Aditya Bagus Arfan vs GM Yilmaz di Babak Ketiga Biel Chess Festival 2025: Remis Bernilai dari Sang Penantang
Ludus01

LUDUS - Di papan catur yang dingin di Palais des Congres, Biel, Rabu sore itu, aroma ketegangan terasa sejak awal. Langkah demi langkah berderak seperti isyarat bahaya, dan di antara dua kursi, dua dunia pengalaman saling mengintai: satu dari Grandmaster Turki yang berkepala botak dan berjanggut tebal, satu lagi dari anak muda Indonesia yang sedang mencoba menantang langit.

Aditya Bagus Arfan vs GM Mustafa Yilmaz pada babak ke-3 MTO Biel Chess Festival. Foto/Kristianus Liem
Aditya Bagus Arfan, 19 tahun, tampil sebagai penantang. Gelar Master Internasional baru ia genggam beberapa tahun lalu. Peringkatnya, 2385, terpaut jauh dari lawannya hari itu: Grandmaster Mustafa Yilmaz, unggulan keempat turnamen dengan rating 2586. Ini adalah ujian terberatnya di Biel Chess Festival 2025, dan ia datang dengan kepala tegak.
Sebelum duduk menghadapi GM Yilmaz di babak ketiga, Aditya telah mencatat dua kemenangan impresif. Pada babak pertama, Senin (14/7), ia melangkah ringan dengan mengalahkan pecatur tuan rumah, Ziad Kanana (rating 2062), hanya dalam 26 langkah pembukaan Inggris. Posisi akhir begitu timpang, dua bidak unggul dan struktur lawan porak-poranda, hingga lawannya menyerah tanpa perlawanan lebih lanjut.
Pada babak kedua, tantangan lebih nyata datang dari pecatur India, Sushanth Kamabathula (2188). Dalam permainan yang berlangsung hingga 51 langkah, Adit sempat terlihat akan bermain imbang. Tapi pada momen krusial, ia meluncurkan pengorbanan dua bidak yang brilian. Dua bidak lain pun bebas melaju ke barisan belakang, bersiap naik tahta menjadi Menteri. Sebuah kemenangan penuh imajinasi dan keberanian.
Kini, di babak ketiga, lawan yang duduk di depannya bukan hanya unggulan keempat turnamen, tapi juga seorang Grandmaster berpengalaman dengan aura intimidatif: brewok lebat, kepala plontos, dan anting kecil. Aura Yilmaz menekan dari sejak jabat tangan.

Foto/Kristianus Liem
Adit membuka dengan sistem Reti, pembukaan yang tenang tapi tajam bila digunakan tepat. Dan selama 15 langkah pertama, dunia seolah milik Aditya. Dua bidaknya di c4 dan d4 mencengkeram sentrum papan dengan posisi dominan, sementara lawan hanya punya bidak terisolasi di b6. Tapi keunggulan posisi dalam catur adalah utang: ia harus dibayar lunas dengan koordinasi perwira dan kalkulasi presisi.
Di titik itulah pengalaman bicara. Yilmaz melancarkan serangan balik tepat saat Adit gagal menemukan lanjutan kuat. Pertukaran Menteri terjadi. Peluang emas yang kedua pun terlewat. Ketimbang menekan, Adit membiarkan terjadinya pertukaran besar-besaran. Yilmaz unggul satu bidak, tapi tak cukup untuk mendorong kemenangan. Partai ditutup remis pada langkah ke-39.
“Dia sempat menggebrak meja waktu Menterinya saya pukul,” kisah Adit sembari tersenyum. “Walau nggak sekeras Magnus, tapi berasa juga.”

Kristianus Liem bersama Aditya Bagus Erfan. Foto/Istimewa
Di sisi lain arena, manajer tim Indonesia, yang juga Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Percasi Kristianus Liem, menyaksikan jalannya partai dengan penuh konsentrasi. “Adit bermain sangat solid dan tidak panik. Lawannya jauh lebih senior dan unggul hampir 200 poin, tapi Adit tetap tenang. Ini hasil yang sangat baik secara teknis maupun psikologis,” ujar Kristianus. “Dari tiga babak, dia belum kalah. Ini modal penting untuk menjaga posisi di papan atas.”
Dari tiga babak yang telah dijalani, Aditya meraih dua kemenangan dan satu remis. Hasil itu bukan hanya menjaga posisinya di papan atas, tapi juga mendongkrak ratingnya sebesar 6,4 poin, nilai kecil yang diam-diam menandai langkah besar menuju level berikutnya.

Foto/Kristianus Liem
Biel bukan sekadar kota kecil di kaki Pegunungan Jura. Ia adalah panggung klasik tempat bintang-bintang catur dunia pernah diuji dan dilahirkan. Dari Viktor Korchnoi hingga Magnus Carlsen, semua pernah meninggalkan jejak di papan-papan turnamen ini. Mungkin kini, lewat tangan tenang seorang anak muda Yogyakarta, sebuah jejak baru sedang ditulis.
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!