Moreno Soeprapto Nahkodai IMI: Era Baru Otomotif Indonesia dan Harapan Rifat Sungkar

Ludus01

Foto/Instagram/Sentul Circuit

LUDUS - Ada sesuatu yang simbolis ketika nama Moreno Soeprapto diumumkan di Royal Ambarrukmo Yogyakarta, Sabtu, 20 September 2025. Ikatan Motor Indonesia (IMI), organisasi otomotif terbesar di negeri ini, resmi memiliki nakhoda baru. Seolah roda sejarah berputar, kali ini bukan di lintasan balap, melainkan di ruang musyawarah.  Moreno Soeprapto secara aklamasi resmi dipercaya sebagai Ketua Umum IMI periode 2025-2030.

Foto/Instagram/Sentul Circuit

Foto/Instagram/Sentul Circuit

Moreno, yang sejak muda hidup dari deru mesin dan bau aspal panas, kini memegang kemudi organisasi yang dulu sering hanya ia lihat dari balik helm balap. Ia menyebut tanggung jawab ini besar, dan kalimat itu, bagi banyak orang, mungkin terdengar formal. Tapi justru di situlah beban yang tak kasat mata hadir, beban generasi, tradisi keluarga, juga harapan publik. Sebab Moreno bukan sekadar seorang eks-pembalap.

Ia anak dari Tinton Soeprapto, ikon Sentul. Ia adik dari Ananda Mikola, sosok yang membawa nama Indonesia di kancah Formula 3000. Ia sendiri pernah menembus Formula Asia, Renault, hingga 3000, jalur yang nyaris mengantar ke gerbang Formula 1.

Kini lintasan yang ia masuki berbeda. Tidak lagi diukur dengan kecepatan satu lap, melainkan dengan seberapa kuat ia bisa menjaga arah IMI tetap tegak di tengah perubahan zaman: elektrifikasi, sport entertainment, industri mobilitas baru. Dari arena yang kerap ditandai bendera finis, kini ia harus belajar mengelola garis start yang tak terlihat ujungnya.

Moreno bukan orang asing di organisasi ini. Ia pernah terlibat dalam kepengurusan IMI Jawa Timur, ikut mengatur, bukan hanya membalap. Dan, Moreno tahu, mesin balap punya umur. Tubuh pembalap pun punya keterbatasan. Pada usia yang masih muda, ia memutuskan mengambil jalan lain: politik. Ia masuk ke Partai Gerindra, dan sejak 2014 duduk sebagai anggota DPR RI, hingga kini.

Dari kursi parlemen itu, Moreno belajar lintasan baru yang jauh berbeda: ruang sidang yang penuh argumentasi, rapat-rapat fraksi, serta medan pertarungan ideologi dan kepentingan, yang membentuknya dalam memahami regulasi, politik, dan jaringan lintas sektor. Ada yang percaya, pengalaman itulah yang akan membuatnya berbeda dari ketua-ketua IMI sebelumnya: seorang pemimpin yang mengerti lintasan, sekaligus tahu jalan panjang birokrasi.

Di tengah harapan itu, kepada LUDUS.id Rifat Sungkar, pereli nasional, memberi penegasan. “Ini adalah waktunya generasi muda Indonesia untuk bisa memimpin karena Moreno kalau lihat dari track record adalah pelaku otomotif dan punya network yang cukup baik saat ini di pemerintahan. Jadi harapannya adalah kepanjangtangannya dia bisa menyatukan energi berbagai instansi untuk bisa mendukung olahraga nasional khususnya otomotif. Pengukuhan kemarin mungkin harus terima kasih kepada Pak Bamsoet (Bambang Soesatyo, Ketua IMI sebelumnya) yang selama ini menjalankan IMI dengan baik dan rasanya ke depannya, energi baru energi muda ini bisa menjadi harapan prestasi baru untuk Indonesia.”
Foto/Instagram/Rifat Sungkar

Foto/Instagram/Rifat Sungkar

Ada pula romantisme yang tak bisa diabaikan. IMI bukan sekadar organisasi olahraga; ia adalah cermin dari sebuah bangsa yang selalu bermimpi bisa menyamai arena global. Dari aspal Sentul yang dibangun dengan cita-cita besar, hingga kalender balap nasional yang kadang terseok mencari bentuk.

Di sanalah Moreno kini berdiri. Antara harapan agar lahir lebih banyak pembalap muda Indonesia yang bisa bersaing di ajang internasional, dan tantangan agar IMI bisa menjadi organisasi modern, profesional, dan inklusif.

“Ini saatnya saya berkontribusi lebih luas, bukan hanya di lintasan, tetapi juga membangun ekosistem otomotif Indonesia agar semakin maju,” katanya.
Foto/Instagram/Sentul Circuit

Foto/Instagram/Sentul Circuit

Kalimat itu mungkin terdengar sederhana, tapi justru di situlah letupan idealisme yang coba ia rawat: bahwa kecepatan di lintasan tak ada artinya jika ekosistem yang menopangnya rapuh. Yogyakarta, dengan tradisi dan sejarahnya, menjadi saksi lahirnya babak baru itu.

Sebuah kota yang tenang, Yogyakarta, dari sanalah, IMI memasuki era baru, era Moreno Soeprapto. Ia membawa warisan keluarga, pengalaman politik, serta jejak panjang sebagai pembalap, untuk mengemudi organisasi ini.

Publik mengingatnya sebagai adik dari Ananda Mikola, ikon balap Indonesia era itu. Tetapi Moreno bukan sekadar "adik dari". Ia punya identitasnya sendiri di trek Formula Asia, Formula BMW, hingga A1 Grand Prix. Helm, kostum balap, dan mesin yang meraung menjadi bahasa sehari-harinya.

Foto/Instagram/Sentul Circuit

Foto/Instagram/Sentul Circuit

Balapan, baginya, bukan sekadar olahraga. Itu adalah filosofi. Ada garis start yang harus dilewati, ada batas kecepatan yang diuji, ada tikungan yang mesti dinegosiasi dengan naluri dan disiplin. “Racing is about focus,” begitu ia pernah mengungkapkan. Fokus, kata yang kelak menjadi kunci dalam hidupnya, ketika ia harus meninggalkan sirkuit dan masuk ke gelanggang politik.

Foto/Instagram/Moreno Soeprapto

Foto/Instagram/Moreno Soeprapto

Barangkali sejarah motorsport Indonesia tak akan langsung berubah hanya karena pergantian ketua. Tapi seperti di lintasan balap, arah yang benar selalu ditentukan sejak garis start. Dan kali ini, IMI memulainya dengan nama yang sejak lama kita kenal: Moreno Soeprapto.

Selamat bertugas, Moreno Soeprapto!

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.

Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!