Erick Thohir dan Raja Sapta Oktohari Lepas Garuda Muda ke Bahrain dan Riyadh: Semangat, Diplomasi, dan Doa di Asian Youth Games dan Islamic Solidarity Games 2025
Ludus01


LUDUS - Senayan sore kemarin (17/10/25) seperti menyimpan getar yang tak biasa. Di dalam auditorium Kemenpora, cahaya lampu menyorot deretan wajah muda yang bersinar. Di barisan depan, dua sosok berdiri: Menteri Pemuda dan Olahraga Erick Thohir dan Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia, Raja Sapta Oktohari. Keduanya tak sekadar melepas rombongan atlet, tapi seolah sedang menyerahkan sepotong masa depan bangsa kepada mereka yang akan berangkat ke dua panggung penting dunia: Asian Youth Games (AYG) Bahrain 2025 dan Islamic Solidarity Games (ISG) Riyadh 2025.

“Kalian adalah yang terbaik untuk bangsa ini, kalian adalah pahlawan untuk kita kirim perang. Kalah menang biasa, tapi kalah sebelum bertanding tidak boleh jadi kebiasaan bangsa ini,” kata Erick Thohir dengan nada yang bergetar tapi tegas. Kalimat itu seperti menancap dalam dada setiap atlet muda yang mendengarnya. Ia bukan sekadar pesan, tapi semacam doa agar mereka berangkat bukan hanya membawa nama, tapi juga makna.
Tim Indonesia untuk Asian Youth Games Bahrain akan berangkat dengan kekuatan penuh: 122 atlet, 51 pelatih dan ofisial, serta 20 personel Headquarters (HQ) dan tim pendukung. Mereka dipimpin oleh Chef de Mission Akbar Nasution, dengan misi yang lebih besar dari sekadar medali. Dari 21 cabang olahraga yang diikuti, mulai dari akuatik, atletik, badminton, basketball 3x3, camel racing, cycling, esports, equestrian, golf, jiu-jitsu, judo, mixed martial arts (MMA), muaythai, tenis meja, taekwondo, triathlon, weightlifting, teqball, voli pantai, voli indoor, hingga pencak silat dan kurash, semuanya mengusung harapan yang sama: agar Indonesia terdengar, terlihat, dan diingat.

Foto/NOC Indonesia/Tetuko Mediantoro
Sementara itu, untuk ISG Riyadh, 38 atlet dari enam cabang olahraga: renang, anggar, muaythai, angkat besi, gulat, dan pencak silat, akan turun gelanggang di bawah komando CdM Endri Erawan, salah satu anggota Komite Eksekutif NOC Indonesia. Mereka membawa semangat yang tak kalah besar, semangat ukhuwah dan solidaritas antarnegara muslim yang menjadi inti ajang itu.
Namun, di antara deretan angka dan daftar cabang olahraga, ada satu kisah yang menjadi simbol diplomasi olahraga Indonesia: pencak silat. Cabang yang awalnya hanya berstatus demonstrasi di AYG, kini resmi menjadi cabang perolehan medali berkat diplomasi panjang dan gigih NOC Indonesia.
“Perintah langsung dari Presiden Persilat, akhirnya kedua negara penyelenggara bersedia menyelenggarakan pencak silat sebelum kegiatan dimulai dan masuk dalam perolehan medali,” ujar Oktohari, suaranya membawa kebanggaan yang sulit disembunyikan. Dalam empat nomor: dua kelas putra dan dua putri di kategori 51–55 kg dan 59–64 kg, Indonesia menurunkan dua pendekar muda di kelas 51–55 kg.

Foto/NOC Indonesia/Tetuko Mediantoro
Okto menatap jauh ke depan ketika berbicara tentang makna dari dua ajang ini. Baginya, AYG dan ISG bukan sekadar kompetisi, tapi juga diplomasi. “Kita mau menang di banyak tempat, mau mengumandangkan Indonesia Raya sesering mungkin dan mengibarkan bendera Merah Putih di panggung dunia,” ujarnya. Tapi ia juga tahu bahwa kemenangan besar sering kali berawal dari ruang-ruang kecil yang diisi oleh disiplin, keuletan, dan keyakinan.
Di tengah upacara pelepasan itu, Akbar Nasution berbicara dengan nada yang lebih reflektif. Ia tahu betapa beratnya perjalanan yang menanti para atlet muda itu. “Fokus kami adalah proses dalam upaya pencapaian target. Keberhasilan atau kemenangan itu dapat terjadi saat proses latihan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, yang tentunya akan membuahkan hasil yang maksimal,” katanya. Kalimat itu terdengar sederhana, tapi di baliknya ada kesadaran bahwa kemenangan sejati bukan hanya podium, melainkan perjalanan panjang menuju ke sana.
Sementara Endri Erawan, yang akan memimpin kontingen ISG, menutup acara dengan kalimat yang tenang tapi dalam maknanya. “Kita ingin menunjukkan bahwa Indonesia bukan hanya kuat secara prestasi, tapi juga menjadi contoh fair play, persaudaraan, dan nilai-nilai sportivitas.”

Saat satu per satu atlet menunduk menerima bendera Merah Putih, dan menciumnya, suasana auditorium berubah hening. Di wajah mereka, ada campuran antara gugup dan tekad. Di dada mereka, Garuda seolah mengepak lebih cepat. Dua ajang ini: AYG dan ISG, akan menjadi panggung bagi generasi muda Indonesia bukan hanya untuk berkompetisi, tapi juga untuk memperkenalkan jiwa bangsa: semangat pantang menyerah, kehormatan, dan diplomasi yang santun.
Dan ketika nanti mereka berangkat ke Bahrain dan Riyadh, mereka tak hanya membawa paspor dan perlengkapan tanding. Mereka membawa sesuatu yang lebih berat dan lebih suci: harapan seluruh negeri agar Merah Putih kembali berkibar, dan lagu “Indonesia Raya” kembali terdengar di langit yang jauh dari rumah.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.
Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!