Ketika Kemenpora, Kemendagri, dan Kemen UMKM Sepakat Mengelola 20 Stadion: Babak Baru Pembenahan Aset Olahraga
Akhmad Sef


LUDUS - Tiga menteri duduk di satu meja panjang di Aula Gedung C, Kemendagri, Jakarta, Selasa (2/12) siang. Mereka sedang menyusun ulang peta besar masa depan olahraga Indonesia. Bukan lewat seremoni biasa, melainkan lewat sebuah kesepakatan yang ingin menjawab satu pertanyaan lama: bagaimana caranya agar stadion-stadion megah yang dibangun dengan anggaran publik tidak lagi menjadi gedung kosong yang menua dalam diam.

Foto/Humas Kemenpora
Kementerian Pemuda dan Olahraga bersama Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Usaha Mikro Kecil Menengah menandatangani nota kesepahaman tentang pengelolaan serta pemanfaatan aset olahraga, dimulai dari 20 stadion di berbagai daerah. Penandatanganan dilakukan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Erick Thohir, Menteri UMKM Maman Abdurrahman, dan Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito Karnavian.
“Sinergi ini penting kami lakukan karena fasilitas olahraga yang dibangun oleh pemerintah pusat dan daerah masih menjadi beban anggaran, terutama untuk pemerintah daerah,” ujar Menpora Erick Thohir di hadapan awak media.

Foto/Humas Kemenpora
Ia menyebut, MoU ini menjadi pondasi agar pengelolaan aset olahraga dapat dikerjasamakan secara komersial dengan dunia usaha yang profesional. Di dalam daftar yang akan menjadi fokus awal, nama-nama stadion itu mengalir seperti daftar panjang tentang ambisi suatu bangsa: Stadion Bumi Sriwijaya, Indomilk Arena, Stadion Pakansari, Stadion Wibawa Mukti, Stadion Patriot Candrabhaga, Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Stadion Maguwoharjo, Stadion Jatidiri, Stadion Gelora Bumi Kartini, Stadion Kanjuruhan, Stadion Surajaya, Stadion Gelora Delta, Stadion Gelora Madura Ratu Pamelingan, Stadion Joko Samudro, Stadion Demang Lehman, Stadion Segiri, Stadion BJ Habibie, Stadion Harapan Bangsa, Stadion Dimurthala, dan Stadion Utama Sumatera Utara.

Erick Thohir mengingatkan betapa banyak fasilitas olahraga di daerah, yang dibangun untuk penyelenggaraan PON atau kebutuhan daerah, akhirnya tidak dimanfaatkan. “Padahal, jika fasilitas-fasilitas tersebut bisa dipergunakan untuk penyelenggaraan acara atau dikelola dengan baik akan memberikan nilai ekonomi bagi pemerintah seperti pajak dan lainnya,” katanya.
Ia menyebut bahwa sinergi lintas kementerian ini justru memberi ruang bagi UMKM dan masyarakat daerah untuk punya panggung bagi acara besar. “Di sini lah kenapa kami mendorong,” ujarnya.

Menpora itu juga meyakini pemerintah daerah yang memahami kondisi keuangannya akan mempercepat langkah implementasi kerja sama tersebut. Dengan payung hukum Permendagri yang sudah tersedia, tinggal bagaimana pelaksanaannya. Ia menegaskan pentingnya pemetaan aset agar tidak ada fasilitas yang mubazir. “Supaya jangan, mohon maaf, aset yang sudah ada dibangun kembali, supaya program jangka pendek dan jangka panjang tidak membebani keuangan daerah tersebut,” ujarnya.
Dari sisi Kemendagri, Tito Karnavian menegaskan bahwa sinergi pengelolaan aset ini dimulai dari 20 stadion sepak bola, lalu diperluas ke fasilitas olahraga lain. Ia memberi tenggat pemantauan yang tegas.

“Kira-kira dalam dua minggu ke depan ada enggak pemerintah daerah yang sudah mulai menjajaki atau menindaklanjuti MoU ini, kalau enggak ada, saya akan gelar zoom meeting lagi,” katanya. Tito bahkan berjanji akan hadir langsung bersama Menpora dan Menteri UMKM bila ada daerah yang bergerak lebih cepat memulai kerja sama pengelolaan aset olahraga.
Erick Thohir sendiri menyebut langkah ini sebagai pelaksanaan arahan Presiden Prabowo Subianto untuk menumbuhkan perekonomian nasional dan daerah. “Terima kasih saya ucapkan kepada Pak Mendagri dan Menteri UMKM yang sudah bersinergi untuk mewujudkan pengelolaan dan pemanfaatan sarana prasarana olahraga pusat dan daerah,” kata Erick.

Foto/Humas Kemenpora
Ia menjelaskan, alasan pendorong MoU ini sederhana tetapi mendesak: fasilitas olahraga Indonesia banyak jumlahnya, namun tidak dimanfaatkan secara optimal. “Saya memberanikan diri bersinergi dengan Mendagri dan Menteri UMKM. Di dunia sekarang ini, kalau kita bicara sport tourism angkanya mencapai 481 miliar USD, dan itu akan terus naik 4 kali lipat di tahun 2023, dan itu didominasi oleh Amerika Serikat 40 persen,” ujarnya.
Menurutnya, fasilitas olahraga Indonesia tidak kalah dari negara lain, tetapi selama ini justru menjadi beban pemeliharaan bagi pemerintah daerah.

Erick mengulang kegelisahan yang sama: fasilitas olahraga yang dibangun setelah sebuah event berakhir sering dibiarkan mangkrak. Padahal, bila dikelola dengan baik, fasilitas itu bisa menggerakkan ekonomi daerah dan menciptakan peluang bagi UMKM melalui event-event baru. Ia kembali menegaskan pentingnya implementasi.
“Penggunaan aset ini harus sesuai dengan kebutuhan publik. MoU ini juga sesuai dengan arahan Bapak Presiden bahwa kita harus efisien, efektif, dan tepat sasaran,” ujarnya. “Selain itu Bapak Presiden juga menginginkan adanya pertumbuhan ekonomi bukan hanya nasional tapi juga ada di daerah. Kita harus bisa memberi kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tepat sasaran.”

Foto/Humas Kemenpora
Mendagri Tito memberi kredit penuh kepada Erick. “Ide melakukan MoU ini datang dari Menpora Erick Thohir,” katanya. Ia menilai selama ini pembangunan fasilitas olahraga kerap menjadi beban bagi anggaran daerah. Karena itu, ia berharap MoU ini betul-betul dimanfaatkan agar fasilitas olahraga dapat dikelola secara profesional dan komersial sebagai industri. “Fasilitas olahraga ke depan harus dikelola secara profesional dan komersial sebagai industri. MoU ini betul-betul dimanfaatkan untuk mendukung kemajuan sarpras di daerah,” ujarnya.

Foto/Humas Kemenpora
Menteri UMKM Maman Abdurahman ikut menegaskan optimisme. “Kami sangat mengapresiasi MoU ini yang akan memiliki dampak besar terhadap pertumbuhan UMKM di daerah, apalagi didukung dengan adanya event-event olahraga daerah,” katanya. Sinergi ini, baginya, bukan hanya soal memanfaatkan stadion, melainkan menghidupkan ekosistem ekonomi di sekitar olahraga.

Foto/Humas Kemenpora
Dari kesepakatan tiga menteri itu, sebuah premis baru disuarakan: stadion bukan lagi monumen, melainkan mesin ekonomi; bukan lagi beban anggaran, melainkan ruang hidup yang bisa berdenyut kembali bila dikelola dengan cara yang benar.
Dan pada akhirnya, MoU ini menjadi semacam janji bahwa pembangunan tidak berhenti pada peresmian, tetapi menemukan ulang napasnya lewat pemanfaatan yang nyata bagi publik.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.
Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!





