
LUDUS - Mimpi itu kandas di tengah jalan. World Abilitysport Games 2025, pesta olahraga terbesar bagi para penyandang disabilitas fisik, dipastikan batal digelar di Indonesia. Kabar itu datang melalui surat elektronik dan pengumuman di laman resminya Federasi World Abilitysports pada tanggal 6 Juni 2025. Dalam surat elektronik yang ditujukan ke NPC Indonesia tersebut dijelaskan bahwa alasan pembatalan adalah kurangnya jaminan dari pemerintah terkait penyelenggaraan mengingat waktu hanya menyisakan kurang dari tiga bulan lagi, terlebih sampai saat ini kejelasan terbentuknya kepanitiaan belum ada.

Foto/NPC Indonesia
Padahal, Indonesia telah bersiap. Sejak kunjungan delegasi Federasi pada 24–26 Juli 2024 yang menyisir venue-venue di Jakarta, hingga penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) pada 30 Agustus 2024 di Paris, di hadapan Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo, tekad itu tampak bulat. Indonesia ingin membuktikan bahwa penyelenggaraan multievent internasional bukan semata milik negara-negara maju.
Namun semuanya runtuh karena satu hal: tak kunjung ada jaminan dari pemerintah. Waktu terus berdetak, hanya tersisa kurang dari tiga bulan menuju pelaksanaan yang dijadwalkan 11–21 September 2025. Kepanitiaan belum terbentuk, kejelasan dukungan negara tak kunjung nyata. Federasi pun angkat tangan.

Rima Ferdianto, Wakil Sekretaris Jenderal NPC Indonesia. Foto/NPC Indonesia
“Kita sudah berusaha. Kita mencoba meyakinkan bahwa Indonesia mampu, tapi akhirnya keputusan mereka final,” ujar Rima Ferdianto, Wakil Sekretaris Jenderal NPC Indonesia, dengan suara yang nyaris tak bisa menyembunyikan getirnya.
“Kita telah melakukan beberapa komunikasi, kita juga masih berusaha agar mereka mempercayai kita untuk melakukan event ini di Indonesia tapi akhirnya mereka bersikukuh untuk membatalkan” ungkap Rima.
World Abilitysport Games 2025 sedianya akan mempertandingkan 13 cabang olahraga, 10 di antaranya telah mendapat status sanctioned dan berkontribusi langsung ke peringkat menuju Paralimpiade Los Angeles 2028. Ini bukan sekadar multievent; ini adalah panggung impian, jalan ke Olimpiade kaum disabilitas.

Ketua Umum NPC Indonesia Senny Marbun. Foto/NPC Indonesia
“Kami sangat menyesal,” kata Ketua Umum NPC Indonesia Senny Marbun. “Kami melalui proses panjang untuk menjadi tuan rumah. Tapi apa boleh buat. Keputusan mereka harus kami hormati.”
Di tengah kekecewaan itu, harapan tak sepenuhnya pupus. Federasi World Abilitysport masih membuka pintu bagi Indonesia untuk menjadi tuan rumah dua kejuaraan internasional: anggar kursi roda dan sepak bola CP (Cerebral Palsy). “Kami berusaha menyelamatkan dua cabor ini agar tetap bisa dilaksanakan di Indonesia,” ujar Rima.
Anggar kursi roda akan menjadi bagian dari kalender resmi kejuaraan dunia, sedangkan sepak bola CP direncanakan sebagai turnamen tingkat Asia.

Foto/NPC Indonesia
Indonesia, yang selama ini membuktikan diri sebagai tuan rumah yang mumpuni dalam event olahraga disabilitas, kini menghadapi tamparan keras. Tidak hanya dari luar, tetapi juga dari dalam: tentang bagaimana mimpi besar bisa runtuh hanya karena absennya komitmen.
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!