Menyilang Pedang, Menyalin Jejak Ayah: Catatan Tentang Arval Raziel Ridwan Sundara
Ludus01

“Mimpi tidak diwariskan. Ia harus dipilih, dijalani, dan diperjuangkan kembali oleh yang percaya.”

LUDUS – Ada anak-anak yang mewarisi rumah, ada pula yang mewarisi mimpi. Arval Raziel Ridwan Sundara, yang akrab dipanggil Arval, mewarisi keduanya: rumah dari keluarga atlet, dan mimpi yang ditinggalkan di lintasan anggar oleh ayahnya, Cucu Sundara, peraih perak SEA Games Jakarta 2011.
Namun, seperti segala warisan, mimpi itu tidak serta-merta ditelan utuh. Ia diuji, dicicip, bahkan pernah hendak ditinggalkan.
Arval pertama kali mengenal olahraga bukan dari pedang, melainkan dari kaki. Tepatnya dari kaki-kaki yang melayang di arena taekwondo. Ibunya, Ulzana Ziezie Ardikusuma, adalah atlet taekwondo. Juara di kelas feather, dan masuk sebagai elit atlet di nasional. Yang pernah merasakan ketatnya pemusatan latihan nasional. Maka, tak heran jika olahraga pertama yang ditekuni Arval adalah taekwondo, seperti anak yang diajak main layang-layang oleh ibunya sendiri.
Di keluarga ini, keringat adalah bahasa cinta. Sang ibu mewariskan semangat taekwondo, sang ayah menggoreskan jejak emas di arena anggar, dan sang adik meneruskan langkah sebagai atlet anggar nasional.

Olahraga adalah warisan: ibu mantan taekwondoin, ayah dan adik adalah atlet anggar. Foto/Dokpri
“Saya sudah mencoba dua cabang olahraga sejak kecil,” ujarnya. Kalimat itu meluncur pelan, seperti seseorang yang telah berdamai dengan pilihan. “Pertama taekwondo, dibawa Ibu. Lalu, kelas 5 SD, usia sepuluh tahun, ayah mengajak saya coba anggar di Knight Fencing Bogor.”
Dan yang mengejutkan: sang ibu tidak keberatan sama sekali. “Saya justru senang dia memilih anggar,” kata Ulzana. “Meskipun saya dari taekwondo, saya tahu tidak semua anak harus berjalan persis seperti orang tuanya. Di anggar, Arval kelihatan lebih hidup.”
Ada semacam kebijaksanaan yang mengalir dari kalimat itu, pengakuan seorang ibu bahwa cinta tak selalu harus diwariskan dalam bentuk yang sama.

Bersama sang pelatih M. Indra Haryana. Foto/Dokpri
Di Knight Fencing Bogor, klub anggar milik orangtuanya, Arval berlatih di bawah pelatih M. Indra Haryana. Di tangan pelatih inilah, tusukan demi tusukan bukan hanya dilatih, tapi dimaknai.
“Arval adalah atlet dengan kemauan menang yang sangat tinggi. Daya juangnya tak diragukan lagi. Ia disiplin, dan yang terpenting, dia percaya bahwa perjuangan yang dijalaninya akan membuahkan kemenangan,” kata Indra.
Itu bukan pujian yang datang dari kekaguman semata. Itu pengakuan yang tumbuh dari latihan demi latihan yang menguras keringat, waktu, dan keyakinan. Barangkali pelatihnya tak sedang menyebutnya secara langsung, tapi kalimat-kalimat itu seakan memanggil kembali kata-kata klasik Friedrich Nietzsche:
“He who has a why to live can bear almost any how.”
Barang siapa yang memiliki alasan untuk hidup, akan mampu menanggung hampir semua cara untuk mencapainya.
Arval tampaknya telah menemukan alasannya. Bukan sekadar ingin menyalin jejak ayah, melainkan melampauinya. Bukan karena dendam atau beban, melainkan karena keyakinan bahwa setiap tusukan mengandung arah, dan setiap arah membutuhkan nyali.
Kini, Arval bukan lagi sekadar anak kecil yang mencoba-coba pedang. Pemuda kelahiran Jakarta, 16 Agustus 2006 ini telah menjejaki level Asia. Namanya tercatat sebagai satu dari 25 atlet yang akan membela Merah Putih di Asian Senior Fencing Championships 2025 di Bali, 17–23 Juni. Ia akan tampil di nomor epee/degen putra.

Dan Bali bukan sekadar tuan rumah. Ia menjadi tanah saksi: tempat seorang anak bangsa mempertaruhkan nama Indonesia dalam kilatan pedang dan ketegangan satu lawan satu.
“Saya bangga dan senang bisa berhadapan dengan atlet dunia, bahkan ada peraih emas Olimpiade Paris 2024,” ucapnya. Suaranya sedikit bergetar, bukan karena gentar, tapi karena paham: pengalaman lebih mahal dari kemenangan, dan mengenal lawan adalah bentuk paling awal dari mengenal diri sendiri.
Baca juga: Kejuaraan Anggar Asia 2025: Ketika Gairah Kembali Menemukan Panggungnya
Ia tak buru-buru menjanjikan medali. Tak semua perjalanan butuh medali untuk membuktikan nilainya. Ia tahu, tugasnya bukan semata mencari medali. Tugasnya adalah menjaga martabat. Membuktikan bahwa di tengah hiruk-pikuk olahraga populer lain, anggar tetap menyala dalam dada para pejuangnya, termasuk dirinya.
“Saya akan tampil maksimal. Target utama saya adalah SEA Games Thailand 2025, dan semoga bisa sampai ke Olimpiade Los Angeles 2028.”

Bersama pelatih dan adiknya, Alzenna Laiqa Lubena, yang juga berprestasi di anggar. Foto/Dokpri
Bukan ambisi kosong. Di balik kata-katanya ada kerja panjang dan deret prestasi. Nama-nama kemenangan telah mulai berjejak di belakangnya. Di level nasional, ia mengukir emas di Kejurda Jawa Barat 2025 (Epee junior), Kejurnas 2022 dan 2024, serta Porda Jabar. Di pentas internasional, koleksi medalinya bertambah dari SEAFF, Malaysia Open, hingga Mohun Fencing Open Thailand. Dalam daftar panjang itu, tidak hanya tertulis emas, perak, dan perunggu, tetapi juga keberanian untuk bertumbuh.
Dan lebih dari itu, Arval membawa satu hal yang tak bisa dilatih: cinta kepada tanah air.
“Negara ini dibangun oleh orang-orang yang tak hanya berani bermimpi, tapi juga berani berjuang,” tulis Bung Karno dalam pidatonya yang kini usang dalam arsip, tapi menyala dalam dada generasi seperti Arval.
Arval, berusia 19 tahun, kini adalah mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Tapi sesungguhnya, ia lebih dari sekadar mahasiswa atau atlet. Ia adalah anak yang tak pernah berhenti menyulam jejak kedua orang tuanya menjadi jalannya sendiri.
Anggar, memang seperti hidup itu sendiri: cepat, tak terduga, dan hanya bisa dimenangkan oleh mereka yang tahu kapan harus menyerang, kapan menunggu, dan kapan percaya pada garis tak terlihat yang membentuk masa depan.

Tim beregu Epee putra (dari kiri-kanan): Cucu Sundara, pelatih, sekaligus ayah Arval, Andi Akbar (Jatim), Arval Raziel Ridwan S (Jabar), Anggi Williamsyah (Jabar). Foto/Dokpri
Arval sedang berada di garis itu. Menyilang pedang, menyusun takdir. Bukan sekadar ingin seperti ayahnya. Tapi menjadi dirinya sendiri, dengan pedang di tangan, disiplin yang terasah, dan cinta yang tak pernah berpaling dari negeri ini.
Arval tengah menempa dirinya bukan sekadar sebagai atlet, tapi sebagai ikon dan lambang harapan baru anggar Indonesia, sosok yang kelak bisa mengibarkan Merah Putih di podium tertinggi dunia dan mengumandangkan Indonesia Raya.
Maka setiap tusukan pedang bukan semata untuk poin. Tapi untuk membuktikan bahwa dari keluarga kecil di Bogor, lahir seorang anak muda yang berani melawan takdir, menulis sejarahnya sendiri dan melanjutkan cerita Indonesia dengan cara yang tajam, jernih, dan tak gentar.
Daftar Prestasi Arval Raziel Ridwan Sundara:
Nasional
- Medali emas Kejurda Anggar Jawa Barat 2025 (Epee putra junior)
- Medali Emas Kejurnas Anggar 2022 (Epee beregu putra)
- Medali Emas Porda Jabar 2022 (Epee beregu putra)
- Mendali Perunggu Porda Jabar 2022 (Epee putra perorangan)
- Medali Perunggu Kejurnas Anggar 2022 (Epee putra perorangan junior)
- Medali Emas Kejurnas Anggar 2024 (Epee putra perorangan Senior)
Internasional
- Medali Emas SEAFF 2023 (Epee perorangan putra kadet)
- Medali emas SEAFF 2024 (Epee perorangan putra junior)
- Medali Malaysia Open 2024 (Epee perorangan)
- Medali Emas Mohun Fencing Open Thailand 2024 (Epee perorangan junior)
- Medali Perunggu SEAFF 2024 (Epee beregu senior)
- Medali Perak SEAFF 2024 (Epee beregu junior).
Baca juga: Tusah Classic: Sepatu Latihan Ideal untuk Pemula hingga Atlet

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!