Renang Tambah 2 Perak dan 1 Perunggu untuk Indonesia di Islamic Solidarity Games 2025: Saat Harapan Berkibar dari Kolam Riyadh
Akhmad Sef


LUDUS - Di Olympic Pool Riyadh, air memantulkan cahaya dari langit Arab yang biru tua. Di sanalah, di tengah riuhnya Islamic Solidarity Games (ISG) 2025, para perenang muda Indonesia berenang bukan sekadar untuk waktu tercepat, tapi untuk sejenis kebanggaan yang tak terukur di stopwatch. Cabang olahraga renang kembali menambah catatan indah bagi kontingen Merah Putih di hari ketiga pesta olahraga antarnegara Islam itu: dua perak, satu perunggu, dan banyak janji masa depan.

Foto/NOC Indonesia/Rifqi Priadiansyah
Di antara percikan air dan tepuk tangan dari tribun, Azahra Permatahani mengantarkan perak pertamanya di nomor 200 meter individual medley putri. Catatan waktunya 2 menit 23,43 detik, hanya terpaut setipis hembusan napas dari perenang Turki, Sudem Denizli, yang merebut emas (2:18,13). Perunggu jatuh ke tangan Valerierose Tarazi dari Palestina (2:24,31). Azahra tersenyum kecil di podium, seolah menegaskan bahwa jarak lima detik pun bisa diisi dengan semangat yang tak kalah besar.
Dari lintasan lain, Adelia juga menghadirkan perak di 100 meter gaya dada putri. Waktunya 1:10,73 detik, hanya sepersekian detik di belakang Pinar Donmez (1:10,25), perenang Turki yang tampak tak tertandingi pagi itu. Adelia unggul tipis atas Lynn El Hajj dari Lebanon (1:10,90). Dalam olahraga di mana setiap gerak diukur hingga seperseratus detik, perbedaan seperempat napas bisa berarti medali, atau kehilangan podium.

Foto/NOC Indonesia/Rifqi Priadiansyah
Sementara Nadia Aisha Nurazmi, perenang termuda yang baru setahun bergabung pelatnas, menutup hari dengan perunggu di 50 meter gaya bebas putri. Waktunya 26,18 detik, hanya di bawah Gloria Anna Muzito dari Uganda (25,59 detik) dan Farida Hisam Ahmed Osman dari Mesir (26,04). Nadia, dengan senyum lepas khas remaja, tampak lebih kagum pada pengalaman daripada logam yang tergantung di lehernya. Tapi di catatan pelatih, waktu itu adalah personal best, bukti bahwa masa depan sedang tumbuh, pelan tapi pasti, dari kolam ke kolam.

Foto/NOC Indonesia/Rifqi Priadiansyah
Di balik tiga medali itu, masih ada percikan lain. Farrel Armandio Tangkas dan Jason Donovan Yusuf menembus final 100 meter gaya punggung putra, masing-masing dengan waktu 57,14 dan 57,57 detik. Flairene Candrea, satu-satunya perenang putri di nomor yang sama, juga menembus final dengan 1:04,45 detik.
Sementara Joe Aditya Kurniawan, meski tampil dalam kondisi demam, tetap menuntaskan 50 meter gaya kupu-kupu putra di posisi keempat (24,16 detik). Muhammad Dwiky Raharjo juga finis keempat di 100 meter gaya dada putra (1:03,19 detik). Bahkan Nadia, yang baru saja naik podium, masih sempat turun lagi di 50 meter gaya kupu-kupu putri dan finis ketujuh (28,28 detik).
“Dengan kekuatan yang ada dan kondisi belum full taper karena fokus utama menuju SEA Games, hasil anak-anak luar biasa,” ujar Albert C Sutanto, pelatih mereka, usai perlombaan. Di wajahnya ada campuran letih dan lega. “Beberapa bahkan mencatat personal best, dan itu pencapaian besar.”

Foto/NOC Indonesia/Rifqi Priadiansyah
Bagi Albert, yang sejak awal memimpin tim di Riyadh, ISG bukan semata soal medali. Ini adalah barometer, semacam latihan besar untuk SEA Games Thailand 2025. “Delapan perenang yang kami bawa ke sini juga akan turun di SEA Games. Dari hasil hari ini, Nadia mencatat personal best, Adelia juga mendekati catatan terbaiknya. Itu perkembangan yang sangat positif,” ujarnya.
Dua perak dan satu perunggu bukan hasil kebetulan. Azahra dan Adelia memang disiapkan untuk itu. “Kami sudah prediksi dari awal, terutama nomor unggulan mereka. Azahra bahkan back to back meraih perak di nomor yang sama seperti ISG sebelumnya,” kata Albert. Di matanya, mungkin sudah terbayang lintasan berikutnya, Farrel, Jason, dan Flairene yang masih menyimpan peluang podium di nomor gaya punggung.
“Saya yakin, tanpa harus tampil 100 persen pun, mereka punya peluang kuat untuk naik podium,” tegasnya, dengan nada lebih seperti seorang guru daripada pelatih.

Foto/NOC Indonesia/Rifqi Priadiansyah
Dan benar, bagi para atlet ini, ISG bukan akhir. Ia adalah satu babak dalam perjalanan panjang menuju sesuatu yang lebih besar. Medali bukan satu-satunya ukuran. Ada detik-detik sunyi di bawah air yang tak dilihat penonton, di situ keberanian diuji, dan semangat dilahirkan.
Dengan bertambahnya 2 perak 1 perunggu dari tim renang, Indonesia menutup perolehan di hari ketiga (9/11/25) dengan tiga emas, sepuluh perak, dan satu perunggu, menempati posisi keempat klasemen sementara. Dari kolam yang memantulkan lampu-lampu Riyadh itu, ada keyakinan kecil yang tumbuh: bahwa di antara riak dan napas yang tersisa, merah putih masih terus berkibar, bahkan di air yang paling tenang.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.
Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!





