Fajar/Fikri Juara China Open 2025: Pecah Telur, Persembahan untuk Kang Iie, dan Tarian Viral di Final
Ludus01

Satu-satunya gelar Indonesia di China Open 2025 lahir dari tangan dua anak Bandung, dengan kemenangan yang mereka rayakan lewat gerakan spontan

LUDUS - Indonesia akhirnya pecah telur di China Open 2025. Di tengah dominasi tuan rumah yang menggulung empat dari lima sektor, hanya Fajar Alfian dan Muhammad Shohibul Fikri yang mampu menyelamatkan muka Merah Putih. Kemenangan dua gim langsung atas pasangan Malaysia, Aaron Chia dan Soh Wooi Yik, menjadi satu-satunya gelar untuk Indonesia, dan gelar Super 1000 pertama mereka tahun ini.
"Alhamdulillah, sangat bersyukur bisa menyelesaikan dua turnamen ini dengan hasil yang lumayan baik," ujar Fajar usai pertandingan. Kalimat yang terdengar sederhana, tapi seperti mencairkan beban seluruh skuad PBSI.

Foto/PBSI
Final berlangsung cepat, hanya 34 menit. Tapi dari menit pertama, ritmenya sudah jelas. Pasangan Indonesia langsung tancap gas, unggul 9-1, dan menutup interval gim pertama 11-2. Lawan sempat memperkecil ketertinggalan menjadi 13-16, tetapi kendali tetap di tangan Fajar/Fikri. Gim pertama berakhir 21-15.
Di gim kedua, pola tetap. Dominasi sejak awal: 4-1, lalu 11-6 saat interval. Tak ada reli panjang. Tak ada ketegangan berlebihan. Fajar/Fikri seperti tahu betul medan perangnya. Mereka menyudahi laga dengan skor 21-14.

Foto/PBSI
"Tidak banyak berbeda pola permainan kami dari babak pertama sampai final, bermain taktis dan memegang permainan depan. Dengan kondisi lapangan yang berangin dan shuttlecock kencang, memegang bola depan adalah kunci, dan kami berdua yang bertipe playmaker bisa mengatasinya dengan baik," ujar Fajar.
Dan ketika semua selesai, satu kalimat Fajar menyeberang dari urusan teknis ke ruang batin: "Gelar ini juga secara khusus kami persembahkan untuk legenda bulutangkis Indonesia asal Bandung, kota kami berdua, yang baru saja berpulang minggu ini, Kang Iie Sumirat."
Nada itu menutup final bukan sebagai kemenangan biasa, melainkan penghormatan. Di saat sektor-sektor Indonesia lainnya rontok sebelum final, Fajar dan Fikri justru muncul sebagai penjaga terakhir, menyematkan hormat untuk guru yang telah tiada.
China Open 2025, turnamen level Super 1000 dengan hadiah total US$2 juta, sebagian besar dikuasai tuan rumah. China merebut empat dari lima gelar. Ganda campuran diraih Feng Yan Zhe/Huang Dong Ping. Ganda putri disabet Liu Sheng Shu/Tan Ning. Tunggal putra dan putri dikuasai Shi Yu Qi dan Wang Zhi Yi.

Foto/PBSI
Hanya di ganda putra, Indonesia berbicara. Fajar/Fikri memberi satu-satunya podium tertinggi untuk Indonesia. Sebuah kemenangan yang sekaligus menjadi gelar Super 1000 perdana mereka sepanjang tahun 2025.
"Semoga dengan kemenangan ini bisa menambah kepercayaan diri kami ke depannya," ujar Fajar.
Fikri bahkan tak menyangka. "Saya tidak menyangka bisa juara, tidak tahu mau bicara apa. Kunci kemenangan kami pastinya keyakinan atas kemampuan diri sendiri, komunikasi dengan a Fajar dan pelatih yang baik."
Fajar dan Fikri bukan pasangan yang sepanjang tahun bergelimang gelar. Mereka adalah pasangan dadakan. Tapi di Changzhou, mereka menemukan bentuk terbaiknya. Sejak babak pertama hingga semifinal, mereka tak kehilangan satu gim pun. Mereka bukan yang paling mencolok, tapi paling konstan.

Foto/PBSI
Di saat tekanan pada tim Indonesia menggunung akibat nihilnya gelar dari sektor lain, mereka justru menapaki pertandingan dengan kepala dingin. Mereka tidak meledak dalam satu momen, tapi menyusun kemenangan demi kemenangan, seperti meniti satu anak tangga kecil demi tangga lainnya.
Lalu ada momen yang tak akan dicatat statistik, tapi akan tinggal lebih lama dalam ingatan. Begitu laga usai, Fajar dan Fikri menyalami lawan, lalu berdiri di tengah lapangan. Di situlah mereka mempersembahkan selebrasi tak terduga: tarian viral "aura farming".

Foto/Istimewa
Tarian itu meniru gerakan mendayung dan mengangkat tangan ke atas, sebuah gaya yang belakangan populer di media sosial lewat lomba perahu tradisional Pacu Jalur dari Riau. Senyum lebar mengembang, penonton ikut tertawa dan bertepuk tangan. Di antara tekanan dan keraguan yang membekap skuad Merah Putih, mereka justru merayakan kemenangan dengan budaya.

Foto/Istimewa
Di China Open 2025, hanya Fajar dan Fikri yang pulang membawa gelar. Tidak ada podium untuk tunggal putra, tidak ada kejutan dari sektor putri. Tapi cukup. Karena di ujung yang gelap, kadang satu nyala lilin sudah cukup untuk menerangi jalan pulang.
Mereka bukan penyelamat besar. Tapi mereka penghibur yang paling dibutuhkan. Dan mungkin, satu-satunya alasan PBSI bisa pulang tanpa tertunduk sepenuhnya.

Foto/PBSI
Pernyataan lengkap Fajar Alfian/Muhammad Shohibul Fikri melalui humas PBSI usai naik podium juara.
"Alhamdulillah sangat bersyukur bisa menyelesaikan dua turnamen ini dengan hasil yang lumayan baik. Sebenarnya kami juga punya ekspektasi di Jepang minggu lalu bahwa kami bisa tapi Tuhan punya rencana lebih baik dengan juara di sini. Semoga dengan kemenangan ini bisa menambah kepercayaan diri kami berdua ke depannya.
Gelar yang kami persembahkan untuk Indonesia, untuk PBSI, untuk pelatih yang telah melatih kami penuh dengan kesadaran dan ketekunan.
Terima kasih juga untuk semua pendukung yang terus mendukung kami tidak henti-hentinya. Gelar ini juga secara khusus kami persembahkan untuk legenda bulutangkis Indonesia asal Bandung, kota kami berdua, yang baru saja berpulang minggu ini, kang Iie Sumirat.
Tidak banyak berbeda pola permainan kami dari babak pertama sampai final, bermain taktis dan memegang permainan depan. Dengan kondisi lapangan yang berangin dan shuttlecock kencang pastinya memegang bola depan adalah kunci dan kami berdua yang bertipe playmaker bisa mengatasinya dengan baik."
-- Fajar Alfian --

Foto/PBSI
"Kunci kemenangan kami pastinya keyakinan atas kemampuan diri sendiri, komunikasi dengan a Fajar dan pelatih yang baik. Saya tidak menyangka bisa juara, tidak tahu mau bicara apa."
-- Muhammad Shohibul Fikri --

Perjalanan Fajar Alfian/Muhammad Shohibul Fikri Menuju Final
- 22 Juli 2025: Babak 32 Besar vs Choong Hon Jian/Muhammad Haikal (Malaysia) 21-11, 21-10
- 24 Juli 2025: Babak 16 Besar vs Sabar Karyaman Gutama/Moh Reza P.Isfahani (Indonesia) 21-8, 21-13
- 25 Juli 2025: Babak Perempatfinal vs Kim Won Ho (3)/Seo Seung Jae (Korea Selatan) 21-19, 21-14
- 26 Juli 2025: Semifinal vs Wang Chang (5)/Liang Wei Keng (China) 21-19, 21-17

Foto/PBSI
Hasil Juara China Open 2025
- Tunggal Putra: Shi Yu Qi (China) vs Wang Zheng Xing (China) 14-21, 21-14, 21-15
- Tunggal Putri: Wang Zhi Yi (China) vs Han Yue (China) 21-8, 21-13
- Ganda Putra: Fajar Alfian/Muhammad Shohibul Fikri (Indonesia) vs Aaron Chia/Soh Wooi Yik (Malaysia) 21-15, 21-14
- Ganda Putri: Liu Sheng Shu/Tan Ning (China) vs Jia Yi Fan/Zhang Shu Xian (China) 24-22, 17-21, 21-14
- Ganda Campuran: Feng Yan Zhe/Huang Dong Ping (China) vs Jiang Zhen Bang/Wei Ya Xing (China) 23-21, 21-17
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!