Bukti Diplomasi Olahraga Indonesia Berbuah Manis: Pencak Silat Naik Podium di Asian Youth Games 2025, Sejarah Tercipta di Bahrain

Ludus01

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As

LUDUS - Di sebuah hall megah bernama Exhibition World Bahrain, berjalan pesilat-pesilat muda menuju gelanggang, seolah memanggil ingatan jauh dari tanah asalnya. Di tengah sorak sorai penonton Asia yang beraneka bahasa, para pesilat muda dari empat belas negara berdiri tegap di atas matras. Hari itu, sejarah sedang ditulis, untuk kali pertama, pencak silat resmi dipertandingkan sebagai cabang olahraga medali di ajang Asian Youth Games (AYG) Bahrain 2025.

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As

Perjalanan menuju hari bersejarah itu bukanlah jalan lurus. Ia lahir dari diplomasi yang sabar dan kerja keras yang panjang. Bertahun-tahun, Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa (PERSILAT) mengetuk pintu-pintu federasi olahraga Asia, membawa misi agar pencak silat, warisan budaya dari Nusantara, tidak hanya dikenal sebagai atraksi eksotik, melainkan diakui sebagai cabang olahraga sejati.

“Ini adalah buah dari kerja keras dan diplomasi yang panjang,” ujar Benny Sumarsono, Ketua Harian Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI). “Dari awal, PERSILAT bersama NOC Indonesia meyakinkan panitia AYG dan tuan rumah bahwa pencak silat layak menjadi bagian dari pesta olahraga remaja Asia. Kini, pencak silat bukan lagi eksibisi, tapi cabang olahraga resmi yang memperebutkan medali.”
Foto/LUDUS.id

Foto/LUDUS.id

Bahrain akhirnya membuka pintu. Dari status eksibisi, silat naik kelas menjadi cabang resmi. Hall 1 Exhibition World Bahrain menjadi saksi ketika pukulan, tendangan, dan sapuan kaki para pesilat remaja mengudara. Mereka bertarung bukan hanya untuk medali, tapi untuk martabat seni bela diri yang telah berumur ratusan tahun.

BACA JUGA: Emas Pertama Indonesia: Kisah Furgon Habbil Winata Menorehkan Sejarah Pencak Silat di Asian Youth Games 2025

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As

Sebanyak 14 negara mengirimkan delegasinya. Ada Indonesia, Uzbekistan, Filipina, Bahrain, Kirgiztan, Kamboja, Iran, Kazakhstan, hingga Malaysia. Dari sana lahir para juara muda, dengan distribusi medali yang adil dan membanggakan: Indonesia meraih emas dan perak, Uzbekistan satu emas dan satu perunggu, Filipina satu emas, Bahrain dan Kirgiztan satu perak, serta Kamboja, Iran, Kazakhstan, dan Malaysia masing-masing satu perunggu. Tak ada dominasi tunggal; yang ada adalah semangat Asia yang berbaur di atas matras.

Foto/Istimewa

Foto/Istimewa

Momentum itu disaksikan langsung oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Bahrain, Ardi Hermawan, yang hadir bersama Sekretaris Jenderal PERSILAT, Teddy Suratmadji. Dalam upacara pembukaan, keduanya menyerahkan Kujang, senjata tradisional asal Indonesia, sebagai simbol dimulainya pertandingan. Sebilah kujang di tangan dua tokoh itu menjadi metafora: budaya yang dulu hanya dilihat di panggung kesenian, kini menjelma menjadi kekuatan diplomasi olahraga.

“Hall 1 Exhibition World Bahrain menjadi saksi lahirnya medali emas pertama pencak silat di Asian Youth Games,” kata Benny. “Ini bukan hanya sejarah bagi Indonesia, tapi juga bukti bahwa pencak silat kini benar-benar diterima di Asia.” Indonesia meraih medali emas lewat  Furgon Habbil Winata yang turun di kelas 51–55 kilogram putra.

Di balik keberhasilan itu, ada peran besar diplomasi olahraga Indonesia. Raja Sapta Oktohari, Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia), menyebut pencapaian ini sebagai buah dari kolaborasi panjang antara federasi, atlet, dan negara. “Medali emas ini bukan hanya kemenangan atlet, tapi juga kemenangan diplomasi olahraga Indonesia,” ujarnya. “Pencak silat adalah identitas bangsa, dan hari ini dunia menyaksikan bagaimana warisan budaya kita berdiri sejajar di pentas Asia.”

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As

Sebagai bentuk penghargaan, Raja Sapta Oktohari mendapat kehormatan mengalungkan medali kepada para pemenang cabang pencak silat di AYG Bahrain 2025. Di panggung itu, di bawah cahaya lampu yang memantul pada bilah medali emas, wajah-wajah muda bersinar penuh harap.

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As

Okto menutup pernyataannya dengan nada optimis: “Ke depan, kita akan terus melihat pencak silat bisa kembali tampil di panggung-panggung dunia. Karena tujuan utamanya adalah membuat pencak silat mendunia.”
Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As

Di luar arena, mungkin tak banyak yang sadar bahwa momen itu lebih dari sekadar pertandingan remaja Asia. Ia adalah peristiwa budaya — ketika warisan leluhur melangkah dari padepokan ke panggung global, membawa pesan dari tanah air: bahwa silat bukan hanya gerak tubuh, tapi juga gerak diplomasi, yang hari ini telah menjejak di Bahrain.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.

Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!