Rekor Penonton 41 Ribu di Piala Presiden 2025, Erick Thohir Puji Liga All Stars Meski Kalah dari Oxford

Ludus01

LUDUS - Malam turun perlahan di Jakarta, tetapi Stadion Utama Gelora Bung Karno justru memanas sejak sore. Pada Minggu, 6 Juli 2025, lebih dari 41 ribu penonton datang memenuhi tribun stadion terbesar di Indonesia itu, rekor tertinggi sepanjang sejarah Piala Presiden. Mereka datang membawa antusiasme, harapan, dan rasa cinta yang tak pernah surut untuk sepak bola Tanah Air.

Foto/Media Piala Presiden

Foto/Media Piala Presiden

Panggung malam itu adalah laga pembuka Piala Presiden edisi ketujuh. Tapi atmosfernya jauh dari sekadar pemanasan. Tim Liga Indonesia All Stars, kumpulan pemain terbaik dari Liga 1 pilihan suporter, berhadapan dengan Oxford United, klub dari Liga Championship Inggris. Yang menarik, Oxford datang bukan sebagai tim asing sepenuhnya. Di dalamnya ada dua nama yang sangat Indonesia: Marselino Ferdinan dan Ole Romeny, dua pilar Timnas yang kini berkarier di Eropa.

Pertandingan berlangsung ketat dan bersemangat. Oxford mencetak enam gol, tapi tim All Stars membalas tiga. Skor akhir 6-3 mencatat kemenangan tim tamu, tetapi yang terekam lebih dalam bukan angka-angka itu. Yang membekas adalah nyali dan semangat yang dipertontonkan anak-anak Liga 1. Rico Simanjuntak, si mungil dari Persija, membuka skor untuk Indonesia. Ia berlari, menggocek, menembak—seakan-akan seluruh lapangan adalah jalan pulangnya. Sepak bolanya bukan hanya teknik, tapi keberanian. Golnya disambut sorak panjang, seperti penanda bahwa tim ini memang datang untuk bertarung.

Foto/Media Piala Presiden

Foto/Media Piala Presiden

Selesai pertandingan, sorotan bergeser ke ruang ganti. Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menyusul para pemain dengan langkah cepat dan wajah sumringah. Ia masuk ke ruang ganti bukan untuk menuntut, tetapi untuk menyemangati. “Nah, begitu dong! Semangat dan mental kalian hebat. Tidak mau kalah dan fight,” katanya, disambut senyum kelelahan para pemain. Kepada Rico, ia menyampaikan selamat langsung. Kepada pelatih Rachmad Darmawan, ia menyampaikan terima kasih telah meracik skuad yang bermain penuh semangat dalam waktu persiapan yang minim.

Foto/PSSI

Foto/PSSI

Bagi Erick, pertandingan malam itu bukan soal menang kalah semata. Ia melihat semangat bertanding, keberanian menyerang, dan kemauan bermain lepas sebagai modal penting untuk masa depan sepak bola Indonesia. Di hadapan puluhan ribu penonton yang bersorak sejak peluit pertama, Liga All Stars telah memberikan yang terbaik.

“Kehadiran puluhan ribu penonton malam ini menunjukkan betapa besar kecintaan publik terhadap sepak bola nasional. Mereka datang bukan hanya untuk menyaksikan pertandingan, tetapi juga untuk mendukung para pemain Timnas Indonesia yang tampil di dua tim berbeda,” ujar Erick kepada media usai laga.
Foto/PSSI

Foto/PSSI

Piala Presiden tahun ini memang tampil beda. Turnamen ini bukan lagi sekadar ajang pramusim antarklub lokal. Oxford United dari Inggris dan Port FC dari Thailand menjadi bagian dari kompetisi, menambah bobot dan gengsi. Format internasional ini menjadi bukti bahwa PSSI tengah membangun panggung yang lebih besar: bukan hanya untuk persiapan, tetapi juga pembuktian.

Malam itu, sorak-sorai tak berhenti bahkan ketika pertandingan usai. Penonton tetap berdiri, mengabadikan momen, melambai kepada pemain yang turun dari bus. Skor bukan segalanya. Karena dalam sepak bola, kadang yang lebih penting adalah perasaan: bahwa kita telah mencoba, bahwa kita telah berani, bahwa kita punya harapan.

Foto/PSSI

Foto/PSSI

Dan Piala Presiden 2025 membuka semua itu dengan gegap gempita—dengan rekor penonton, semangat juang, dan ucapan bangga dari seorang ketua umum yang tak hanya menonton dari tribun, tapi hadir langsung ke ruang keringat. (*)

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

John Doe

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!