Dua Emas dari Kejuaraan Kickboxing Dunia Tashkent 2025: Tekad Aprilia dan Enggar Menyala Menuju SEA Games 2025

Ludus01

Foto/PP KBI

LUDUS - Langit Uzbekistan mungkin jauh, tapi getar kemenangan itu terasa hingga tanah air. Di balik senyum lelah yang menyambut di terminal kedatangan Soekarno-Hatta, dua nama menggemakan kebanggaan: Aprilia Eka Putri Nainggolan Lumbantungkup dan Enggar Bayu. Mereka baru saja kembali dari Kejuaraan Dunia Kickboxing 2025 di Tashkent, membawa pulang dua medali emas pertama dalam sejarah Indonesia di ajang sebesar itu.

Foto/PP KBI

Foto/PP KBI

Aprilia, seorang Polwan dari Polda Sumatera Utara, memeluk piala yang berkilau di tangannya seolah menyimpan seluruh perjalanan keras di baliknya. Di kelas K1 52kg putri, ia menumbangkan lawan-lawan tangguh dengan ketenangan seorang prajurit yang tahu arah langkahnya.

“Ini pertama kali saya tampil di Kejuaraan Dunia Kickboxing dan langsung dapat emas. Saya persembahkan untuk keluarga, untuk pengurus PP KBI, dan untuk masyarakat Indonesia,” kata Aprilia lirih, namun tegas.
Foto/PP KBI

Foto/PP KBI

Di sisi lain, Enggar Bayu, petarung di kelas Full Contact 57kg putra, masih tampak gugup ketika wartawan menyerbu, tetapi matanya menyala dengan kebanggaan yang sulit disembunyikan. Enggar, anak petani yang kini membawa nama bangsa di gelanggang dunia, hanya menimpali dengan senyum kaku, “Saya juga senang bisa membawa pulang medali emas dan piala ini.”

Foto/PP KBI

Foto/PP KBI

Di belakang mereka, empat rekan lain menyusul dengan wajah letih tapi tak kalah bangga. Aziz Chalim dari kelas Kick Light 57kg putra dan Sevi Nurul dari kelas Low Kick 48kg putri turut mempersembahkan medali perunggu. Total dua emas dan dua perunggu. Bagi Ketua Umum PP KBI Ngatino, itu adalah sejarah. “Ini prestasi luar biasa,” ujarnya sambil menyalami para atlet. “Untuk pertama kalinya Indonesia membawa pulang dua emas dan dua perunggu dari Kejuaraan Dunia Kickboxing.”

Foto/PP KBI

Foto/PP KBI

Namun euforia itu tidak dibiarkan berlama-lama. Ngatino menatap para atletnya dengan nada tegas. Ia tahu perjalanan belum selesai. Piala Dunia Kickboxing hanyalah bagian dari uji coba menuju medan yang lebih besar: SEA Games ke-33 di Thailand. “Jangan terlena,” katanya mengingatkan. “Tantangan di Thailand nanti jauh lebih berat. Gunakan waktu yang ada untuk menyiapkan diri sebaik-baiknya.”

Ngatino berbicara bukan tanpa dasar. Ia tahu, di SEA Games sebelumnya di Kamboja, tim kickboxing Indonesia memang membawa pulang 3 emas, 4 perak, dan 5 perunggu, hasil yang membanggakan, tapi kali ini keadaan berbeda. Di Thailand, beberapa kelas unggulan yang selama ini jadi andalan Indonesia bahkan tidak lagi dipertandingkan. “Makanya kami realistis,” ujarnya. “Target hanya satu emas. Tapi tentu kami ingin lebih.”

Ia masih ingat betul siapa saja yang berjasa di Kamboja: Abdul Aziz (Kick Light 63kg putra), Diandra Ariesta Pieter (Kick Light 55kg putri), dan Toni Kristian Hutapea (Full Contact 54kg putra) yang masing-masing mempersembahkan emas. Sementara perak datang dari Susanti Ndpataka, Firman Muharram Syach, Abdul Haris Sofyan, dan Salmri Stendra Patisalamo. Sedangkan lima perunggu disumbangkan David Leonardo, Claudius Reco, Fani Febriyanti, Paula Rewade Saruke, dan Aprilia Eka Putri sendiri, yang waktu itu masih menunduk kecewa di podium ketiga kelas K-1 52kg putri.

Foto/Istimewa

Foto/Istimewa

Kini, dua tahun kemudian, ia berdiri di podium tertinggi dunia. Ada sesuatu yang berubah dalam tatapan matanya, bukan sekadar kemenangan, tapi rasa utuh seorang petarung yang menemukan dirinya sendiri. “Saya ingin ganti perunggu itu dengan emas di SEA Games nanti,” katanya, suaranya nyaris tenggelam di tengah kerumunan penjemput.

Foto/PP KBI

Foto/PP KBI

Enggar menatap ke depan dengan tekad yang sama. “Saya juga ingin emas,” ujarnya singkat, tapi mantap. Ia sadar, langkah menuju Thailand bukan sekadar latihan fisik, melainkan juga ujian mental. Karena di balik sabuk hitam dan sarung tangan yang menempel di tangan, ada keyakinan yang tak terlihat: bahwa setiap pukulan di ring adalah cara kecil untuk menegakkan nama negeri.

Keberhasilan Aprilia di Tashkent menambah panjang daftar prestasinya di dunia bela diri. Tak hanya kickboxing, ia juga dikenal di gelanggang MMA, arena yang menuntut keberanian tanpa batas. Tapi sore itu di bandara, ia hanya ingin memeluk pialanya dan pulang ke rumah.

Foto/PP KBI

Foto/PP KBI

Bagi Ngatino dan jajaran PP KBI, dua emas di Tashkent menjadi bahan bakar semangat menjelang SEA Games. Program latihan nasional segera digulirkan kembali, seleksi diperketat, dan analisis teknik lawan-lawan Asia Tenggara mulai dipelajari satu per satu. “Kemenangan ini bukan akhir,” ujar Ngatino pelan. “Ini awal dari pembuktian yang lebih besar.”

Foto/PP KBI

Foto/PP KBI

Dan di tengah hiruk-pikuk bandara, Aprilia dan Enggar berjalan berdampingan melewati pintu keluar. Di tangan mereka, piala dunia itu berkilau di bawah cahaya sore Jakarta, bukan sekadar lambang kemenangan, tapi janji diam-diam: bahwa di Thailand nanti, mereka akan bertarung lagi, dengan nama Indonesia di dada, dan tekad yang menyala di hati.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.

Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!