Drama Sepak Takraw Menuju SEA Games Thailand 2025: Asnawi Abdul Rahman, Cinta di Tengah Sengketa Kursi
Ludus01


LUDUS - Di sebuah sore Jakarta yang lengang, Minggu 21 September 2025, Asnawi Abdul Rahman memilih menahan kata-katanya. Ia duduk tenang, sesekali menatap jauh ke depan, enggan terbawa emosi. Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Sepak Takraw Indonesia (PB PSTI) itu tahu benar bahwa apa pun ucapannya bisa memercik api baru dalam sengketa panjang antara dirinya dan para pihak yang ingin menyingkirkannya.

Foto/Instagram/Sepak Takraw Indonesia
Persoalannya sederhana, namun juga pelik: timnas sepak takraw Indonesia tengah dipersiapkan menuju SEA Games Thailand 2025, tetapi organisasinya justru tidak dilibatkan. Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) memilih menggelar Seleksi Nasional (Seleknas) Sepak Takraw Piala Menpora 2025 untuk membentuk pelatnas. Nama PSTI seolah tak penting lagi dalam peta jalan persiapan itu.
Asnawi tak marah. Ia hanya berkata pelan, “Saya tidak akan mempermasalahkan Kemenpora menggelar Seleknas dan Pelatnas karena adanya gugatan terkait jabatan tiga periode. Biarkanlah semua berjalan karena Timnas Sepak Takraw Indonesia memang harus tampil di SEA Games Thailand 2025. Dan, saya juga tidak mau dituduh menghalangi hak atlet untuk membela Merah Putih.”

Ia bisa saja, jika mau, menghalangi langkah itu. Federasi Sepak Takraw Internasional (ISTAF) dan Federasi Sepak Takraw Asia (ASTAF) telah mengakui kepemimpinannya. Secara hukum internasional, pintu bisa ia tutup rapat-rapat. Tetapi, ia memilih jalan berbeda. “Saya bisa saja melakukannya tetapi itu tidak akan saya lakukan karena saya memang mencintai sepaktakraw,” tegasnya.
Nada kecewa tetap terdengar. Ia menyebut Seleknas itu lahir dari “bisikan pihak-pihak yang ingin menjatuhkannya”. Namun di balik nada getir itu, Asnawi masih berharap. “Semoga saja Timnas Sepak Takraw Indonesia sukses mengulang prestasi yang pernah dicapai di SEA Games sebelumnya,” ujarnya.

Foto/Instagram/Sepak Takraw Indonesia
Prestasi itu memang bukan catatan kosong. Asnawi masih ingat betul bagaimana sepak takraw Indonesia melesat di bawah kepemimpinannya. Asian Games Palembang-Jakarta 2018 menyumbangkan 1 emas, 1 perak, dan 2 perunggu. Di Hangzhou 2023, kembali 2 perak dan 1 perunggu. SEA Games Manila 2019 melahirkan 1 emas, 1 perak, 1 perunggu. Dua tahun kemudian di Vietnam 2021, meski tanpa bantuan pemerintah, tim tetap mampu membawa pulang 1 emas dan 1 perak. Puncaknya, di Kamboja 2023, torehan meningkat menjadi 2 emas, 1 perak, dan 1 perunggu.
Semua itu menjadi alasan mengapa ia tak ingin olahraga yang dicintainya terseret lebih dalam dalam pusaran konflik. Tapi ia tahu juga, kursi yang ia duduki sedang digoyang. Pada Desember 2024, Asnawi terpilih aklamasi sebagai Ketua Umum PSTI periode 2024–2029 dalam Munas di Sukabumi, Jawa Barat. Ia mengantongi dukungan 26 Pengprov PSTI, dengan 24 hadir dan memilihnya bulat. Bagi Asnawi, itu sah. Bagi sebagian pihak, itu masalah.

Foto/Istimewa
“Saya itu maju karena memang dalam AD/ART PSTI tidak ada pembatasan periode jabatan ketua umum. Saya juga mengantongi surat dukungan 26 Pengprov PSTI. Dan, saya dipilih secara aklamasi oleh 24 Pengprov PSTI yang hadir dalam Munas tersebut. Kenapa harus saya dipermasalahkan sementara di cabang olahraga lain juga ada ketua umum yang menjabat tiga periode atau lebih? Dan, kenapa BAKI tidak menolak hasil Munas cabor itu?” tanyanya, menyimpan getir.
Di meja Badan Arbitrase Keolahragaan Indonesia (BAKI), kini tercatat sembilan Pengprov PSTI yang melayangkan surat gugatan. Namun hanya tiga ketua yang benar-benar menandatangani: Sulawesi Utara, Lampung, dan Sumatera Selatan. Sisanya masih menyisakan kabut keraguan.

Foto/Instagram/Sepak Takraw Indonesia
Asnawi hanya berharap pihak-pihak yang lebih tinggi, KONI Pusat, KOI, hingga Kemenpora, mau melihat perkara ini dengan jernih. Karena pada akhirnya, yang dipertaruhkan bukan hanya kursi ketua umum, tetapi masa depan sepak takraw Indonesia. “Saya hanya berharap semua pihak baik KONI Pusat, KOI, dan Kemenpora melihat persoalan PSTI secara jernih sehingga sepaktakraw bisa berprestasi lebih baik lagi,” ucapnya.

Foto/Instagram/Sepak Takraw Indonesia
Di balik segala polemik, ada satu hal yang tak bisa dibantah: cinta Asnawi pada olahraga itu. Cinta yang membuatnya memilih diam, memilih menahan diri, meski ia tahu benar betapa mudahnya ia bisa mengunci pintu SEA Games Thailand 2025. Namun ia tak melakukannya. Karena bagi Asnawi, sepak takraw bukan sekadar soal kursi, melainkan soal bendera yang tetap harus berkibar.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.
Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!