Evaluasi Aset Kemenpora, Hambalang Kembali Dihidupkan: Langkah Menpora Erick Thohir Menghidupkan Mimpi yang Pernah Tertunda

Ludus01

Foto/Humas Kemenpora

LUDUS - Tanah Hambalang itu masih diam. Angin membawa bau rumput liar yang tumbuh di antara beton-beton yang separuh hidup, separuh mati. Di tengah hamparan 32 hektar yang dulu digadang jadi pusat kejayaan olahraga Indonesia, kini hanya ada bangunan separuh berdiri dan pagar yang seolah menahan waktu agar tak sepenuhnya melupakan. Di sinilah Menteri Pemuda dan Olahraga, Erick Thohir, datang, bukan sekadar meninjau, tapi seakan menatap wajah lama bangsa yang menaruh mimpi besar dan meninggalkannya di tengah jalan. Erick meninjau P3SON (Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional) Hambalang, di Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (15/10) pagi.

Foto/Humas Kemenpora

Foto/Humas Kemenpora

Ia berjalan menyusuri jalanan retak yang dipeluk semak setinggi dada, atau sekitar 1-2 meter. Saat ingin melihat lapangan sepak bola, langkahnya tertahan semak belukar yang menutup pandangan, seperti simbol dari mimpi yang dulu terkubur. Tak ada sorak atlet, tak ada riuh peluit, hanya bunyi dedaunan kering yang melambai.

Erick datang untuk menilai kembali apa yang pernah dijanjikan tempat ini. Setelah Cibubur, kini Hambalang jadi bagian dari rangkaian evaluasi besar terhadap aset-aset Kemenpora. Ia ingin memastikan, semua aset negara tak lagi sekadar menjadi catatan inventaris yang berdebu, tapi kembali punya napas dan fungsi. “Kami mengevaluasi aset-aset Kemenpora agar bisa digunakan secara efektif ke depannya,” ujarnya, sederhana, tapi mengandung nada tekad yang menolak menyerah pada sejarah kelam.

Usai berkeliling, ia duduk bersama beberapa pejabat: Sesmenpora Gunawan Suswantoro, Staf Ahli Kemenko Infrastruktur Arif Rahman, Asdep Infrastruktur Umum dan Sosial Lukijanto, Direktur Utama Adhi Karya Entus Asnawi, serta Dirjen Strategis KemenPU Bisma Staniarto. Rapat kecil itu berlangsung di tengah bayangan beton Hambalang, membahas sesuatu yang jauh lebih besar dari angka dan rencana, yakni bagaimana menghidupkan kembali sebuah mimpi yang sempat mati.

Foto/Humas Kemenpora

Foto/Humas Kemenpora

Hambalang bukan sekadar proyek. Ia lahir dari niat yang tulus sejak 2003, ketika Kemenpora masih berbentuk Direktorat Jenderal (Ditjen) Olahraga di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Proyek Hambalang, atau P3SON, dibangun di Bogor sejak 2010 dengan anggaran sekitar Rp2,5 triliun. Dirancang sebagai kompleks olahraga modern lengkap dengan gedung latihan, asrama, dan fasilitas sains olahraga, proyek ini kini mangkrak: bangunan rusak, lahan terbengkalai, dan sebagian besar fasilitas tak pernah digunakan.

Penyebabnya berlapis. Korupsi dan penyimpangan pengadaan menimbulkan kerugian negara hingga Rp706 miliar, menurut BPK. Selain itu, lokasi proyek di tanah labil dan rawan longsor membuat struktur bangunan sulit dipertahankan. Spesifikasi konstruksi yang di bawah standar dan praktik subkontrak berjenjang memperparah kegagalan teknis yang akhirnya membuat proyek berhenti di tengah jalan.

Foto/Istimewa

Foto/Istimewa

Gagasannya sederhana: Indonesia membutuhkan rumah bagi atlet-atlet muda, tempat mereka ditempa sebelum dunia mengenal nama mereka. Pada 2004, masjid, asrama, pagar, dan lapangan sepak bola mulai berdiri. Harapannya: dari sinilah bibit unggul lahir, dari pelajar yang berlari mengejar mimpi di bawah langit Hambalang.

Awalnya, tempat ini bukan P3SON. Namanya Pusat Pelatihan Olahraga Pelajar Tingkat Nasional, sebuah laboratorium masa depan atlet usia dini. Namun sejarah berkata lain. Pembangunan tersendat, masalah datang bertubi, dan yang tersisa kini adalah kompleks yang baru 75 persen berdiri dari 25 bangunan yang direncanakan. Di tengahnya berdiri sebuah gedung olahraga serbaguna, berhenti di angka 50 persen, seperti kalimat yang tak selesai ditulis.

Foto/Humas Kemenpora

Foto/Humas Kemenpora

Kini, ketika Erick Thohir menapaki kembali tanah yang penuh semak belukar ini, ada semacam upaya melanjutkan kalimat itu. Ia tak membawa janji baru, hanya niat untuk menutup luka lama dengan kerja nyata. Hambalang masih punya bentuk, masih punya harapan, dan mungkin, di tangan yang tak ingin menyerah pada masa lalu, ia bisa kembali menjadi tempat lahirnya masa depan olahraga Indonesia.

Foto/Humas Kemenpora

Foto/Humas Kemenpora

Barangkali, perjalanan Erick di Hambalang bukan hanya evaluasi aset. Ia seperti ziarah ke tempat mimpi yang tertunda, tempat bangsa ini pernah terlalu cepat percaya bahwa kemajuan bisa dibangun hanya dengan beton. Kini, yang ia bawa bukan rancangan megah, melainkan kesadaran: mimpi yang tertinggal masih bisa dihidupkan kembali, asal ada yang berani datang dan menatapnya tanpa takut pada luka lama.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.

Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!