Momentum Syukur, Evaluasi, dan Harapan: Catatan dari Pembubaran Timnas Voli Putra U-21

Ludus01

LUDUS - Jakarta, awal September 2025. Pengurus Pusat Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI) menggelar sebuah acara sederhana namun penuh makna: pembubaran Tim Nasional Bola Voli Putra U-21. Di sebuah ruangan yang hangat oleh tawa, pelukan, dan juga haru, para pemain muda baru saja kembali dari perjalanan panjang di Jiangmin, Cina. Di sanalah mereka tampil di ajang paling bergengsi untuk kelompok usia muda: Kejuaraan Dunia Bola Voli Putra U-21.

Foto/en.volleyballworld.com/FIVB

Foto/en.volleyballworld.com/FIVB

Mereka pulang membawa peringkat 19 dari 24 tim peserta. Bukan angka yang memenuhi target awal untuk menembus 16 besar, tapi tetap meninggalkan jejak sejarah. Di wajah para pemain terlihat senyum tipis, sesekali terhenti oleh genangan mata. Ada kebanggaan, ada pelajaran, dan ada janji masa depan yang belum terucap.

Ketua Umum PP PBVSI, Imam Sudjarwo, mengambil mikrofon. Suaranya datar namun terasa bergetar, memantul di ruangan.

“Kita patut bersyukur. Kalian sudah berjuang dengan segala kemampuan. Ranking 19 dunia bukan sesuatu yang mudah, apalagi ini adalah pengalaman pertama kalian di ajang sebesar ini. Yang lebih penting, kalian pulang dengan selamat dan penuh semangat untuk terus belajar,” katanya.

Tapi rasa syukur itu, kata Imam, tak boleh menghapus kewajiban melakukan evaluasi. Evaluasi harus menyeluruh, agar tim ini tak hanya berhenti sebagai tim “kejutan” sekali jalan. Ia menyusun catatan satu per satu, seperti seorang guru yang menyusun daftar pelajaran untuk murid-muridnya.

Pertama, soal penerimaan bola pertama (receipt). Imam menyoroti betapa seringnya bola pertama tak sempurna, sehingga menyulitkan pengumpan dalam membangun serangan. “Kita perlu benahi receipt. Karena dari situlah alur permainan bisa dibangun. Jika bola pertama tidak stabil maka serangan berikutnya juga tidak maksimal,” ujarnya.

Foto/en.volleyballworld.com/FIVB

Foto/en.volleyballworld.com/FIVB

Kedua, konsentrasi saat unggul. Imam mencatat bahwa anak-anak muda ini sering kehilangan momentum ketika sudah memimpin. “Beberapa kali kita kehilangan momentum karena kurang disiplin ketika memimpin. Ini harus menjadi catatan besar. Konsistensi adalah kunci,” katanya lagi.

Ketiga, manajemen fisik. Ia menekankan bahwa tubuh adalah senjata utama atlet, dan cedera adalah musuh besar yang harus dicegah. Latihan fisik, perawatan, hingga pola makan menjadi kunci agar stamina tetap terjaga.

Keempat, fokus hingga peluit akhir. “Jangan puas ketika sudah unggul. Fokus harus dijaga sampai peluit akhir dibunyikan,” tegasnya.

Foto/en.volleyballworld.com/FIVB

Foto/en.volleyballworld.com/FIVB

Di hadapan para pemain yang menyimak serius, catatan evaluasi itu bukanlah kritik dingin, melainkan sebuah pesan peringatan sekaligus dorongan. Bahwa jalan panjang masih menanti, dan mereka baru menapaki tangga pertama.

Seusai evaluasi, Imam membuka peta besar yang telah digambar PBVSI untuk masa depan. Garis-garisnya berkelok, menuju berbagai ajang.

Pertama, Proliga 2026. Tim U-21 Putra akan kembali hadir dengan nama Garuda Jaya, kali ketiga mereka tampil sebagai tim khusus di liga profesional dalam negeri. “Tujuannya jelas: membiasakan para pemain muda menghadapi atmosfer kompetisi profesional. Kami ingin anak-anak ini terbiasa menghadapi tekanan, suporter, dan dinamika kompetisi. Proliga adalah wadah terbaik,” kata Imam.

Kedua, SEA Games 2025 di Thailand. Beberapa pemain U-21 diproyeksikan untuk menembus skuad timnas senior. “Kami akan seleksi siapa saja yang layak masuk timnas senior ke SEA Games. Ini bagian dari regenerasi yang berkesinambungan,” tambah Imam.

Foto/en.volleyballworld.com/FIVB

Foto/en.volleyballworld.com/FIVB

Selain itu, Asian Games sudah menunggu di tahun-tahun mendatang. Dalam waktu dekat, ajang Livoli akan menjadi kesempatan bagi para pemain U-21 memperkuat tim-tim berbeda, agar mereka tak kehilangan ritme kompetisi. Bagi yang tidak masuk ke klub-klub Livoli, PBVSI tetap menyiapkan ajang Piala Ketua Umum sebagai ruang latihan tempur. “Dengan cara ini, tidak ada pemain yang hilang dari radar pembinaan,” ujar Imam.

Acara pembubaran itu sendiri berlangsung sederhana. Dimulai dengan laporan manajer tim, sambutan, doa bersama, lalu ramah tamah. Namun di balik kesederhanaan itu, ada simbol besar: tongkat estafet sedang dipersiapkan.

Foto/PBVSI

Foto/PBVSI

Nama-nama besar PBVSI turut hadir: Wakil Ketua Umum Eddy Sunarno, Dewan Pengawas Robert Kodong dan Bambang Suedi, Ketua Bidang Binpres Adang Ginandjar, serta Wakil Sekjen Gilang Iskandar. Kehadiran mereka seperti pagar kokoh di belakang para pemain muda itu.

Acara pembubaran ini bukanlah tanda berakhirnya perjalanan, melainkan pintu baru yang dibuka. Seperti kata Imam Sudjarwo, “Yang penting, fokus harus dijaga sampai peluit akhir.” Untuk anak-anak muda ini, peluit akhir masih jauh sekali. Jalan panjang menanti, dan mungkin, sejarah besar sedang mulai ditulis. (**)

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!