukkan bahwa air suhu ruangan atau sedikit dingin lebih optimal untuk hidrasi pasca olahraga dibanding air es.
Selain gangguan pencernaan, konsumsi air dingin secara rutin juga dikaitkan dengan sakit tenggorokan atau sensitivitas gigi.
Gunakan air suhu ruang atau hanya sedikit dingin. Hindari air es setelah olahraga atau saat perut penuh.

Minum sedikit air sebelum tidur bisa membantu metabolisme malam hari dengan optimal. Foto/Ist
4. Tidak Minum Air Sebelum Tidur
Salah satu fungsi air adalah membantu regenerasi sel dan metabolisme saat tidur. Dehidrasi ringan di malam hari dapat meningkatkan detak jantung dan membuat tidur terganggu. Minum sedikit air (sekitar 150–200 ml) sebelum tidur dapat membantu menjaga keseimbangan cairan dan mendukung kerja ginjal dalam mengeluarkan sisa racun.
Menurut Mayo Clinic, minum air sebelum tidur aman selama jumlahnya tidak berlebihan dan tidak menyebabkan gangguan tidur karena keinginan buang air kecil.
Kuncinya adalah moderasi: tidak terlalu banyak, tidak pula sampai nol sama sekali.
Minumlah sekitar 150–200 ml air (setara satu gelas kecil) 30 menit sebelum tidur, terutama jika Anda belum banyak minum air sepanjang sore.

Berhenti sejenak dari pekerjaan: hidrasi di kantor penting, tapi pilihlah cara dan suhu yang tepat. Foto/Ist.
5. Minum Tidak Sesuai Kebutuhan Tubuh
Setiap individu memiliki kebutuhan cairan yang berbeda, tergantung berat badan, usia, aktivitas fisik, suhu lingkungan, dan status kesehatan. Rekomendasi umum 8 gelas per hari (sekitar 2 liter) hanyalah patokan rata-rata. Tidak mencukupi kebutuhan bisa menyebabkan dehidrasi, yang berdampak pada konsentrasi, fungsi ginjal, hingga tekanan darah.
Sebaliknya, minum secara berlebihan tanpa kebutuhan juga berbahaya, terutama bagi penderita gangguan ginjal, jantung, atau mereka yang mengonsumsi obat diuretik.
The National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine merekomendasikan asupan air harian sekitar 3,7 liter untuk pria dan 2,7 liter untuk wanita dari seluruh makanan dan minuman, namun tetap harus disesuaikan kebutuhan.
Tanda kebutuhan air yang cukup antara lain: urin berwarna jernih-pucat, tubuh tidak lemas, dan tidak merasa haus berlebihan.
Rata-rata kebutuhan cairan harian adalah 2,7 liter untuk wanita dan 3,7 liter untuk pria dari seluruh sumber (termasuk makanan), tapi tetap sesuaikan dengan gaya hidup dan kondisi tubuh masing-masing.

Minum air putih adalah kunci kesehatan, namun cara dan waktu minumnya juga menentukan manfaat yang didapat tubuh. Lima kebiasaan di atas, yang tampak sepele, ternyata bisa memengaruhi sistem pencernaan, metabolisme, hingga keseimbangan cairan tubuh secara keseluruhan.
Tubuh manusia tak selalu memberi alarm yang keras saat ada yang keliru. Rasa haus yang datang terlambat, rasa begah setelah makan, atau kram ringan setelah minum es mungkin terlihat remeh. Tapi bila terjadi berulang, itu bisa menjadi tanda bahwa cara kita minum air perlu diperbaiki.

Minumlah air dengan cermat, bukan sekadar cukup. Dengarkan sinyal tubuh, pahami kebutuhannya. Dan bila ragu—terutama jika memiliki kondisi medis tertentu seperti hipertensi, batu ginjal, atau gangguan elektrolit, jangan segan untuk berkonsultasi ke dokter atau ahli gizi.
Dengan memahami kajian ilmiah di balik kebiasaan sederhana ini, kita bisa mempraktikkan pola minum air putih yang lebih cerdas dan tepat guna. (Dari Berbagai Sumber)
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!