Jersey Baru Tim Indonesia di SEA Games Thailand 2025: Ketika Tradisi, Teknologi, dan Solidaritas Menyatu
Akhmad Sef


LUDUS - Di tengah arus keberangkatan yang kerap terburu di Terminal 1C Bandara Soekarno–Hatta, Senin (1/12/25), sebuah perayaan sederhana namun tegas terasa seperti detakan awal perjalanan panjang Tim Indonesia menuju SEA Games Thailand 2025. Dari ruang yang biasanya menjadi tempat perpisahan, lahir sebuah pernyataan identitas: jersey baru yang akan dikenakan 996 atlet Indonesia, yang dikirim untuk berlaga di 48 cabang olahraga dari total 51 yang dipertandingkan, dengan target masuk tiga besar dan membawa pulang sekitar 80-an medali emas. SEA Games ke-33 ini akan digelar pada 9 hingga 20 Desember mendatang di Bangkok dan Chonburi, Thailand.

Foto/Didit Hediprasetyo Foundation
Dalam suasana yang tak benar-benar bising namun tak pernah sepi, karya itu muncul seperti ingatan kolektif yang menjelma kain. Ia tidak hanya pakaian, tetapi cara sebuah bangsa memperjelas dirinya sebelum memasuki gelanggang. Dari tangan Mills, Sarinah, seniman, dan Didit Hediprasetyo Foundation, jersey itu dirancang sebagai simpul antara tradisi dan modernitas.
Didit Hediprasetyo bercerita bahwa sumber inspirasinya datang dari kawasan paling intim dari sebuah bangsa: warisan budaya. “Jersey ini terinspirasi oleh keaslian tradisi kita yang berpadu dengan keindahan ragam alam Indonesia,” ujarnya.

Didit Hediprasetyo bersama Pemimpin Redaksi Garuda TV Elly Husin usai peluncuran jersey tim Indonesia SEA Games Thailand 2025. Foto/Istimewa
Motif kriya Toraja dijadikan pola dasar visual, bukan sebagai hiasan yang ditempelkan, melainkan sebagai memori panjang tentang kekokohan tradisi yang bertahan lintas generasi. Selain merah dan putih, palet hijau bumi muncul sebagai simbol kesuburan tropis, warna yang biasanya pelan, kali ini diberi peran penting di panggung olahraga Asia Tenggara.

Foto/Didit Hediprasetyo Foundation
Dari Yogyakarta, goresan Iabadiou Piko menambahkan semacam getaran visual yang mengalir cepat. Warna merah dan putih yang ia goreskan bukan sekadar estetika, tetapi ritme emosional yang mencerminkan intensitas perjuangan. Di antara langkah-langkah perjuangan para atlet, karya itu berdiri sebagai energi yang enggan diam, seperti napas para atlet yang sedang menghitung hari menuju Thailand.

Foto/Didit Hediprasetyo Foundation
Di tengah peluncuran, Raja Sapta Oktohari, Ketua Komite Olimpiade Indonesia, mengingatkan bahwa jersey ini bukan sekadar hasil produksi, melainkan luaran dari gotong-royong sektor budaya dan olahraga.
“Kami Komite Olimpiade Indonesia berterima kasih atas kolaborasi dari semua insan, masyarakat di Indonesia. Salah satu elemen penting yaitu seniman dan budaya. Ini menjadi bentuk dukungan konkret yang diberikan kepada para pelaku olahraga, yaitu sebuah kreativitas yang dilakukan luar biasa untuk pertama kali,” ujar Okto. Kalimatnya seperti menegaskan bahwa olahraga, dalam wajah terlengkapnya, selalu berjalan berdampingan dengan seni dan solidaritas.

Foto/NOC Indonesia
Solidaritas itu pula yang mengalir di balik acara ini. Okto menegaskan komitmen bahwa sebagian hasil penjualan jersey akan disalurkan untuk korban banjir di Pulau Sumatera. “Kami semua sudah berkomitmen, karena kita melaksanakan kegiatan ini di tengah-tengah kedukaan yang terjadi di Indonesia maupun di Thailand, maka hasil dari penjualan, beberapa persennya akan dikontribusikan untuk bantuan sosial,” ujarnya. Sehingga, bahkan sebelum dipakai, jersey ini sudah memanggul tugas yang lebih berat daripada sekadar identitas tim, ia menjadi penanda kepedulian.

Foto/Didit Hediprasetyo Foundation
Di sisi produksi, CEO Mills, Tjia Kong Hau, menjelaskan bagaimana kolaborasi artistik itu disatukan dengan teknologi material olahraga. Mereka menyiapkan tiga kategori bahan sesuai kebutuhan tiap cabang olahraga: kelincahan, keringanan, dan ketahanan. “Memang di desain kali ini buah dari kolaborasi yang luar biasa. Ada dari segi tradisionalnya, ada juga Indonesianya.
Dalam produksinya, kami juga menggunakan teknologi olahraga modern di sisi material yang disesuaikan dengan cabang olahraga. Kami bagi menjadi tiga bahannya, satu untuk di outdoor, indoor dan khusus untuk atletik kami utamakan keringanan bahannya,” katanya. Dari pernyataan itu tampak bahwa karya budaya yang tampak lembut di permukaan sebenarnya ditopang detail teknis yang ketat.

Foto/Didit Hediprasetyo Foundation
Makna yang lebih luas dirangkum dalam tema “Spirit of The Nation”, sebuah gagasan sederhana namun padat tentang bagaimana bangsa ingin menghadirkan dirinya di arena. Chef de Mission (CdM) Tim Indonesia SEA Games 2025, Bayu Priawan Djokosoetono, menutupnya dengan kalimat yang jernih tapi penuh tenaga.

Foto/NOC Indonesia
“Jersey ini menjadi simbol kebanggaan dan energi perjuangan Tim Indonesia di SEA Games Thailand nanti,” ujarnya, seolah memberikan titik pada perjalanan panjang yang telah dimulai sebelum para atlet berbaris memasuki stadion.
Dan dari sebuah terminal bandara yang kerap menjadi ruang pertemuan dan perpisahan, identitas baru Tim Indonesia berangkat: kriya Toraja yang dibawa dari tanah tinggi, goresan Yogyakarta yang lincah, teknologi Mills yang presisi, kurasi Didit Hediprasetyo Foundation yang cermat, dan solidaritas bagi Sumatera yang diam-diam menyertai.

Foto/Didit Hediprasetyo Foundation
Semuanya dijahit dalam satu maksud yang tak pernah benar-benar sederhana: bahwa ketika Merah Putih akhirnya muncul di arena SEA Games Thailand 2025, yang dibawa para atlet bukan hanya kekuatan, tetapi juga sejarah, rasa, dan harapan sebuah bangsa yang percaya pada langkahnya sendiri.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.
Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!





