Drama Babak Ketujuh 1st Fujairah Global Chess Championship: Aditya Bagus dan Nayaka Tampil Perkasa

Ludus01

LUDUS - Di Fujairah Chess & Culture Club, Uni Emirat Arab, Sabtu (30/8), dua pecatur muda Indonesia duduk tenang di hadapan papan kayu. Ujung jarinya bergerak lincah, wajahnya nyaris tanpa ekspresi. Tetapi siapa yang menyangka, di balik ketenangan itu, sesungguhnya mereka sedang menenun kemenangan. Bukan sekadar menang, melainkan menang tanpa sekalipun membiarkan posisi kalah.

IM Aditya Bagus Arfan (2399), yang akrab dipanggil Adit, harus melewati 52 langkah dalam pembukaan Bidak Menteri melawan pecatur putri Iran, WFM Sara Davari (2204). Laga yang berlangsung 3,5 jam itu seperti simfoni perlahan: di awal, Adit unggul tipis, namun sejak langkah ke-18, gajahnya bergerak seperti seniman yang tahu persis panggungnya. Dalam posisi terbuka, daya jelajah gajah putih miliknya menjadi jauh lebih mengancam ketimbang gajah dan kuda milik Sara.

Sara, gadis Iran berusia 16 tahun, bukan lawan yang mudah diabaikan. Ia bertahan gigih, langkah-langkahnya cerdas, hampir tanpa cela. Tetapi dalam catur, satu kesalahan bisa jadi badai. Itu terjadi di langkah ke-47. Niat Sara menukar kudanya dengan gajah Adit berbalik menjadi bumerang. Sebuah tusukan bidak 47…g4, disusul skak 49…Bxb2+, memberi Adit tempo untuk mendorong bidak bebasnya di lajur a menuju a3. Dari situ, Sara paham, promosi sang bidak menjadi menteri tak mungkin lagi dihindari. Ia menyerah.

Foto/Kristianus Liem

Foto/Kristianus Liem

Tak jauh dari meja itu, sesama putra Indonesia, IM Nayaka Budhidharma (2389), tampil dengan cara yang berbeda tapi sama meyakinkan. Lawannya, FM V Samandar Shermuhammado dari Uzbekistan, datang dengan rating lebih rendah 279 poin. Namun perbedaan angka bukan sekadar statistik, ia mencerminkan jurang kelas yang terbukti di papan. Nayaka, dengan pengorbanan sementara 20.f5, menghancurkan sayap raja Hitam. Sebuah tusukan taktis 29.Gxe5+ memastikan Nayaka unggul satu gajah. Setelah itu, pertandingan hanya soal eksekusi teknis. Kemenangan memang tertunda sebelas langkah, tetapi tidak terbantahkan.

Dua kemenangan ini menambah perbendaharaan poin mereka. Kini Adit dan Nayaka sama-sama mengantongi 4,5 poin dari tujuh babak (+4 =1 -2). Seakan berjodoh, keduanya kembali dijadwalkan bertanding bersebelahan di babak delapan: Adit menghadapi pecatur India CM Arush Chitre (2228) di meja 28, sementara Nayaka berjumpa CM Hemant Agarwal Mukund (2208), juga dari India, di meja 29.

Foto/Kristianus Liem

Foto/Kristianus Liem

Lalu, mungkin ada yang bertanya: mengapa lawan mereka berkisar pada India dan Iran? Jawabannya sederhana: karena India datang dengan pasukan terbesar, mengirim 70 pecatur sekaligus, rekor terbanyak di kejuaraan ini. Iran menempati urutan kedua dengan 20 pecatur. Setelah itu, hanya empat negara lain yang mampu menembus dua digit: Kazakhstan dengan 14 orang, Rusia dan Armenia masing-masing 11, serta Azerbaijan 10.

Kristianus Liem, Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Percasi, menyimak perjalanan dua anak muda ini dengan mata yang penuh keyakinan.

Foto/Dok.LUDUS.id

Foto/Dok.LUDUS.id

“Kemenangan Adit dan Nayaka di babak ketujuh ini bukan sekadar angka 4,5 poin,” ujarnya pelan, seolah menimbang setiap kata. “Dalam catur, kemenangan yang diraih tanpa pernah berada di posisi kalah menandakan kedewasaan berpikir. Mereka belajar bahwa dalam hidup, seperti dalam catur, tak semua hal harus dimenangkan dengan cara heroik. Kadang kemenangan itu lahir dari kesabaran, dari menunggu lawan berbuat salah, lalu mengambil kesempatan dengan tenang.”

Akhirnya, membuat kita mengerti: papan catur di Fujairah bukan hanya arena pertarungan. Ia juga cermin tentang bagaimana generasi baru Indonesia sedang ditempa. Di tengah arus besar itu, Adit dan Nayaka bertahan, bahkan melangkah dengan kepala tegak. Mereka bukan hanya bagian dari turnamen ini, melainkan juga bagian dari kisah panjang catur Indonesia yang sedang ditulis di panggung dunia.

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!