Kisah Tiga Bocah Indonesia di World Cadet Chess Championship 2025 Almaty

Ludus01

LUDUS - Di Almaty, Kazakhstan, udara musim gugur terasa tajam menusuk tulang. Dari balik kaca Gedung Olahraga Baluan Sholak, denting jam digital pertandingan berpacu dengan denyut jantung ratusan anak. Di ruang itu, keheningan selalu diselingi ketukan bidak, lalu sesekali wajah tegang berubah menjadi senyum kecil atau helaan napas panjang. Inilah World Cadet Chess Championship 2025, kejuaraan dunia untuk pecatur usia 8 hingga 12 tahun, yang digelar 18 September sampai 1 Oktober.

Foto/Kristianus Liem

Foto/Kristianus Liem

Indonesia pun menitipkan harapannya pada tiga bocah: Zach Alexander Tjong (KU8, rating 1628), Hillary Rooca Theng (KU10 putri, rating 1503), dan Kenny Horasino Bach (KU12, rating 1972). Hingga babak keenam, perjalanan mereka penuh liku, ada kejutan, ada luka kecil di hati, ada semangat yang tak putus.

Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Percasi bersama tiga pecatur cilik. Foto/Istimewa

Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Percasi bersama tiga pecatur cilik. Foto/Istimewa

Kenny, dengan ketenangan khasnya, justru menjadi penopang harapan. Dari enam babak, ia mengantongi empat kemenangan (+4 -2) dan kini duduk di peringkat 24 dari 175 peserta yang datang dari 64 negara. Kemenangan terbesarnya datang saat menjinakkan pecatur Israel bergelar Candidate Master, Noam Sason (rating 2205), di babak kelima.

Kenny Horasino Bach vs Lev Shangin dari AS di babak 6. Foto/Kristianus Liem

Kenny Horasino Bach vs Lev Shangin dari AS di babak 6. Foto/Kristianus Liem

Namun dua kali ia tergelincir, melawan CM Madhvendra Pratap Sharma (2187, India) dan Lev Shangin (2163, Amerika Serikat). Kini, di babak ketujuh, Jumat 26 September, Kenny bersiap menghadapi tantangan tuan rumah: Ramazan Tulegen (2153, Kazakhstan).
Data perjalanan Kenny pun seperti papan jejak yang penuh cerita:

  1. Gun-Erdem, Damba (1642, Mongolia): Menang
  2. CM Madhvendra Pratap Sharma (2187, India): Kalah
  3. Yerdenev, Timur (1744, Kazakhstan): Menang
  4. Galimov, Zakhar M (1723, FIDE): Menang
  5. CM Noam Sason (2205, Israel): Menang
  6. Lev Shangin (2163, USA): Kalah
  7. Ramazan Tulegen (2153, Kazakhstan): ?
Hillary Rooca Theng (kanan) vs Banu Baglankyzy dari Kazakhstan di babak 6. Foto/Kristianus Liem

Hillary Rooca Theng (kanan) vs Banu Baglankyzy dari Kazakhstan di babak 6. Foto/Kristianus Liem

Hillary Rooca Theng, gadis 10 tahun yang duduk tenang di balik papan, memulai turnamen dengan langkah terseok. Ia kalah dari Renae Chen (1734, USA), lalu bangkit di babak kedua menghadapi pecatur Kenya yang belum ber-rating, Amanda Breetalizah. Hilangnya konsentrasi di babak ketiga membuatnya kembali tumbang dari Huang Zixin (1685, Tiongkok).

Namun Hillary selalu menemukan cara bangkit: menang atas Amanda Skytte (Denmark) di babak keempat, lalu kembali jatuh, sebelum akhirnya tersenyum lagi di babak keenam usai mengalahkan pecatur Kazakhstan, Banu Baglankyzy. Hillary kini mengoleksi tiga poin (+3 -3) dan bertengger di peringkat 67 dari 115 peserta dari 54 negara. Lawan berikutnya: Svetlana Belanova (1673, Rusia).

Data Hillary:

  1. Chen, Renae (1734, USA): Kalah
  2. Breetalizah, Amanda (0, Kenya): Menang
  3. Huang, Zixin (1685, China): Kalah
  4. Skytte, Amanda (0, Denmark): Menang
  5. Halangoda, Sayumi Sithumila (1646, Sri Lanka): Kalah
  6. Baglankyzy, Banu (0, Kazakhstan) – Menang
  7. Svetlana Belanova (1673, Rusia): ?
Zach Alexander Tjong (kanan) vs Darmenyar Daulet dari Kazakhstan di babak 6. Foto/Kristianus Liem

Zach Alexander Tjong (kanan) vs Darmenyar Daulet dari Kazakhstan di babak 6. Foto/Kristianus Liem

Zach Alexander Tjong menjadi kisah lain. Bocah 8 tahun itu start dengan gemilang, tiga kemenangan beruntun melawan Abilashim Nurdaulet (Kazakhstan), Klim Ant Dakhno (FIDE), dan Cameron Tay (Singapura). Tapi babak keempat mengubah segalanya. Ia dipertemukan dengan pecatur Rusia, Fedor Andr Sidelnikov, yang bermain cepat bagaikan kilat.

Saat Zach menyerah dengan waktu tersisa hanya beberapa menit, jam Fedor masih lebih dari satu jam penuh. Kekalahan itu membuat mentalnya terguncang. Dua babak berikutnya ia kalah lagi, meski tubuhnya berusaha melawan rasa sakit pada kaki yang kesemutan. Kini ia pun berhenti di angka tiga poin (+3 -3), duduk di peringkat 64 dari 150 peserta asal 59 negara. Lawan berikutnya adalah Hangeldi Muradov (1483, Turkmenistan).

Data Zach:

  1. Abilashim, Nurdaulet (0, Kazakhstan): Menang
  2. Klim Ant Dakhno (1492, FIDE): Menang
  3. Cameron Tay (1400, Singapura): Menang
  4. Fedor Andr Sidelnikov (1720, FIDE): Kalah
  5. Zhang Beichen (0, China): Kalah
  6. Daulet Darmenyar (1472, Kazakhstan): Kalah
  7. Hangeldi Muradov (1483, Turkmenistan): ?
Foto/Istimewa

Foto/Istimewa

Kristianus Liem, Ketua Bidang Pembinaan PB Percasi yang mendampingi mereka di Almaty, hanya tersenyum saat ditanya tentang hasil-hasil itu. “Kita datang untuk menempa. Di sini, mereka belajar bahwa catur bukan hanya soal menang atau kalah, tapi soal keberanian menghadapi diri sendiri,” katanya, seolah mengingatkan bahwa papan 64 kotak itu sebenarnya adalah ruang pembentukan karakter.

World Cadet Chess Championship sendiri bukanlah ajang sembarangan. Sejak lahir di Prancis tahun 1974 dengan nama World Youth Chess Championship, kejuaraan ini berkembang menjadi ladang uji bagi bakat-bakat termuda dunia. Tahun 2015, FIDE memutuskan membaginya menjadi dua: World Cadet (usia 8, 10, 12 tahun) dan World Youth (usia 14, 16, 18 tahun).

Tahun ini, Kazakhstan menjadi tuan rumah dengan kekuatan lebih dari 200 pecatur ciliknya. Tak heran bila tahun lalu, di Olimpiade Catur Budapest, tim putri mereka bahkan bisa merebut posisi runner-up dunia.

Presiden FIDE Arkady Dvorkovich dengan menjalankan langkah pertama di meja kelompok putri 12 tahun didampingi Deputi Perdana Menteri Kazakhstan Yerzhan Kosherbayev. Foto/Kristianus Liem

Presiden FIDE Arkady Dvorkovich dengan menjalankan langkah pertama di meja kelompok putri 12 tahun didampingi Deputi Perdana Menteri Kazakhstan Yerzhan Kosherbayev. Foto/Kristianus Liem

Upacara pembukaan diwarnai simbol yang tak biasa: Presiden FIDE Arkady Dvorkovich menjatuhkan langkah pertama di meja kelompok putri U12, didampingi Deputi Perdana Menteri Kazakhstan, Yerzhan Kosherbayev. Seakan hendak menandai, inilah masa depan catur dunia. Dari 88 negara, terkumpul 850 anak, setiap langkah pion mereka seolah membawa janji: bahwa masa depan catur dunia kini ditulis oleh tangan-tangan mungil itu.

Dan di antara ribuan bidak yang saling beradu di papan Almaty, tiga bocah Indonesia pun ikut menuliskan cerita mereka—tentang kemenangan yang manis, kekalahan yang pahit, juga keberanian yang tak bisa diukur dengan angka klasemen.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.

Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!