Biel Chess Festival 2025 Babak Kesembilan: Setelah Dua Hari Gundah, IM Aditya Bagus Arfan Bangkit di Tengah Gempuran “Nyeruduk” Ala Cina
Ludus01

LUDUS - Dua hari tanpa kemenangan bukan sekadar jeda dalam hitungan poin. Bagi seorang pecatur muda seperti IM Aditya Bagus Arfan, 19 tahun, itu bisa berarti labirin panjang antara rasa percaya diri yang mulai goyah dan suara-suara di kepala. Setelah kalah cepat dari GM Benjamin Bok dan hanya meraih hasil remis keesokan harinya, Aditya seperti berjalan dalam galau.
Sebelum masuk arena babak kesembilan, Rabu siang itu, Aditya memilih berjalan kaki menyusuri tepian kota Biel yang tenang. Matahari Swiss menggantung lembut di atas danau, angin Pegunungan Jura menyentuh pelipisnya.

Foto/Kristianus Liem
"Kadang bukan soal siapa lawan kita, tapi siapa yang sedang bicara dalam kepala kita," katanya pelan, seperti menjawab gumamnya sendiri.
Lalu Aditya melangkah ke Palais des Congres. Di ruang pertandingan, papan kembali menanti. Lawan kali ini: pecatur muda asal Cina, Chen Zhi (2246). Pemain yang dikenal agresif, bergaya “nyeruduk”, menyerang siapa pun dengan kecepatan dan kadang tanpa rencana B.

IM Aditya Bagus Arfan vs Chen Zhi pada babak sembilan Turnamen Master Open (MTO) di Biel Chess Festival, Swiss. Foto/Kristianus Liem.
Aditya tahu itu. Maka ia memilih tenang. Di balik buah putih yang ia pegang, Aditya membuka dengan pembukaan Inggris. Tapi bukan permainan terbuka yang ia cari. Ia membiarkan lawan menguasai lebih dulu setengah papan, menunggu dengan sabar, memantulkan energi lawan untuk kemudian memukul balik. Serangan balasan itu datang pada langkah ke-24, ketika bidak b6-nya menghantam struktur pertahanan Zhi di sayap menteri. Dari situ, catur bukan lagi soal bidak, tapi tentang koordinasi, waktu, dan naluri.
Yang terjadi kemudian adalah tarian strategi. Menteri putih menari dari d1 ke b3, lalu ke b6, e6, hingga f7. Kuda dari d2 ke e4, lalu ke g5, dan f7. Serangan itu tak hanya presisi, tapi nyaris puitis, memaksa lawan kehilangan kualitas Benteng. Chen menyerah pada langkah ke-36.

Dengan kemenangan ini, Aditya meraih 6 poin dari 9 babak. Posisi klasemen sementaranya naik ke peringkat ke-13 dari 112 peserta, dan tabungan ratingnya pun membaik: +7,5 poin. Di papan atas, empat pecatur memimpin dengan 7 angka: GM Karthikeyan Murali (2650), GM Karthik Venkataraman (2540), GM M Pranesh (2592) dari India, serta GM Benjamin Bok (2593) dari Belanda, pria yang dua hari lalu membuat Aditya tunduk hanya dalam 22 langkah.
Kristianus Liem, sang manajer tim sekaligus Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Percasi, melihat ini semua dari kejauhan. Ia tak berkata banyak, hanya menepuk bahu Adit sebelum Adit masuk ruang pertandingan. “Catur bukan cuma soal langkah. Tapi soal daya tahan,” katanya. “Dan daya tahan itu tidak selalu ditentukan di papan, tapi di hati. Kalau kamu kalah, tapi bisa bangkit, itu yang akan dikenang orang.”

Kristianus Liem, Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Percasi menikmati kota usai kemenangan IM Aditya Bagus Arfan. Foto/Aditya Bagus Arfan
Tapi hari ini, di papan yang sama, Aditya mengubah gelombang. Setelah dua hari gundah, Aditya menulis ulang narasi dalam kepalanya. Ia tahu, yang kuat bukan hanya mereka yang terus menang. Tapi mereka yang tetap kembali ke papan meski sempat terjatuh. Bukan hanya karena ia menang, tapi karena ia bertahan. Karena, seperti kata Kristianus, “Pecatur besar itu bukan yang tak pernah kalah. Tapi yang tetap percaya diri meski sempat tersungkur.”
Besok, Aditya akan kembali bertarung di babak ke-10 melawan FM Soo Kai Jie dari Australia. Tapi malam ini, di kota kecil di jantung Swiss, ia telah menaklukkan lawan yang paling sulit: dirinya sendiri.
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!