Jonatan Christie ke Final Denmark Open 2025: Bangkit Setelah Kalah di Gim Pertama
Ludus01


LUDUS - Tubuh itu sempat terhuyung, langkahnya tersendat di bawah tekanan tempo tinggi Alex Lanier dari Prancis. Suara shuttlecock yang menghantam net seperti menegaskan satu hal: Jonatan Christie tertinggal. Namun dari titik itulah, di tengah publik Odense yang menahan napas, kebangkitan dimulai, perlahan, tapi pasti, seperti bara yang kembali menyala setelah hampir padam.

Foto/PBSI
Jonatan memulai semifinal Denmark Open 2025 dengan kewaspadaan yang terukur. Tapi Lanier, wakil muda Prancis yang sedang naik daun, tampil tanpa ragu. Ia menyerang dengan keberanian penuh, menekan Jojo dari sisi ke sisi, memaksa kesalahan demi kesalahan muncul. Skor 6–13 menjadi jurang yang sulit dijembatani, dan akhirnya gim pertama berakhir 11–21. Namun Jojo tidak mengeluh, tidak menatap lantai, hanya menarik napas panjang dan menatap lurus ke depan—seperti seseorang yang tahu bahwa cerita belum selesai.

Foto/PBSI
Dari tepi lapangan, pelatihnya memberi instruksi yang sederhana namun tajam: lebih sabar, lebih jernih, bangun serangan, bukan mengejar poin. Dan dari kata-kata itulah momentum berubah. Gim kedua menjadi panggung kebangkitan. Jonatan memainkan irama permainan seperti seorang konduktor, menyilang, menipu, menekan. Lanier yang semula begitu agresif kehilangan arah. Interval menunjukkan 11–2 untuk Jojo, dan sorakan penonton Indonesia mulai bergema di sudut tribune Jyske Bank Arena. Ia menutup gim kedua dengan skor telak 21–8, dan semuanya seperti berbalik dalam sekejap.
Di set penentuan, dua pemain itu bertarung seperti bayangan cermin: saling membaca, saling menunggu, saling menekan. Tapi ada sesuatu dalam diri Jonatan yang berbeda malam itu, sebuah ketenangan yang tak bisa dijelaskan dengan statistik. Pengalaman dan napas panjangnya membuat permainan tampak mengalir. Setelah interval, ia menyalakan mesin. Pukulan-pukulan tajam menghujam sudut lapangan Lanier, dan setiap kali shuttlecock jatuh di tanah, tepuk tangan penonton meledak seperti guntur kecil di ruangan tertutup.

Foto/PBSI
Smash menyilang keras menutup pertarungan: 21–13. Jonatan mengangkat tangannya, bukan berteriak, tapi tersenyum kecil, sebuah ekspresi lega yang tenang. Ia tahu, langkah ini membawanya ke partai puncak Denmark Open 2025, turnamen yang selalu dianggap sakral bagi tunggal putra dunia.

Foto/PBSI
Namun kisah Jonatan menuju final tak datang dalam semalam. Ia menenunnya dari babak ke babak, dari tekanan yang tak kasat mata hingga kemenangan yang lahir dari kesabaran.
Sejak babak 32 besar, ia berhadapan dengan Kenta Nishimoto, dalam laga keras tiga gim yang berakhir 10–21, 21–11, 21–7. Pertarungan itu menjadi semacam ujian mental awal: bagaimana bertahan saat momentum berbalik, dan bagaimana menang tanpa panik.

Grafis/Pipis Fahrurizal/LUDUS.id
Langkah berikutnya di babak 16 besar mempertemukannya dengan wakil Jepang, Kodai Naraoka . Dalam duel cepat nan efisien, Jonatan tampil solid dan menang dua gim langsung 21–7, 21–13, momen di mana kepercayaan diri mulai menebal. Di perempat final, ia menantang jago muda Tiongkok, Li Shi Feng, dalam duel berdarah dingin yang berakhir 21–18, 21–23, 21–17. Itu adalah titik di mana tubuh diuji dan kepala dipaksa tetap dingin di tengah ketegangan panjang.
Barulah semifinal melawan Alex Lanier menjadi tonggak: bukan hanya kemenangan, tapi kebangkitan yang lengkap. Dari kekalahan 11–21 di gim pertama hingga menutup dengan 21–8 dan 21–13, Jojo menunjukkan sesuatu yang lebih dari teknik, ia menunjukkan jiwa.

Foto/PBSI
Di partai final, sudah menunggu sosok yang tak kalah menakutkan: Shi Yu Qi, pemain nomor satu dunia dari Tiongkok, yang baru saja menyingkirkan Viktor Axelsen lewat duel tiga gim 21–19, 17–21, 21–17.
Final di Odense itu akan menjadi panggung dua hal: keheningan dan keberanian. Jonatan akan membawa seluruh ketenangannya, seluruh pengalaman yang ia rajut dari tahun-tahun panjang, untuk menantang dominasi. Bila kemenangan datang, itu bukan sekadar trofi. Itu adalah pernyataan: bahwa Indonesia masih punya api di tunggal putra dunia, dan namanya, hari ini, adalah Jonatan Christie.

Foto/PBSI
-- Jonatan Christie --
"Puji Tuhan bersyukur dan senang bisa ke final lagi, ini final pertama saya di Denmark Open. Kondisi lapangan hari ini sangat berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Hembusan angin terasa lebih kencang dan itu berpengaruh pada permainan di gim pertama. Beruntung adaptasinya cukup cepat, ada strategi yang memang diubah dan berjalan bagus.
Pertemuan pertama dengan Alex, dia pemain yang cukup bagus dan harus diwaspadai terus terutama dengan tenaganya dan daja juangnya. Tapi karena masih muda jadi pola permainannya belum terlalu matang.
Final akan melawan Shi Yu Qi, selalu seru saat melawan dia dan saya harap besok juga demikian. Berjuang saja, enjoy saja dan keep momentum going."

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.
Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!